Just One Day

1.6K 119 3
                                    

Khichand Lee Present

*****

Angin musim gugur membuat tirai yang belum terbuka bergoyang, jendela masih menjeblak terbuka, lupa ditutup sang pemilik kamar. Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 pagi tapi sang pemilik kamar masih betah bergelung dengan selimutnya menghalau udara dingin musim gugur yang melewati jendela kamarnya. Kalau diamati lebih detail, pemuda itu masih memakai sepatunya, bajunya juga belum diganti dengan piyama yang lebih nyaman untuk tidur.

Tok .. tok.

"Tuan muda, Anda sudah bangun??" suara kepala pelayan membuat sang pemuda melenguh pelan, kemudian membuka matanya pelan, menyesuaikan dengan cahaya yang merangsek masuk dari jendela yang terbuka lebar. Angin musim gugur langsung menerpa wajahnya, beberapa dedaunan dari pohon yang tertanam di dekat jendela juga masuk ke kamarnya.

"Tuan muda? Anda bisa terlambat," pemuda itu kemudian bangkit, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.

"Nde Ahjumma, aku sudah bangun, aku akan segera mandi, tenang saja," pemuda itu tidak bohong, dia melepas sepatu yang masih melekat di kakinya, menyambar handuk miliknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi setelah sebelumnya merapikan ranjangnya terlebih dahulu.

"Baiklah, Anda ingin sarapan apa hari ini??"

"Aku sarapan di sekolah saja Ahjumma, beri aku sandwich untuk bekal saja nde??"

"Baik tuan muda," setelahnya sang kepala pelayan pergi dari pintu kamar tuan mudanya. Sedangkan sang tuan muda, sembari menunggu air hangatnya sudah siap matanya memandang lurus ke luar, ke arah pohon maple yang menggugurkan daun kekuningannya. Dia menyukai suasana itu, setelahnya pandangannya menuju ke sebuah botol kaca diatas meja belajarnya yang berisi beberapa uang. Kemudian melihat kalender. Setelahnya tersenyum simpul sebelum benar – benar menghilang di balik pintu kamar mandi.

*****

Meja dengan papan nama yang bertuliskan huruf hangul dan latin terlihat berantakan dengan beberapa tumpukan map. Pemiliknya sedang membaca salah satu map, mengamati hasil pemeriksaan salah satu pasiennya. Kim Taehyung. Pemuda cerdas yang diusianya sudah resmi menjadi dokter utama di departemennya. Merasa puas dan tidak menemukan jalan, pemuda itu menutup berkasnya kemudian menghela nafas panjang, membuka laci mejanya mengambil sebuah bingkai foto. Fotonya bersama sang adik, mereka terlihat bahagia disana. Kemudian Taehyung menatap kesekitarnya, terlihat berantakan. Dia yakin sekali kalau adiknya berkunjung akan langsung membereskannya, tentu saja adik semata wayangnya itu sangat menyukai kebersihan, bahkan tak jarang membantu maid mengerjakan pekerjaannya. Bahkan adiknya merapikan kamarnya sendiri dan kalau sempat mencuci pakaiannya sendiri. Adiknya selalu bersikap mandiri, meskipun terkadang bersifat kekanakan.

"Merindukannya eoh??" suara seseorang membuatnya tersentak, nyaris saja membuat bingkai foto itu terjatuh.

"Yak hyung! Kau mengejutkanku," sedangkan sang pelaku hanya menunjukkan lesung pipitnya.

"Kau terlalu stress Tae, rileks lah sedikit, dan seharusnya kau merapikan tumpukan berkas ini Tae, kau tahu semua ini akan membuatmu frustasi," suara lain yang mampir membuat Taehyung memutar bola matanya malas.

"Aku belum sempat hyung, ngomong – ngomong tumben kalian kemari," mereka berdua tersenyum manis kemudian melempar sebuah kalender.

"Kami ingin bertemu dan bermain dengan Jungkookie," mendengar nama adiknya disebut membuat Taehyung melotot.

"Yak, Namjoon hyung, Yoongi hyung, kalian tidak berniat merebut Jungkook dariku kan??" mereka berdua hanya terkekeh.

"Kau selalu sibuk Tae, dia bahagia bermain bersama kami," Taehyung menghembuskan nafas panjang.

Oneshoot BTS  (FF)Where stories live. Discover now