3. INSIDEN

146 15 0
                                    


Dua hari ini aku bekerja keras untuk menemukan Reaper, tapi hasilnya masih belum dapat dipastikan. Keberadaannya masih acak, belum bisa ditentukan di mana tepatnya ia berada. Mengapa hanya untuk menemukan satu orang saja begitu sulit? Apakah ia benar-benar hantu atau semacamnya sampai tidak bisa ditemukan walau secanggih apapun sistem yang kugunakan? Ia menggunakan server yang tidak bisa dilacak keberadaannya, bisa dibilang kalau server yang digunakan adalah server buatannya. Menurut cerita orang dan juga Keane tidak ada satu server pun di provinsi ini yang digunakan oleh Reaper. IP miliknya juga selalu saja tidak bisa dilacak kembali meski ada dalam history IP yang masuk atas nama dirinya.

"Hei, pagi-pagi apa yang sudah kau pikirkan? Jika terus seperti itu kau bisa menabrak tiang pintu yang tidak bersalah."

Suara yang tidak asing terdengar di belakang membuatku menghela napas panjang untuk memulai percakapan tidak biasa dengannya.

"Pagi-pagi kau sudah berisik, Erika. Aku tidak buta, kau pikir aku tidak bisa melihat pintu sebesar ini di depanku?"

"Kukira kau memang sudah buta," ejeknya.

Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya pagi ini. Hari ini ia mengenakan jins serta jaket abu-abu dengan kaus putih di dalamnya, rambutnya diikat ekor kuda di pucuk kepala, dan salah satu pundaknya menggantung sebuah ransel.

"Berhentilah menatapku seperti itu, kau membuatku merinding," ujarnya sambil menatapku tajam seolah waspada kalau aku mungkin akan melakukan sesuatu padanya.

"Kau ingin tahu apa yang kupikirkan saat ini, Erika?" kataku sambil menyeringai.

Alisnya bertaut, menatapku penasaran sekaligus curiga, "Aku yakin kalau kau berpikiran kotor!"

Aku melangkah ke arahnya, mendekatkan wajahku ke telinganya dan berbisik, "Aku berpikir bagaimana rasanya jika aku menciummu. Bibirmu terlihat sangat menggoda hari ini."

Seperti dugaanku, wajahnya langsung memerah. Ia suka sekali mengejek orang tapi ia tidak akan bisa berkata apa-apa jika mendengar ucapan seperti itu karena wajahnya akan langsung memerah dan malu. Ia pikir aku tidak tahu apa kelemahannya sehingga seenaknya saja mengejekku setiap saat. Entah bagaimana ia bisa memiliki ekspresi seperti itu dibalik tingkahnya yang seperti berandalan.

"Kalau begitu sampai nanti. Pastikan kau berhati-hati hari ini karena bisa saja aku akan menciummu tanpa kau sadari," kataku sambil mengedipkan sebelah mataku padanya.

"Ap-apa yang kau katakan? Dasar bodoh!" pekiknya dengan wajah yang semakin memerah.

Aku tidak akan tahan jika melihat wajahnya lebih lama lagi. Biarkan saja ia marah-marah dan menggerutu, setidaknya ia tidak akan berani mengejekku untuk beberapa saat.

*****

Ruangan bersih tanpa sekat dengan aroma dari pewangi ruangan yang sudah sangat kukenal selalu menjadi pemandangan dan udara yang setiap hari kudapatkan. Ruangan ini seperti taman bermain bagiku. Setiap lekuknya sudah sangat kuhafal tanpa harus membuka mata. Keadaan yang terkadang senyap, terkadang juga bising sudah menjadi pelengkap hari selama bertahun-tahun bekerja di sini. Empat orang dalam layar komputerku selalu menjadi penyemangatku dalam bekerja. Fotoku bersama dengan Ran, David dan Erika saat ulang tahun David di rumahnya. Bagaimana mungkin aku melupakan ketiga orang ini jika setiap saat selalu kulihat dalam komputerku ketika bekerja, tiga orang yang selalu ada di pikiranku.

Susan, teman kerjaku yang bertubuh sedikit gempal, memberikan data yang harus kuselesaikan hari ini; data dari kerusakan yang pernah terjadi di Secret Room. Bukan masalah besar karena data sebelumnya juga aku yang mengerjakan, jadi bagiku ini hanya mengulang saja. Tapi yang membuat masalah adalah Nona Beatrix yang entah bagaimana bisa masuk ke ruangan ini dengan alasan harus menyerahkan berkas keuangan yang harus didata oleh Direktorat kami. Tentu saja itu sangat menggangguku. Semua orang berseru yang tidak-tidak karena tingkah dari wanita berdada besar itu. Entah mengapa ia bisa sangat terobsesi padaku. Membuatku mual saja.

REAPER (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now