JANJI PUNGKI

15 5 4
                                    

Nama: Putri


Aku kekenyangan, sehingga mengantuk. Setelah mama menyuruhku gosok gigi dan cuci kaki, dengan segera aku berangkat tidur. Sedikit susah untuk aku tidur walau sudah mengantuk. Tanpa ada usapan di kepala dari mama, mataku akan terbuka semalaman.

Tetapi malam ini berbeda. Terasa dingin dan rasanya ingin bersembunyi di dalam selimut saja. Lalu entah bagaimana, mataku seperti berputar-putar. Ada segerombol awan yang memudar, kemudian hilang.

"Halo!"

Ih, siapa dia? Mama di mana?

Aku berlari, dan baru sadar kalau tidak pakai sandal. Sandal hello kuttu-ku ke mana? Untung saja rumputnya tidak berduri.

"Jangan takut! Kamu 'kan pernah menggambarku, ingat tidak?"

Dia berkaki dua seperti manusia, pakai sepatu kaca. Di kepalanya ada enam kelopak, warna oranye. Ada sayap yang besar sebelah warna merah muda. Terakhir, kedua pipi yang merah sekali—aku ingat, saat mewarnai itu pewarna merahku sampai habis.

Gambarku ternyata sangat jelek!

"Piki Pungki?" tanyaku.

Makhluk itu loncat-loncat. "Iya, benar!"

"Maaf, ya, sudah menggambarmu sejelek ini. Nanti aku mau banyak belajar lagi, deh, biar bisa bikin Piki Pungki yang cantik!"

Piki Pungki membenarkan sayapnya yang mau copot sebelah dan tertawa. "Semangat belajarnya, ya! Kalau gambarmu sudah sempurna, nanti aku akan menemuimu lagi!"

"Janji, ya?"

"Janji Pungki!" Piki Pungki bersorak.

- Tamat -

Little Story From UsWhere stories live. Discover now