Bintang Lain-4

8.6K 741 33
                                    

Alenia terbangun karena teriakan Johan, anak tetangga sebelah yang menangis memanggil mamanya. Ia mengucek mata dan tak mendapati suami yang tadinya tidur di sisi.

Dari cela pintu kamar ia melihat sosok suaminya itu sedang duduk di atas karpet yang tak lagi halus. Alenia menggelung rambut seadanya dan keluar.

"Pagi, Al." Davis menyapa, melirik sekilas sosok isterinya dan kembali menekuni ponselnya.

"Pagi, Dav." Alenia membalas.

"Masakin sarden, ya?" pinta Davis.

Alenia mengangguk, ia memang senggang hingga nanti siang, ia masih sift dua. Jadi dipastikan ia bisa memasak dan mengurus rumah.

Ikan sarden kalengan itu ia olah menjadi sarapan lezat untuk Davis. Ia tak perlu memakan bubur bawang lagi paling tidak sampai dua minggu ke depan, taksirnya, tetapi jika Ivy memangkas uang isterinya bisa dipastikan ia akan memakan bubur bawang lagi lebih lama.

Pesan dari Ivy sudah masuk ke dalam ponselnya sejak bangun, adik perempuan satu-satunya itu alan datang dan sudah dalam perjalanan.

"Ivy sudah di jalan," kata Davis memberitahu.

"Sama Mama?" tanya Alenia.

"Sendirian."

Alenia urung menambahkan liter beras pada panci penanak nasi listrik. Ia segera mengolah sarden kaleng selagi beras ditanak sementara Davis beranjak dan bergegas membersihkan diri.

Gadis belasan tahun yang turun dari angkutan umum itu berdecak kesal, ia berharap kakaknya membelikan sepeda motor biar tak lagi berdesak-desakan seperti tadi.

Tangannya merapikan rambut hitam lurusnya sambil berjalan ke arah halaman parkir flat kakaknya. Ia mendesah lagi saat tahu harus menaiki puluhan anak tangga agar sampai ke lantai tiga. Menghentakkan kedua kakinya saat sampai di anak tangga teratas, segera ia melangkah dan berhenti di depan pintu flat kakaknya.

"Sudah datang, masuk, yuk!" ajak Alenia.

"Hhh, capek sekali datang ke sini! Kenapa sih enggak ditransfer aja uangnya, Kak?" tanya Ivy yang memghela napasnya masuk.

"Kakakmu mau ngomong bentar, dia masih mandi." Alenia memberitahu Ivy, adik iparnya.

Ivy melenggang ke arah dapur, membuka lemari es dan memanyunkan bibirnya. Alenia menata meja makan untuk sarapan bersama kedua sahabatnya.

"Apa enggak ada teh kemasan? Jus jeruk atau apa gitu?" tanya Ivy kecewa.

"Adanya es teh manis saja, Vy." Alenia menjawab.

"Payah!" gerutu Ivy menutup pintu lemari es cukup kencang.

"Sudah sarapan, Vy? Bareng, yuk!" ajak Alenia.

"Enggak deh, Kak. Ivy udah dibeliin Mama rendang tadi." Ivy mengambil air minum kemasan dingin.

Alenia hanya tersenyum. Suaminya keluar dari kamar sudah rapi dan wangi, ia melihat adik kandungnya itu duduk di atas karpet melihat televisi. Davis membiarkannya, ia memilih sarapan bersama sang Isteri sebelum memberikan wejangan pada adiknya itu.

"Kak, mana-" kata Ivy.

"Sebentar,Vy kakak lagi makan." Davis memutus ucapan Ivy dan melanjutkan sarapannya.

Alenia membawa ke bak cuci piring semua wadah bekas sarapan. Davis yang sudah memakai pakaian rapi keluar dari kamar. Ia duduk di sisi Ivy yang mengulurkan tangannya.

"Vy, kakak mau ngomong sama kamu. Kakak 'kan belum kerja, hanya Kak Alenia saja yang bekerja, dipastikan kami makan pun kekurangan, kamu malah minta uang sama Kak Alenia?" tanya Davis yang memberi pengertian pada adik satu-satunya.

INEFFABLE #1✓[Pindah ke PF Berbayar]Where stories live. Discover now