SALAH

17 5 5
                                    

Nama : Amelia


Nina Zahrani merupakan murid taman kanak-kanak nol kecil yang sangat periang. Masa kecilnya selalu dihabiskan dengan hal-hal yang menyenangkan. Nina cukup cantik dan memiliki kulit kuning langsat, berambut cepak sebahu. Orangtuanya selalu memanjakannya, bukan berarti membebaskannya dirinya. Andhika, ayah Nina bekerja di luar kota, sementara ibunya hanyalah ibu rumah tangga. Nila, ibu Nina selalu mengajarkannya olahraga dan membersihkan tempat tidur sang anak. Nina mempunyai kakak yang selisih usianya Sembilan tahun, yakni kelas 2 SMP yang berusia 14 tahun. Kakaknya bernama Ari. Nina menyayangi kakak satu-satunya tersebut. Walaupun Andhika di luar kota tetapi ia selalu memperhatikan Nina.

Delapan hari lagi adalah hari ulang tahun Ari yang genap berusia 15 tahun. Nina berencana untuk memberikan kado untuk kakaknya tersebut. Nina selalu diajarkan pada gurunya untuk membuat orang lain tersenyum. Ia menabung mulai dari sekarang, uang saku pemberian Nila.

Beberapa hari kemudian...

Hari semakin dekat, namun Nina belum juga banyak mendapatkan uang yang cukup untuk membelikan kado kakaknya, padahal tinggal dua hari lagi, Ia igin meminta uang pada Nila, tetapi takut dimarahi karena ibunya mengajarkan untuk hidup sederhana.

Biar bagaimanapun juga aku harus bisa membuat kak Ari senang dan tersenyum. Sejenak, Nina pun berpikir.

Setelah sepersekian menit berpikir, ia pun terlintas untuk mengambil uang tabungan di sebuah kotak di bawah ranjang orangtuanya. Ia beranjak dari kamarnya. Matanya jeli memperhatikan kondisi ruangannya yang sunyi. Beruntung, ia langsung berjalan dengan langkah cepat, agar segera masuk pada kamar orangtuanya.

Ia membuka pintu perlahan. Pandangannya langsung fokus untuk mencari kotak tersebut. Di bawah ranjang, tampak kotak yang ia cari,

Tak apa aku mengambil uang, daripada aku dimarahi Mama kalau minta uang.

Dengan hati-hati, ia mengambil kotak tersebut. Setelah mendapatkannya ia langsung keluar kamar orangtuanya. Ia langsung masuk ke kamarnya untuk mengambil beberapa uang tabungan orangtuanya.

Ia menjalankan aksinya lagi, pergi diam-diam ke sebuah toko tas dengan sopir pribadi keluarganya.

"Pak, antarkan aku ke toko tas ya," ucapnya.

"Udah izin sama Mama belum?" tanya Pak Adi.

"Udah kok, jangan di sini ngomongnya nanti saja. Aku harus cepat."

Karena takut aksinya diketahui oleh Nila, ia pun menyuruh Pak Adi untuk cepat,

"Lo ada apa sih ini? Kok Pak Adi bingung." Pak Andi menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal.

"Pak, antarkan aku masuk dong. Bingung mau milih yang mana?" rengek Nina.

"Ya siap," Pak Adi berucap mantap.

"Jadi sebenarnya tadi kenapa nyuruh saya buat cepat, Non?' tanya Pak Adi sembari mengendarai mobil.

"Gak apa kok. Kalo kelamaam takut tokonya tutup." Nina berdalih.

Pak Adi hanya mengangguk, walaupun terkesan mencurigakan dengan tingkah Nina, tapi itu bukan urusan Pak Adi. Lagipula, Nina juga sudah bilang ke Nila.

*

Hari yang ditunggu pun tiba. Nina mengetuk pintu kamar Ari yang saat ini sedang belajar.

"Kak."

"Ya dek." Ari membukakan pintu.

"Selamat ulang tahun ya. Nih ada kado dari aku." Nina memberikan senyum terbaiknya.

"Makasih ya dek. Apalagi kamu sudah memberi kado, bagiku ini berlebihan." Ari menerima kadonya.

"Sama-sama kak."

"Kakak." Nila masuk ke kamar Ari sembari membawa kotak tabungan.

"Ya, Ma," ucap Ari.

"Kok uang Mama berkurang ya, cuma heran aja Mama gak nuduh kok." Nila memberikan penjelasan pada Ari.

"Mama kali yang lupa buat belanja," tukas Ari.

Sementara Nina hanya tertunduk.

"Kamu tahu gak dek?" ucap Nila.

"Maaf, Ma. Aku yang ambil uangnya untuk membeli kado kakak, karena takut nanti gak dikasih sama Mama." Nina tak menatap wajah Nila.

"Dek, kalau kamu ingin sesuatu bilang saja karena mengambil tanpa izn itu tidak boleh. Kalau untuk membeli kado Mama juga membolehkan." Nila mengusap halus pucuk kepala Nina.

Little Story From UsWhere stories live. Discover now