Acha

10 0 0
                                    

2010 – 2011

Di Negara Bagian Tengah, kau dan aku hanyalah satu dari sekian banyak bocah yang menyambut masa pubernya. Aku suka melihatmu dengan rambut pendek lurus sebahu. Kulit putih dan bentuk matamu menggambarkan darah para cici yang mengalir dalam dirimu. Cantik ramah nan polos, itulah dirimu.

"Iya, jadi dulu aku pindah sekolah terus ikut akselerasi dan jadilah sekarang ini aku yang lebih tua sekelas daripada kamu." Ucap Elin kawan lamaku yang sempat menghilang tanpa kabar dan akhirnya dia mengungkapkan alasannya hilang tanpa jejak.

"Kenapa Lui? Kamu mau kenalan??? Ayo lah gak usah malu-malu kucing begitu."

Duh Elin mengeluarkan kalimat yang merubah keadaan menjadi canggung.

Siang itu Elin dan dua temannya melewati sekolahku. Sama-sama mengenakan baju biru putih, hanya saja ada lambang penanda sekolah yang berbeda pada lengan baju sebelah kanan. Elin dan dua kawannya berasal dari sebuah sekolah swasta yang cukup ternama dan jelas terkenal pula karna masalah biaya bagi para kaum yang ekonominya biasa saja.

"Ah tidak usah lain kali saja. Atau,,, " dengan melanjutkan sedikit berbisik aku mengucap pada Elin "nanti kamu kirimin aku nomor hpnya lewat sms aja."

Sebuah siang yang panas terik tiba-tiba meniupkan angin sepoi yang aneh.

.................................................................................................................................

Acha Christina, itulah namamu. Terimakasih pada Elin, kar'na ia yang membuatku bisa mengontakmu. Tahukah kamu biaya sms tuh mahal? Biaya internet juga masih mahal untuk anak remaja sepertiku. Mendapatkan sms masuk darimu membuat otak ini hanya ingin menyisihkan uang untuk membeli pulsa dan membuat paket sms.

Malu-malu aku dibuatmu. Ah,,, dasar remaja baru bau kencur yang akhirnya puber. Aku coba add FBmu dan kemudian ketagihan untuk melirik-lirik fotomu. Kau cantic dipemandanganku dengan gaya-gaya alay dari fotomu itu.

Ratusan kali mentari dan purnama melakukan shift jaga dan akhirnya kita jadian. Hanya dengan sebuah pesan text "Aku suka sama kamu" ditambahi emot senyum dan hati. Itulah cara kita dua anak remaja jadian. Walaupun kamu lebih tua sekelas daripadaku, tetap saja kita jadian.

Eh tunggu,,,lama-lama koq aku agak muak yah? Apa ini yang namanya bosan? Dua anak remaja yang katanya menjalin cinta. Jarang bertemu hanya terhubung melalui sebuah kotak ajaib bernama handphone, ditambah kamu yang bahkan sering menhubungiku walau harus menelfon ke nomor hp orang tuaku. Bukan salahmu juga sih akhirnya tahu nomor mereka, tapi....

"Lui, tadi Acha nelfon nyariin kamu. Ya mama bilang aja supaya dia langsung telfon ke nomor kamu."

Duh, nada bicara mama seolah dia mengenalmu. Melihat fotomu pun tidak, apalagi bertemu langsung yah belum pernah.

Lama perlahan kita berpisah. Aku yang mulai tak mengabari, mungkin lelah mengeluarkan uang demi pulsa. Jumlahnya tak sedikit pula. Aku rasa sudah saatnya mengucapkan selamat tinggal.

...............................................................................................................................................................

2013-2014

Duh, Negara Bagian Tengah ini bukanlah sebuah wilayah yang besar. Terlalu kecil dan tak cukup untuk kita.

"Oh kamu dari SMP itu yah? Kenal Acha? Dia sih kakak kelasmu Kibe." Tanyaku padan teman baru di SMA, Kibe. Dia ada di kelas B sedangkan aku jadi siswa di kelas A.

"Iya tahu koq. Gayanya saat itu sih agak centil-centil. Orangnya kelihatan baik koq. Nda terlalu tahu banyak karena tak akrab. Cuman tahu muka dan cerita saja." Kibe merespon.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wanita & CeritaWhere stories live. Discover now