Perjuangan diri

2 0 0
                                    

Aku memulai hidup baru, dengan lingkungan baru, aku pindah sekolah dengan harapan hidup normal kembali.

Awalku menjalani hari-hari di lingkungan baru aku merasa baik-baik saja. Namun rasa sepi itu masih melekat pada ku.

Meski aku tidak lagi minum ataupun merokok tetapi aku masih saja main perempuan sial emang masih saja nakal, tidak perlu waktu lama aku bisa mendapatkan pacar baru di sekolah baru ku.

Bahkan tidak butuh waktu lama pula aku gonta ganti pacar. Shitt ini emang aneh tapi waktu itu tiba dimana aku merasa bosan dengan hidupku.

Kapan aku terus begini, mau sampai kapan aku nyakitin perempuan mainin perasaan mereka, kenapa aku tidak menjalani hidup yang lebih baik lagi.

Fikiran itu selalu terbayang di kepalaku di iringi rasa bersalah dan penyesalan yang besar. Kenapa aku begini kenapa aku masih kebayangan sosok rina yang sampai aku pindah pun aku belum bisa melupakanya.

Terkadang aku sangat rindu, gimana kabarnya apakah dia baik-baik saja, setiap perasaan itu muncul selalu diiringi rasa bahagia tapi sakit.

Aku tak tau apa yang sedang terjadi padaku, rasa penyesalanlah yang paling membuatku kacau. Rasa bersalah yang besar dengan di penuhi rasa Tanya.

Kenapa aku begini "kacau"? Kenapa hal tersebut bisa terjadi "pertengkaran"? kenapa aku sebodoh ini? Kenapa aku tidak bisa terima kondisi ku pada saat itu.

Bukankah rina juga pernah mengalaminya, bukan kah dia pernah ku sakiti juga bahkan tidak hanya sekali, bukankah dia juga pernah ku buat kecewa namun ia tetap bertahan, lalu kenapa aku tidak?

Hidup di penuhi rasa bertanya dan sesal itulah kehidupan ku pada saat itu. Aku berfikir kenapa aku tidak bertahan menerima keadaan pada saat itu toh hubungan kami akan baik-baik saja tidak perlu ada pertengkaran.

Toh dengan tingkah ku yang kacau pada itu tidak memperbaiki keadaan bahkan justru membuat dia tambah ilfil dengan ku. Sunggu hidup yang kelam itu lah yang ku bayangi pada waktu itu.

Dengan pindah harapanku bida dapat melupakanya justru malah sering keingat dia, aku sadar aku kehilangan seseorang yang berharga waktu itu aku kehilangan "Bulan ku karena sibuk mencari bintang"

Aku tidak tau harus bagaimana dan apa yang ku lakuin pada waktu itu aku seperti kehilangan arah. Butuh renungan yang lama hingga aku dapat mengambil jalan ku lagi.

Dan aku memutuskan untuk memperbaiki diri selain menebus penyesalan-penyesalan di masa lalu aku juga ingin membuktikan bahwa aku bisa hidup lebih baik aku emang pernah gagal namun aku akan akan tetap mencoba untuk menjadi lebih baik, hal itu pula yang ingin ku buktikan kepada kawan-kawanku dan orang tua ku karna rasa malu yang pernah ku tanggung sebelumnya.

Sialnya orang tua ku di pindahkan kerja kembali ke darah lamaku, sama seperti tempat sebelumnya, merekapun bertanya kepadaku apakah aku ingin ikut pindah kembali dengan mereka atau ingin tetap tinggal bersama nenek kakek ku.

Walau ku tau harapan ketika aku pindah kembali kesana mungkin saja aku bisa masuk ke sekolah dimana Rina sekolah, karena aku merupakan murid pindahan.

Tetapi dengan pikir panjang aku memutuskan untuk tetap tinggal, aku ingin menjalani hidup yang baru yah hitung-hitung sebagai penebusan dosa lah ya di ungsikan beberapa tahun tidak masalah agar aku dapat hidup mandiri.

Aku percaya "Tuhan menyiptakan penyesalan agar kita tidak mudah dalam mengambil keputusan"

Orang tua ku pun pindah, dan aku tetap tinggal bersama kakek nenek ku. hari itu adalah hari yang baru bagi ku dimana merupakan awal aku ingin berubah.

Yah tentu saja aku sudah putus dengan pacarku pada saat itu, aku memutuskan tidak pacaran dulu, aku ingin focus ke akademik ku dengan membuktikan yang terbaik.

Waktu terus berjalan setahun telah berjalan dan alhamduliah aku sudah merasa menjalani hidup lebih baik di tambah aku tidak penah tidak dapat peringkat kelas, yah paling rendah peringkat 3 lah wkwk.

Walaupun aku menjalani hidupku dengan normal kembali tidak menutup kemungkinan aku kadang teringat dengan dia "rina", kadang rasa rindu itu ada tapi ya biarlah berlau.

Pernah aku ingin mencoba membuka hati kembali kali ini aku ingin coba menjalin hubungan yang serius tidak semata-mata karna hawa nafsu.

Ya aku menemukan dia perempuan yang berbeda, dia kaka kelas ku pemikiran dia pun sangat dewasa, entah kenapa aku suka perempuan yang lebih dewasa ya wkwk

Aku tak menaro patokan bagaimana tipe ku pada saat itu, yang ku tau aku ingin cari perempuan yang sifatnya kayak rina atau kalau bisa lebih baik dari rina.

Aku dekat dengan perempuan itu kami dekat, sudah seperti pacaran begitupun orang lain menilainya. Tapi kami tidak pacaran kami tidak mengikat satu sama lain kami tidak berstatus.

Hubungan tanpa setatus pun ku jalani dengan dia, yah karna pemikiranya dewasa juga ya jadi dia santai aja

Beberapa bulan kami bersama hal nyaman mulai ku rasai tetapi ku rasa ada yang kurang aku tak tau apa itu, apakah karna aku selalu membandingkannya dengan sifat rina ke aku atau expetasi ku ke dia terlalu berlebihan.

Benar saja ternyata dia pun mulai menjauh tidak tau kenapa, ia menjauh tanpa alasan, dan itu merupakan hal yang tidak ku suka dari dia

Entah apa yang dia pikirkan atau entah apa yang ku pengen. Dan akhirnya aku sadar tidak pernah mungkin aku menemukan seseorang rina yang kedua tidak pernah ada ia hanya ada satu di dunia ini hanya dia dan dialah orang yang pernah aku sakiti.

Akupun tidak terlalu sakit hati dengan kejadian ini karena kaupun menaruh hati yang dalam ke dia.

Aku sadar aku tidak akan lagi memberi patokan tipe seperti apa perempuan yang ku mau. Aku harus bisa move one aku gak ingin terus begini, aku tidak ingin memaksakan perempuan yang dekat dengan ku harus memiliki sifat seperti rina.

Yang aku ingin sekarang ialah aku tak ingin berpacaran dulu dampai aku sukses dan kalau emang nanti aku bakal pacaran ku pastikan aku tidak mematokan tipe perempuan yang ku suka.

Melainkan dia yang spesialahbukan karna, cantik, kaya, ataupun baik melainkan dia yang istimewa dia yangbisa mengetuk hati ini kembali. Dia yang membuat aku penasaran hingga akumengenal kembali apa itu arti cinta.

Warna Yang HilangWhere stories live. Discover now