PANGERAN KECIL DAN BONEKA

39 8 10
                                    

Nama : Intan Almagribi


Dahulu ada seorang pangeran kecil yang selalu senang tinggal di kastilnya. Masa bermain dan belajarnya ia habiskan di kastil.

Suatu hari sang pangeran yang mempunyai banyak mainan berbicara seperti ini.

"Untuk apa keluar dari sini? Aku kan punya kalian yang selalu menemaniku." Ia mengelus boneka kayu kesayangannya dengan perlahan.

Sang boneka kayu menjawab, "iya pangeran. Kau harus terus di sini bersama kami. Kami akan selalu menjagamu."

"Benarkah?"

"Ya."

*

Siang hari yang cerah. Pangeran bersama seorang pengawal berjalan mengitari kastil. Tak lupa, boneka kayu kesayangannya juga dibawa.

Mereka di sana karena perintah sang Ratu. Menurut Ratu, pangeran kecil sudah sering bermain di kastil. Ia ingin anak kesayangannya itu berjalan-jalan di sekitaran kastil.

"Bukankah senang berjalan-jalan seperti ini, yang mulia?" tanya pengawal.

Pangeran yang sibuk dengan boneka kayu menjawab, "tentu. Tapi aku lebih suka bermain di kastil."

"Kenapa?" tanya pengawal.

"Di kastil semua mainanku berkumpul. Mana mungkin mereka semua ku tinggalkan?"

Pengawal hanya terdian sambil menggaruk kepala. Ia bingung dengan kata-kata pangeran.

"Tapi pangeran, kau juga bisa bermain di sini. Lihatlah anak-anak di luar sana. Mereka bermain dengan riang dan penuh semangat," sanggah pengawal.

"Tidak pengawal. Aku lebih suka dengan mainanku. Terutama Rubi, ia berbicara denganku. Bagaimana aku bisa mengabaikannya?"

Sang pengawal hanya mengangguk mengerti. Kebiasaan tuannya itu sudah menjadi makanan sehari-hari.

"Pengawal, sampai kapan mama menyuruhku berkeliling? Aku sudah letih," keluhnya.

Sang pengawal terkejut. Ia menatap tuannya dengan tatapan tak percaya.

"Tapi yang mulia, kita baru saja berjalan-jalan. Bagaimana bisa langsung lelah?"

"Aku sudah letih. Sungguh. Ayo kita pulang!"

"Tapi... Pangeran,"

"Kau tidak mendengarku?!"

Pengawal yang mendengar suara tuannya itu mulai meninggi langsung takut dan meng-iyakan perkataan tuannya untuk pulang.

Malam harinya, sang pangeran seperti biasa bermain dengan mainannya. Terutama dengan Rubi.

"Hey Rubi. Bicaralah di sini hanya kita berdua," panggil Pangeran.

Boneka kayu yang tadinya hanya diam itu, perlahan-lahan bergerak dan menyapa sang pangeran.

"Halo pangeran! Kau ingin kita bermain apa?" tanyanya.

"Apa saja, asalkan bersamamu!" jawab pangeran senang.

"Hemm..., Tidak bisa begitu pangeran aku tidak bisa bermain jika kau tidak beritahu."

"Baiklah kita main petak umpet saja."

"Yeay ayo!" Dan mereka pun bermain seharian suntuk.

*

Hari itu istana sedang sibuk karena kedatangan tamu dari kerajaan tetangga. Tentu saja semua orang di dalam istana sibuk. Terutama sang Ratu.

"Rose, apakah kau sudah menyiapkan baju pangeran?" tanya salah satu pelayan di sana.

"Ah, belum! Ayo tolong aku untuk masuk!" ajaknya.

"Kenapa aku juga harus ikut?" tanya pelayan itu heran.

"Kau tidak tahu? Ia akan sangat marah jika hanya satu orang yang masuk ke kamarnya!"

"Ke... Kenapa?"

"Sudahlah! Ayo ikut aku!" Pelayan yang bernama Rose itu menarik temannya dan menuju kamar pangeran.

Sesampainya di depan Rose mengetuk pintu kamar perlahan.

"Pangeran, saya pelayan Rose. Ayo segera berganti baju karena kita kedatangan tamu," ucap Rose dari depan.

"Kau bersama siapa?" Tanya Pangeran dari dalam.

"Pelayan lainnya, tuan."

Setelah itu pintu terbuka dan terlihatlah oleh mereka beberapa mainan yang ditata dengan rapih.

"Kau tau Rose, Rubi tadi habis berbicara tentangmu," ucap sang pangeran tiba-tiba.

Rose yang hendak memakaikan baju, terdiam di tempat.

"Ehmm..., Pangeran. Saya tidak mendengarnya. Bicara apa dia?" tanya Rose perlahan.

"Dia bilang, kau cantik," jawab Pangeran kecil.

Rose dan pelayan yang lain saling menatap.

"Apakah kau percaya? Pelayan Anne?" pangeran kecil tiba-tiba menanyai pelayan satunya.

Anne hanya tersenyum.

"Huh, baguslah! Cepat pakaikan bajuku!" perintahnya.

"Inilah maksudku! Ia akan mengamuk jika hanya aku saja yang masuk. Ia akan menanyai hal tersebut dan meminta pengakuan dari kita," kata Rose. Anne hanya mengangguk maklum dan melaksanakan tugasnya.

*

Aula istana kini ramai. Beberapa tamu yang berdatangan sibuk dengan kesenangan mereka. Pangeran kecil duduk di salah satu kursi istana. Ia sibuk bermain dengan boneka kayunya.

"Hey, boleh aku bermain dengan bonekamu?" Seseorang tiba-tiba datang di depannya.

"Tidak, kau siapa?" Tolak pangeran.

"Buka siapa-siapa tapi aku akan jadi temanmu."

"Tidak usah, aku sudah punya Rubi. Ia akan selalu menemaniku."

"Kau tidak bisa begini terus. Suatu saat kau akan membutuhkan orang lain pangeran." Setelah mengatakan hal tersebut, orang itu berlalu dari hadapannya. Pangeran tak peduli ia memilih bermain dengan Rubi.

*

Keesokan harinya kabar yang mengejutkan menggemparkan seisi istana. Ratu dan Raja dikabarkan meninggal dunia. Hal tersebut membuat pangeran kecil bersedih dan juga bingung. Rasanya kemarin ia masih melihat orangtuanya berdansa.

"Hey Rubi, kau akan terus bersamaku bukan?" Pangeran yang saat itu sedang sedih hanya bisa berbicara dengan boneka kayunya.

"Hey Rubi! Kenapa kau tak berbicara?"

Malam ini boneka itu tak menyahutinya. Sang pangeran terkejut dan sedih. Tak ada yang menemaninya saat ia sedang sedih.

"Sudah kubilang, kau tidak bisa bersama dengan bonekamu itu pangeran." Seseorang menyahut. Pangeran menoleh mencari asal suara.

"Kau yang kemarin bukan? Kau ingin jadi temanku?"

"Tidak."

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Waktu itu kau menolakku. Nah sekarang kau bisa bersama mainan-mainanmu pangeran."

"Tolonglah temani aku. Aku... Kesepian."

"Tidak pangeran. Sekarang terimalah akibat dari kesombonganmu." Setelah berkata demikian, suara tersebut hilang. Bersamaan dengan mainannya yang terlihat tak bernyawa.

Little Story From UsWhere stories live. Discover now