Siang itu para siswa berkumpul di depan dinding pengumuman untuk melihat pengumuman peringkat kelas yang ditempelkan di dinding itu.
Di dinding pengumuman, peringkat seluruh siswa di sekolah menjelaskan hasil perjuangan mereka di tahun kemarin. Reaksi para siswa berbeda-beda saat melihat hasil peringkat itu. Siswa yang mendapatkan nilai bagus tersenyum lebar dan yang mendapatkan peringkat terbawah terlihat sangat kecewa.
Nana berdiri di depan dinding pengumuman itu untuk melihat hasil perjuangannya selama liburan musim dingin. Ia tidak berhenti belajar bahkan saat liburan kemarin, semua itu berkat jasa besar Ibu Guru Yoon.
"HOREEEE!!!"
Nana berteriak seraya mengangkat kedua tangannya ke atas. Nana membuat para siswa yang berada di dekatnya menoleh ke arahnya.
"Bodoh!"
"Apa?" Nana menoleh ke arah suara.
Hani tersenyum. "Bodoh!" ulangnya.
"Aku tidak bodoh!" Nana menurunkan tangannya.
"Begitu, ya?"
"Iya!"
"Lalu, apa itu?" Hani menunjuk ke arah dinding pengumuman.
"Apa?"
"Peringkat enam puluh sembilan."
"Hehee." Nana ingin tersenyum, tetapi juga tidak ingin tersenyum.
Hani tertawa.
"Hei, itu sudah bagus. Masih ada yang peringkatnya dibawahku lagi." Nana membela diri.
"Kau peringkat terakhir di kelas kita."
"Tapi, aku nggak peringkat terakhir di antara seluruh siswa kelas dua."
"Kau bangga? Peringkat enam puluh sembilan, Kim Nana!"
"..." Nana merasa kalah. Kalah. Kalaaah.
"Aku nyaris saja yakin kau bisa membuatku meminta maaf padamu. Tapi, sepertinya aku hanya mencemaskan sesuatu yang tidak berguna." Hani tersenyum puas dan melangkah pergi dari hadapan Nana.
"Ah, benar-benar menyebalkan!" Meski kesal, Nana tidak bisa melakukan apa-apa sekarang.
Nana tahu, Hani akan tetap memanggilnya bodoh dan menganggapnya bodoh karena ia tidak melakukan apa yang dikatakannya. Ia tidak mengungkapkan kasus pencurian di sekolah. Ia pun tidak masuk peringkat dua puluh besar.
Memang, terkadang kita tidak mendapatkan apa yang diinginkan, meski sudah berusaha sangat keras sekalipun. Tapi, hari tidak berhenti di sini. Jika ingin berhasil, menyerah itu pantangan.
"Ahn Hani, aku akan membuatmu minta maaf di tahun depan!" teriak Nana.
Nana berjanji pada dirinya, ia akan melakukan itu. Ia akan belajar dengan lebih giat dan menjadi lebih baik dari Ahn Hani.
"Hani peringkat satu lagi."
"Itu, sih, tidak mengejutkan"
Suara para siswa yang bicara di dekatnya membuat Nana bertambah kesal. "Auh!"[]
TAMAT
Banyak kenangan di dinding kamar Kim Ri-hwan.
Ia ingin membuat banyak kenangan yang bisa membuat siapapun tersenyum setiap melihat ke arah dinding itu.
Manisnya cerita ini akan semanis kue ikan kesukaanku.
Aku harap begitu.
Terima kasih sudah membaca kami.
YOU ARE READING
Goldfish
Teen FictionPindah dari Jakarta ke Seoul membuat Nana harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Menjadi siswi kelas 2 SMA di sekolah barunya ternyata tidak mudah. Hari-hari yang mengesalkan dan membosankan dimulai. Hingga Nana menemukan sesuatu yang da...