Qalbiyah

65 0 0
                                    


"Dan sebagai juara 1 lomba karya tulis tingkat provinsi adalah.........selamat kepada Elvino!"

Ah serius? Sepertinya gaya presentasiku yang menjadi dewi fortuna dalam lomba kali ini. Thanks God. Aku sangat menggebu-gebu jadinya. Wah kekalahan tahun kemarin terbalaskan juga. Jakarta, aku datang!

Aku adalah siswa SMK dari daerah yang mungkin kamu jarang dengar namanya. Dan aku baru saja menyelesaikan satu lagi perlombaan yang mungkin adalah perlombaan terakhir bagiku di bangku putih abu-abu. Ini adalah ajang bergengsi yang luar biasa bagiku. Dan lagi dengan hadiah kemenangannya, aku akan kembali ke tanah kelahiranku itu. Ibu kota negara yang menjadi tanah kelahiranku sampai aku menginjak usia 10 tahun dan harus pindah ke daerah asing yang 180 derajat berbeda dari lingkungan yang aku ketahui. Tak lagi dikelilingi banyak bangunan tinggi, justru banyak gunung dan bukit yang menjadi objek mata sehari-hari. Asing awalnya, kemudian terbiasa.

2 Minggu dari sekarang aku akan memiliki sebuah perjalanan yang menyenangkan. Melintasi laut luas bangsa ini, menuju peradaban padat merayap di kota yang bisa membuatmu tua di jalan. Eh jangan terlalu asyik! Aku masih harus memperbaiki makalah dan presentasiku. Harus lebih baik lagi! Tapi bagaimana kalua ternyata peserta lain punya makalah yang lebih bagus? Wah mereka pasti pesaing yang lebih berprestasi daripada aku. Pasti mereka orang sombong yang tak mau bergaul dengan kompetitor lain. Duh terlalu banyak keraguan yah. Jangan jadi pesimis dulu, goblok! Udahlah enjoy aja. Lagian panitia bilang juga pasti gak akan fokus dengan perlombaan.

"Tenang aja...ini akan jadi ajang yang berbeda dan unik loh. Masa perusahaan internasional sebesar kami mengadakan event ecek-ecek? Ini akan sangat luar biasa daripada ekspektasimu Vino."

"Iya mba. Siap."

Ibu Aisyah, mba Rika, dan Alan sudah menunggu aku di bandara pagi itu. Ayah menemaniku pagi ini untuk melepas kepergiaan dalam waktu 1 minggu. Penerbangan dengan maskapai itu hanya tinggal 40 menit lagi, walau biasanya sih akan ada delay yang cukup lama diluar jadwal. Yah semoga saja tak ada. Diluar dugaan, memang pagi itu delay bukan bagian dari jadwal peristiwa pagi. Jam 11.30 kami roda pesawat sudah menggilas aspal landing ibu kota. "Jakarta, aku pulang. Apa yang akan kau sajikan?"

Astaga, benar saja ucapan mba Rika. Mba chubby berhijab itu memang sudah pengalaman dalam menemani peserta perwakilan dari daerah ku. Ini jauh diluar dugaan. Hanya satu kali presentasi, dan memang tak langsung mengumumkan hasilnya. Butuh 1 hari untuk beradaptasi dan berlomba, dan butuh seumur hidup untuk bisa melupakan 6 hari berikutnya. Apalagi ada kamu di dalam ceritaku, Qalbiyah.

Atmosfir macam apa ini? Apa benar ini sebuah perlombaan? Ah ini sih bukan perlombaan. Ini liburan. Buktinya aku dan Alan cepat sekali mendapatkan teman-teman baru dari provinsi lain di Indonesia. Ragam suku, logat, rupa, campur jadi satu. Satu hati dalam melaksanakan semua rundown acara dari event ini. Liburan yang sungguh menyenangkan dengan teman-teman baru yang berisi dan berprestasi. Isi dompet sepanjang satu minggu itu didominasi oleh lembar rupiah berwarna merah berjejer rapih ditemani lembar lain berwarna biru atau hijau, dan satu atau dua lembar abu-abu. Soal makan? Makan pagi selalu tersedia di ruang makan hotel berbintang 5 ini. Ragam kuliner siap memanjakan lidah sebelum bergegas menikmati hari.

Kegiatan lombanya memang hanya 1 hari, dan sisanya ? Rasanya 1 hari itu adalah hari sisahan. 6 hari adalah agenda utamanya. Kegiatan talk show inspiratif live bersama banyak narasumber terkenal seperti penyanyi, politikus, wirausahawan, dan artis ibu kota menjadi pengalaman baru yang menyenangkan. Mengunjungi banyak tempat di Jakarta dengan kesadaran sebagai seorang anak muda yang mulai mudah mengingat ragam kisah secara sadar. Bukan lagi anak kecil atau bayi yang mulai hilang ingatan tentang masa kecil dan tidak tahu apa-apa. Yah tentunya Monas tak pernah ditinggalkan dari daftar tujuan wisata ketika berada di Jakarta.

Oh iya, aku senang bisa mengenal banyak teman, termasuk teman wanita, terlebih dirinya. Kamu adalah satu dari sekian yang bisa membuatku meleleh. Lekuk senyum seindah bulan sabit, gaya lucu nan halus kau tunjukan. Rambut hitam lurusmu ibarat iklan shampoo yang selalu meampilkan duta produk mereka. Oh satu lagi. Ketika kamu bersandar di bahuku saat itu dalam perjalanan menggunakan bis, rasanya aku jadi semakin ingin mendekatimu. Siapakah dirimu? Orang seperti apakah dikau? Apa saja yang menjadi kesukaanmu? Eh maafkan tingkahku yang sedikit agresif selama 3 hari itu yah. Sepertinya kamu juga sadar hal itu.

Sepanjang kegiatan tour itu kita selalu bersama, tentunya karena memang kita sedang terjebak dalam event yang sama. Aku juga sedang masuk dalam jebakanmu yang indah itu. Atau lebih tepatnya kita sama-sama sedang menuju perangkap itu.

"Duh Vino mepet sama yang ono terus nih. Udah berubah haluan rupanya yah." Goda salah satu temanku dalam event itu. Lah kamu pun malah mengeluarkan senyum manis merah merona saat mendengarnya.

Qalbiyah, sepertinya banyak juga foto yang kita hasilkan yah. Bahkan sampai sekembalinya dari Jakartapun, butuh waktu untuk bisa kembali menyesuaikan diri dengan realita yang sebenarnya. Realita bangku sekolah seorang siswa. Selanjutnya? Oh jangan khawatir. Kita masih bisa bersosialisasi melalui media sosial kan? Apalagi kamu sering meladeni chatku walaupun kamu sibuk. Aku memberikan perhatian kecil dan kamu menukarnya dengan cerita kesibukanmu. Rasa-rasanya memang kamu lebih sibuk daripada aku yah.

"Sebenernya aku suka sama kamu."

"Dih, serius? Ini kita jauh-jauhan loh."

"Ehm gimana yah? Susah kalo ditahan terus. Jadi yah lepasin aja. Lagian apapun hasilnya kan yang penting sudah lega bisa mengungkapkan, walau lewat aplikasi chat ini, tapi bisa menyampaikan ungkapan hati."

"Mau"

"Beneran? Makasih neng :) "

Ya ampun, seriusan ini kita jadi kayak gini yah? Ala-ala manusia alay lainnya yang tak memperdulikan kata alay kala dimabuk asmara.

Eh tunggu, jangan lupa endingnya. Aku dan kamu berbeda. Bukan karena aku pria dan kamu wanita, tapi karena caramu dan caraku percaya kepada Sang Khalik berbeda. Dan lagi, kamu sudah ambil komitmen dalam menjalankan perintah agamamu. Kata orang perbedaan itu indah. Ah, tapi perbedaan malah menghasilkan hati yang patah. Sudahlah, cerita ini sungguh terlanjur. Kamu akan ku taruh dalam list kenangan saja. Pengalaman masa lalu pasti ada hikmahnya. Toh dunia belum berkahir bila kita usai di sini.

Wanita & CeritaWhere stories live. Discover now