Penantian Di Ujung Rindu (Part 1)

153 11 1
                                    

Langit tampak gelap pagi itu, matahari yang biasanya bersinar cerah digantikan oleh awan kelabu yang membentang menutupi langit biru. Angin sepoi-sepoi berhembus begitu menyejukkan, membuat seorang gadis yang sedang tertidur lelap tak mau beranjak dari tidurnya.

"Airin, bangun Nak. Ini sudah jam 06.30, kamu bisa telat masuk sekolah nanti" kata Ibu Airin sambil mengoncang tubuh Airin, berharap ia segera bangun.

"eummm... 5 menit lagi Bu, 5 menit lagi" kata Airin sambil menaikkan selimutnya hingga menutupi seluruh tubunya.

Ibu Airin mencoba menyibak tirai di kamar Airin, berharap sinar matahari dapat membuat gadis itu mau beranjak dari kasurnya. Namun percuma, langit sedang mendung kala itu, menandakan akan turunnya hujan.

"Ya ampun!! Ternyata langit mendung pagi ini, pantas saja anak ini begitu nyaman dengan kasurnya hingga tak mau beranjak bangun" kata Ibu Airin sambil menggelengkan kepala dan matanya melihat ke arah Airin.

"Airin ayolah bangun Nak, Ibu sudah menyiapkan sarapan. Lihat, Fikri saja sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi sekolah, masa kamu kalah sama Fikri?" kata Ibu Airin lagi mencoba membangunkan Airin untuk yang ke dua kalinya.

"Ehmmmm.....Hoam.... Iya Ibuku sayang, Airin akan bangun. Enak saja, Airin takkan kalah dari Fikri" kata Airin mencoba bangkit dari tidurnya setelah sebelumnya puas menggeliat untuk merenggangkan tubuhnya.

"Dasar kau ini, ya sudah cepat sana mandi. Ibu, Ayah dan Fikri menunggu di ruang makan" kata Ibu Airin sambil tersenyum melihat tingkah anak gadisnya itu.

Kemudian Ibu Airin pergi meninggalkan kamar Airin dan berjalan menuju dapur, di sana sudah ada Ayah dan Fikri. Sedangkan Airin, langsung bergegas pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Airin segera memakai pakaian putih abu-abunya dan menyiapkan buku pelajaran yang akan dibawanya hari ini. Ya, Airin sekarang sudah SMA, ia sekolah di SMA N 5 Palembang, kelas X. Ini sudah setengah tahun semenjak ia pertama kali menginjakkan kaki di sekolah barunya itu.

"Pagi Ayah, Ibu.. pagi adikku yang sangat jelek" kata Airin yang tak lupa mengejek adiknya itu.

Airin dan Fikri sekarang sudah sangat akrab, namun selayaknya adik dan kakak pada umumnya mereka sering bercanda dan kadang bertengkar seperti Tom and Jery.

"Yeay kata siapa aku jelek? Kau tak lihat mukaku yang tampan ini kakakku sayang. Muka tampan ini telah memikat begitu banyak hati perempuan di sekolahku. Namun sayang aku tak tertarik dengan mereka. Mereka sama sepertimu begitu tomboi dan kasar, wekk" kata Fikri menyombongkan diri dan tak lupa membalas ledekan kakaknya itu.

Ya, Fikri memang memiliki wajah yang tampan, sama seperti ia kecil, ketampanannya selalu menjadi idola setiap orang. Ia sekarang berumur 14 tahun dan sekolah di SMP N 1 Palembang. Sama halnya Airin, sebenarnya ia memiliki rupa yang cantik rupawan, namun semua itu tertutupi dengan kacamata yang menghiasi wajahnya itu. Belum lagi Airin bukan tipe orang yang akan peduli soal penampilannya terlihat bagus atau tidak dimata orang lain, baginya ia akan mengenakan apa yang ingin dan nyaman untuk ia kenakan, bisa dibilang ia adalah gadis tomboi.

"Hah.. dasar anak ini, awas kau ya!" kata Airin sambil bersiap untuk memukul Fikri.

Mengetahui kakakya akan melayangkan tinju padanya, Fikri pun segera mencari bala bantuan untuk menyelamatkannya.

"Ibu, lihat kakak Bu! Ia akan memukul wajah tampanku ini" kata Fikri sambil berlari ke belakang Ibunya mencari perlindungan.

"Airin.." kata Ibu memperingati Airin.

The Secret of LifeOn viuen les histories. Descobreix ara