Penantian Di Ujung Rindu (Part 3)

83 8 0
                                    

Waktu berlalu dan tibalah hari Minggu, cuacanya sangat bagus hari itu, tidak terlalu panas dan juga tak ada tanda-tanda akan turun hujan. Dini sudah ada di rumahku, menjemputku, karena kalau tak dijemput, aku pasti tak akan pernah datang hahaha.

Dini terlihat anggun sekali hari ini, dia memakai dres bermotif bunga dan rambutnya di kepang setengah. Ia memakai make up namun terlihat alami. Ia emang cewek yang feminim, cantik dan pintar pula. Tak heran banyak orang yang menyukainya.

Berbeda denganku, aku hanyalan seorang gadis tomboy yang bahkan tidak bisa bergaul dengan sekitar. Boro-boro make up, mau mandi saja rasanya diriku ini malas sekali. Karena dipaksa Dini saja aku mau mandi di hari libur seperti ini. Oh ayolah, kau juga pasti lebih suka menghabiskan waktu liburmu bermain game dirumah atau tidur seharian atau bahkan belajar untuk menambah ilmumu dari pada harus bergegas pagi-pagi, berpakaian rapi dan siap untuk jalan-jalan. Atau Cuma aku sajakah? Iyakah? Jika iya, fix aku emang anak aneh.

Dengan melaluli serangkaian pemaksaan dari Dini, akhirya aku ikut acara jalan-jalan itu. Dini menyuruhku berpakaian rapi dan cantik, aku pun menggunakan jeans hitam, baju oblong warna abu-abu dan jaket abu-abu, sepatu cats warna abu-abu, rambut dikuncir kuda dan tak lupa kacamata kesayanganku. Yah, begitulah pakaian rapi dan cantik versiku saat itu. Oh iya, Abu-abu emang warna kesukaanku, tak heran banyak barangku yang berwarna abu-abu.

"Rin, kamu serius mau pakai ini?" kata Dini setelah melihat penampilanku.

"Iyalah, emang mau gimana lagi" jawabku santai

"Ayolah Rin, kita mau jalan-jalan. Pakai dres ya, nanti aku make up in deh" bujuk Dini

"Tidak, aku tak nyaman memakainya" jawabku singkat

"Rin, sekali saja" pinta Dina

"No NO no, TIDAK MAU! Jika kau masi terus memaksa, aku tak akan ikut pergi" ancamku pada Dini

"Hmm... ancamanmu itu selalu berhasil. Baiklah-baiklah, aku tak akan memaksa lagi. Lebih baik sekarang kita caw ke taman. Kita temuan sama Raka disana" kata Dini.

Kami pun segera pergi ke taman mengendarai motor. Sesampai di taman, ternyata sudah ada Raka yang menunggu.

"Hei Raka? Maaf ya telat, kamu udah lama nunggu ya?" tanya Dini saat tiba di depan Raka.

"Gak kok, aku juga baru sampai" jawab Raka

"Huft baguslah. Baiklah kalau gitu kita langsung caw ya. Raka ikuti saja aku dari belakang ya" kata Dini

Aku tak banyak bersuara saat itu. Entahlah..rasanya sulit untuk mengobrol dengan orang yang baru ku kenal, apalagi jantungku sempat berdetak kencang karena orang itu. Aku bahkan tak tahu pasti perasaan apa itu. Haahhh... aku tak mengerti banyak hal.

Dini pun melajukan motornya menyusuri kota Palembang, aku hanya mengekor di belakangnya. Dan Raka mengikuti kami dari belakang dengan mengendarai sepeda motornya.

Kami pun pergi jalan-jalan ke berbagai tempat seperti, Punti Kayu, Benteng Kuto Besak, Kambang Iwak, Taman Burung, Museum Balaputradewa, dan terakhir kami ke Jakabaring.

Saat di Jakabaring, kami pergi ke danau yang ada di sana. Udaranya sangat sejuk saat itu, angin sepoi berhembus menyejukkan tubuh, riuk air yang tenang menambah ketenangan saat berada di sana. Aku memilih berjalan menikmati hembusan angin sendirian, sementara Dini dan Raka sedang duduk di kursi yang berada di tepi danau. Mereka mengobrol, bercanda, dan tertawa, aku tak tahu apa yang mereka bicarakan. Sepertinyamerekaberduasudahmenjadilebihakrabkarena acara jalan-jalanini.Ya, baguslah, dengan melihat mereka akrab begitu akubisa sedikit menekan debaran jantungku yang berdetak cepat setiap kali melihat Raka.

Aku terus berjalan menyusuri tepi danau, berhenti sejenak dan memejamkan mata menikmati hembusan angin yang menyejukkan.

"Rin.." terdengar suara seorang pria memanggilku.

Perlahan aku membuka mata, dan ternyata sudah ada Raka di depanku. Suara itu berasal darinya.

"Raka? Sejak kapan disini?" tanyaku

"Sejak tadi. Sepertinya kau menyukai alam, kau begitu menikmati hembusan angin dan pemandangan indah disini, seperti tak ada beban" kata Raka.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapanya. Raka sekarang sudah banyak berubah. Tatapan dinginnya perlahan memudar, digantikan oleh tatapan yang lebih hangat dan bersahabat. Ia juga lebih banyak bicara dari biasanya. Mungkin inilah pengaruh positif yang diberikan Dini kepada Raka.

"Dimana Dini?" tanyaku

"Dini sedang membeli minum dan makanan untuk makan siang kita" kata Raka

"Kau tidak menemaninya?" tanyaku lagi

"Tidak. Aku disuruh memanggilmu dan memberitahu kita berkumpul di tepi danau di sana untuk makan siang bersama" kata Raka sambil menunjuk sebuah tempat terbuka di atas rerumputan yang sudah digelar tikar di atasnya.

"Yasudah, ayo kita kesana" kataku

Aku dan Raka pun segera pergi ketempat yang telah disiapkan Dini untuk kami makan siang sambil ditemani pemandangan danau Jakabaring yang indah.

"Dini memang wanita hebat. Semua bias dilakukannya, dengan begitu rapi" kataku setelah melihat tempat piknik kami yang telah ditata Dini dengan rapi.

Raka hanya diam tak menanggapi.

Tak lama kemudian, Dini dating membawa beberapa kantong plastik yang berisi makanan dan minuman. Raka segera menghampiri untuk membantu membawa kantong plastic itu.

"Kalian sudah lama menunggu?" kata Dini

"Tidak, kami baru saja disini. Maaf ya Din, aku terlalu menikamati keindahan danau ini sampai tidak bias membantumu mempersiakan ini semua" kataku dengan sangat menyesal.

"Tak apa Airin, ini tidak merepotkanku. Sudah kubilang hari ini aku akan jadi tour guide untuk kalian. Jadi jangan pernah merasa tidak enakan padaku, kalian ini kan teman-teman yang paling aku sayangi" kata Dini.

Aku terharu mendengarnya..

"Din, my best friend" kataku sambil merentangkan tangan untuk memeluknya.

"Airinku..." kata Dini dan ikut merentangkan tangannya memelukku.

"Terimakasih untuk semuanya" bisikku kepada Dini

"Tak perlu berterimakasih. Kita ini kan best friend forever" kata Dini

Kami berpelukan sebagai seorang sahabat, sahabat yang saling menyayangi. Aku sangat bahagia bias memiliki sahabat seperti Dini. Aku harap persahabatan ini takkan pernah berakhir sampai kapanpun.

"Ekhem..tak mau mengajakku pelukan juga?" kata Raka

Ah..aku bahkan melupakan keberadaan Raka. Aku dan Dini melepaskan pelukan kami. Aku segera melihat kearah Raka, terlihat dia tersenyum melihat tingkah kami.

"Persahabatan kalian begitu indah. Aku jadi iri" kata Raka

"Raka..jangan begitu. Raka juga sahabatku dan Airin mulai sekarang. Maukah Raka menjadi sahabat kami?" tanya Dini.

Aku tersenyum "Ya, jadilah sahabat kami Raka" timpalku.

"Suatu kehormatan bagiku. Terimalah aku sebagai sahabat kalian" kata Raka dengan senyumannya.

"Sahabat" kata Dini sambil mengulurkan tangan.

"Sahabat" timpalku dan Raka sambil membalas uluran tangan dari Dini.

Hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagi kami bertiga. Hari itu adalah awal mula persahabat kami. Aku, Dini dan Raka. Aku tak sabar menantikan pengalaman-pengalaman yang akan kami lalui.

The Secret of LifeWhere stories live. Discover now