Part 08

17.2K 499 5
                                    

Reyhan berjalan tenang ke arah kantornya setelah memarkirkan mobilnya, sedangkan di sampingnya ada Sinta yang turut berjalan beriringan dengannya. Keduanya cukup menyita perhatian untuk para karyawan yang baru melihat Sinta, terlebih lagi citra bos mereka yang bajingan cukup menguatkan dugaan mereka, bila wanita yang berjalan di sampingnya tak lain adalah jalangnya.

Penampilan Sinta yang sederhana, tidak seperti wanita-wanita seksi yang mendatangi Reyhan seperti biasanya, tak membuat para karyawan yang lain bisa berpikir positif tentang Sinta. Banyak dari mereka yang menduga bila Sinta adalah jalang mata duitan, yang akan memberikan tubuhnya kapanpun bos mereka menginginkannya.

Menjijikkan adalah kata pertama yang para karyawan katakan saat melihat Sinta, terutama para karyawan wanita yang sudah terbiasa melihat bosnya bercinta di ruangannya.

Sedangkan Sinta yang tidak tahu apa-apa hanya tersenyum ke arah mereka dengan sesekali menunduk untuk menyapa semuanya. Namun banyak tatapan sinis yang diterimanya, membuat Sinta bingung dengan semua orang yang berada di kantor Reyhan. Namun Reyhan sendiri justru tampak tenang, lelaki itu berjalan seperti biasa seolah tidak ada yang bisa mempengaruhinya.

"Selamat siang, Pak." Semua orang menyapa ke arah Reyhan dengan kepala menunduk, namun tatapan tak suka mereka masih tampak jelas tertuju ke arah Sinta yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada mereka.

"Hm," jawab Reyhan singkat, tepatnya terdengar malas dan berjalan tanpa beban di hadapan para karyawan. Sedangkan Sinta hanya berusaha untuk tidak peduli, kakinya terus melangkah di samping Reyhan yang masih terlihat tenang.

"Para karyawan di sini terlihat tidak ramah ya?" Sinta memulai pembicaraan saat ia dan Reyhan sudah berada di dalam ruangan.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Reyhan mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya lalu mengecek beberapa pekerjaannya kemarin.

"Ya karena aku melihat sendiri bagaimana mereka menatapku dengan tatapan tidak suka." Sinta mendudukkan tubuhnya di sofa, sepertinya keputusan Reyhan untuk mengajaknya ke tempat kerjanya adalah kesalahan, karena Sinta merasa tidak nyaman di sana.

"Kamu tidak perlu memedulikan mereka! Mereka memang seperti itu kalau ada wanita yang datang bersamaku atau berniat menemuiku ke ruanganku."

"Oh aku paham sekarang, jadi mereka langsung berpikir kalau aku ini jalang milikmu ya? Berarti image kamu sebagai lelaki bajingan itu juga didengar para karyawanmu, begitu?" tebak Sinta yang justru disenyumi oleh Reyhan.

"Tidak cuma para karyawanku, semua kolegaku juga tahu siapa aku." Reyhan menjawab jujur namun ekspresinya tampak sombong.

"Dan kamu bangga dengan semua itu? Tidak bisa dipercaya." Sinta menggeleng pelan namun bibirnya masih tersenyum, mencoba memaklumi sifat Reyhan yang memang sedikit aneh, namun tanggapannya itu justru dicemberuti oleh Reyhan.

"Tentu saja tidak. Bukan begitu maksudku."

"Lalu apa? Sudahlah, kamu bekerja saja. Aku akan membaca beberapa majalah di sini." Sinta mengambil majalah yang berada di atas meja, di sana begitu banyak gambar wanita seksi dengan berpakaian bikini.

"Kamu kenapa tidak marah? Para karyawanku mungkin saja berpikir buruk tentang kamu." tanya Reyhan penasaran, namun Sinta masih fokus dengan majalah yang berada di tangannya.

"Kenapa harus marah? Aku kan memang wanita yang kamu beli untuk memenuhi nafsumu, jadi wajar kalau mereka berpikir buruk tentangku." Sinta menjawab tenang sembari membaca majalah itu dan gambar wanita di sana semakin seksi saat Sinta terus membukanya. Sedangkan Reyhan justru terdiam, Sinta itu begitu baik atau bagaimana? Padahal Sinta melakukan semuanya sampai di titik ini, karena dia harus mencari biaya untuk pengobatan adiknya. Reyhan pikir, Sinta berhak marah, karena dia juga terpaksa menjadi wanita yang cuma dijadikan pelampiasan nafsunya.

In Bed Bastard (TAMAT)Where stories live. Discover now