Quality vs Popularity

401 69 45
                                    

"The Latin name for this is argumentum ad populum, or the ad populum fallacy, but the opposite is also a fallacy. A work isn't lesser quality just because it's popular, or lesser quality because it's unpopular, or vice versa for either of those." (Tv Tropes)

"Don't ever write anything you don't like yourself and if you do like it, don't take anyone's advice about changing it. They just don't know." (Raymond Chandler)


Aku sering baca komentar di wattpad yang membanding-bandingkan soal kualitas dan popularitas suatu karya.

Komentar pertama: "Karya X populer, berarti karya X berkualitas. Enggak mungkin X dibaca sekian juta orang kalau X jelek! Karya Y enggak populer soalnya emang jelek! Sekian juta orang enggak mungkin salah! dsb, dsb, dsb."

Komentar kedua: "Karya X populer, berarti karya X jelek, klise, mainstream. Karya Y enggak populer karena anti-mainstream. Yang anti-mainstream itu lebih berkualitas! dsb, dsb, dsb."

Menurut kalian, mana yang lebih sesat?

Petunjuk: dua-duanya sesat.

Kedua komentar itu berlandaskan logika bahwa popularitas berkorelasi dengan kualitas. Wah, itu populer, berarti kualitasnya bagus. Atau sebaliknya, itu populer, berarti kualitasnya jelek. Namun, kedua logika tersebut cacat. Komentar pertama mengalami sesat pikir appeal to popularity, yang intinya menganggap sesuatu sebagai kebenaran karena mayoritas (a.k.a. mainstream) menganggapnya benar. Sementara komentar kedua juga terkena sesat pikir appeal to minority, yakni menganggap sesuatu benar hanya karena minoritas (a.k.a. anti-mainstream) menganggapnya benar.

Kenyataannya, popularitas tidak berhubungan dengan kualitas. Popularitas bisa diukur, tetapi kualitas adalah hal yang subjektif. Penilaian orang pada suatu karya tidak selalu sama. Ada yang menilai dari segi plot di karya X, tapi menilai dari segi feels atau relatability di karya Y. Karena perbedaan selera itulah, enggak ada karya yang bisa disukai semua orang. Bisa aja suatu karya dianggap bagus oleh para kritikus sastra, tapi di pasaran enggak selaku karya yang biasa-biasa aja atau bahkan yang "jelek". Bisa juga yang dianggap berkualitas jadi populer. Lantas apakah popularitas bisa mengurangi atau menambah kualitasnya? Tidak.

Hanya karena kamu mengikuti tren yang sedang populer, tidak membuat karyamu otomatis jadi bagus atau jelek. Begitu pun sebaliknya. Karena itu, buang jauh-jauh pikiran, "Ah, lapakku sepi, berarti karyaku jelek." Atau, "Wah, lapak dia rame, berarti karyanya bagus." Atau, "Dih, kenapa si karyanya banyak yang suka? Kan ceritanya mainstream. Yang mainstream pasti jelek." Atau, "Ceritanya anti-mainstream tuh, pasti bagus. Sayang pembaca-pembaca di sini kebanyakan enggak paham seni makanya jarang dilirik."

Just. Focus. On. Your. Work. Kalau kamu memang mau bikin karya yang disukai banyak orang, cintai dulu karyamu, dan riset sebanyak-banyaknya demi mengembangkan tulisanmu. Jangan hanya karena mau ngikutin tren, atau menentang tren, kamu jadi menulis hal yang enggak kamu sukai. Rindu itu berat. Lebih berat lagi kalau kamu dipaksa melakukan sesuatu yang asalnya bukan dari hati. :)


Sumber:

https://www.azquotes.com/quote/419268

https://en.wikipedia.org/wiki/Argumentum_ad_populum

https://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Main/AppealToPopularity

https://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Main/QualityByPopularVote

The Absurd Art of WritingWhere stories live. Discover now