Merancang Karakter yang Menarik

426 35 84
                                    

Kita mengarang agar pembaca tertarik pada karya kita. Ada miskonsepsi bahwa semua yang menyenangkan untuk ditulis juga menyenangkan untuk dibaca. Padahal, apa yang kita harapkan sebagai penulis bisa sangat berbeda dengan harapan pembaca. Karena itu, mari kita letakkan sejenak kacamata penulis dari mata kita untuk melihat apa saja komponen-komponen yang membuat karakter jadi menarik di mata pembaca.

A. Konsep

Apa inti dari karakter tokohmu secara umum? Apa sifat umum yang membuatnya menonjol untuk target pembacamu? Kenapa pembaca harus peduli pada tokohmu? Alangkah lebih baiknya jika kita tahu dan menuliskan gambaran umum tokoh kita dalam satu atau beberapa kalimat sebelum berbicara lebih jauh tentang detail. Tokoh yang menarik adalah tokoh yang cepat dikenali dan mudah meninggalkan kesan.

B. Inspirasi dan Orisinalitas

Seni merefleksikan kenyataan, sama halnya dengan karakter. Dalam hal ini, pepatah write what you know sangat membantu. Dengan mendasari tokohmu dengan orang yang kamu kenal, atau orang yang ingin kamu temui di dunia nyata, bakal membuat tokohmu lebih terasa seperti "manusia", menghindari klise, dan lebih orisinal. Penokohan yang klise terjadi karena pengarang hanya meniru tokoh di cerita lain (seperti bad boy, CEO, rata-rata tingkahnya sama saja).

Akan tetapi, menulis tokoh berdasarkan orang sungguhan juga memiliki risiko. Beberapa orang tidak suka dirinya ada di dalam cerita. Perubahan hubungan yang mendadak di dunia nyata juga dapat mengacaukan cerita (misal, kamu menulis tokoh yang kepribadiannya persis pacarmu, tiba-tiba kamu diputusin, terus karena sebel, tokoh yang kamu tulis jadi pelampiasan tanpa alasan yang logis). Menulis tokoh berdasarkan tipe-tipe tokoh (archetype) yang sudah ada juga tidak selalu buruk, selama kamu tak sekadar meniru, tetapi juga bisa mengakali kepribadiannya sedemikian rupa sehingga tokoh tersebut benar-benar menjadi tokohmu.

C. The Central Trifecta

Penokohan memiliki tiga komponen dasar, yakni kepribadian, motivasi, dan perkembangan.

1. Kepribadian

Secara umum, kepribadian adalah pola sifat-sifat (traits) yang relatif permanen dan unik yang memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang (Feist & Feist, 2008). Bagaimana tokoh kita bertindak, berpikir, dan berperasaan? Tanpa itu semua, tidak banyak yang bisa kamu tuliskan. Kebanyakan orang tidak memikirkan, melakukan, dan merasakan hal yang sama. Di samping itu, orang yang tidak berpikir, bertindak, atau memiliki perasaan itu membosankan. Misal, tokoh yang pasif dan ngikut-ngikut aja sama plot mungkin gampang buat ditulis, tapi nggak istimewa buat dibaca.

a. Deskripsi fisik (penampilan, pakaian, dsb)

Salah satu komponen untuk membentuk kepribadian dalam cerita adalah deskripsi fisik. Ini adalah salah satu hal yang paling gampang ditulis tetapi juga paling gampang membuat bosan. Beberapa deskripsi malah lebih malas daripada laporan orang hilang. Mengatakan, "Budi punya wajah standar, Siska punya badan seksi, atau Sumanto adalah laki-laki kurus dengan rambut dan mata hitam," tidak jauh berbeda dengan bilang, "Adi adalah cowok dengan dua kaki, dua tangan, dan satu kepala." Kalau secara fisik tidak ada fitur yang menonjol, coba bikin deskripsi yang menonjolkan sifatnya. Misal, "Romli benci penampilannya yang tak menarik perhatian."

Meskipun deskripsi fisik seperti pakaian dapat menambah keterangan mengenai tokoh, deskripsi tidak seharusnya menjadi satu-satunya hal yang menggambarkan tokoh. Jadi tidak perlu sampai berparagraf-paragraf saat membahasnya (kecuali ceritamu tentang peragaan busana). Orang tahu jins beda dengan kebaya, dan pakaian gelandangan pasti beda dengan pakaian anak sultan. Semakin detail deskripsi tidak serta merta membuat pembaca semakin yakin bahwa tokoh yang dideskripsikan itu menarik. Cukup deskripsikan hal-hal yang membedakan tokoh satu dengan yang lain, dan biarkan imajinasi pembaca mengisi sisanya. Kamu enggak tahu apa yang menarik di pikiran pembaca, jadi nggak usah repot-repot. Biarlah pembaca yang menilai.

The Absurd Art of WritingWhere stories live. Discover now