Bagian 5 . Siapa Menyukai Siapa

235 8 0
                                    

"Friend-ku!" Ri-hwan menyergap Niel di halaman sekolah saat pulang sekolah malam itu dan langsung melingkarkan tangannya di bahu Niel.

"Apa?"

"Ayo, makan bungeoppang!" Nana yang muncul juga, segera melingkarkan tangannya di tangan kanan Niel.

"Traktir kami!" kata Ri-hwan dan Nana kompak.

"Ha?" Niel mengangkat alisnya. "Hei, kenapa—"

"Karena ini hari ulang tahunku." Nana memotong ucapan Niel dengan wajah riang.

Kedua sepupu ini kompak sekali, pikir Niel. "A—"

"Oppa! Kami akan makan bungeoppang, Niel yang traktir!" Nana melepas tangannya dari tangan Niel saat ia melihat Haneul di gerbang sekolah. Ia menghampiri Haneul tanpa peduli Niel kehilangan kata-kata oleh sikapnya. "Oppa, ayo, ikutlah dengan kami!"

Haneul tersenyum lebar. "Bolehkah?"

"Tentu!" Nana mengangguk. "Oh, Hani!" Ia berteriak saat melihat Hani berjalan melewati gerbang sekolah.

"Ada apa?" Hani menoleh.

"Ini hari ulang tahunku." Nana berjalan ke arah Hani dan mengaitkan tangannya ke tangan Hani. "Ayo, makan bungeoppang! Niel yang traktir."

"Seenaknya." Niel muncul di samping Nana dan menarik telinga gadis itu. "Apa aku bilang akan mentraktir?"

"Ah! Hei!" Nana melepaskan tangannya dari lengan Hani dan meraih tangan Niel yang sedang menjewernya. Ia melepaskan tangan itu dari telinganya. "Tentu! Karena ini hari ulang tahunku!" Sambil menggenggam tangan Niel di depan wajahnya dengan kedua tangan, Nana tersenyum lebar dengan manisnya. "Karena itulah, traktir kami, ya?"

"Astaga ..." Niel tidak bisa menolak lagi. Dia seperti dikalahkan dengan k.o.[1]

***

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday dear Nana. Selamat ulang tahun. Selamat ulang tahuuun."

Sambil bertepuk tangan mengikuti nada, Haneul, Hani, Niel dan Ri-hwan kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Nana. Mereka berada di depan kedai pinggir jalan yang menjual jajanan bungeoppang. Mereka membuat keributan dengan suara mereka, tapi nenek pemilik kedai itu sepertinya tidak terganggu, bahkan terlihat senang dengan keributan kecil itu.

"Ayo, tiup sekarang!" Niel memegang sebatang lilin kecil yang ditusuk di sepotong bungeoppang dan berusaha melindungi nyala apinya dengan tangannya yang besar.

Nana meniup lilinnya hingga padam.

"Kau sudah membuat permintaan?" tanya Haneul.

Nana mengangguk dengan wajah sangat senang.

"Apa yang kau minta?" Hani berkata sambil mengunyah bungeoppang.

"Aku ingiiiiin ..."

Keempat orang di sekitarnya menoleh ke arah Nana. Mereka kelihatannya cukup penasaran dengan keinginan seperti apa yang diharapkan oleh gadis yang mereka anggap agak aneh itu.

"Aku ingin setiap tahun aku bisa merayakan ulang tahunku dengan makan bungeoppang bersama kalian seperti hari ini! Yay!" Nana berkata dengan penuh semangat. Ia menoleh ke arah empat orang di dekatnya, berharap mereka akan ikut bahagia bersamanya saat mendengar keinginannya yang brilian.

"Eyyy." Ri-hwan memakan bungeoppang di tangannya. Tidak merasa itu adalah harapan yang spektakuler.

Hani mengabaikannya. Haneul hanya tertawa ringan. Dan, Niel memakan bungeoppangnya tanpa berekpresi dan berkomentar.

GoldfishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang