Part 09

15.2K 513 3
                                    

Setelah pulang dari kantor dan makan malam di restoran, kini Reyhan dan Sinta sudah pulang ke rumahnya. Keduanya tampak lelah, namun Reyhan justru memerhatikan Sinta yang tengah berjalan di depannya. Sampai saat mereka berada di depan pintu kamar masing-masing, Reyhan menahan tangan Sinta lalu menariknya untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Rey, ada apa?" tanya Sinta tak mengerti, kenapa Reyhan tiba-tiba menarik tangannya tanpa mengatakan apapun sebelumnya. Namun lagi-lagi Reyhan hanya terdiam di depannya, tak lama tangannya terbuka dan memeluk erat Sinta seolah takut kehilangannya.

"Rey. Kamu kenapa sih?" Sinta bertanya penasaran, walau tubuhnya hanya bisa terdiam saat lelaki itu memeluknya begitu erat.

Reyhan sendiri merasa tidak tahu dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada hatinya sekarang, namun ucapan Andra tadi siang seolah mampu menamparnya sekaligus menyadarkannya.

Bila kontrak mereka berakhir, adik Sinta sembuh, dan Reyhan merasa bosan pada Sinta, apa ia rela memberikan Sinta pada lelaki lain? Apa hatinya sanggup melihat Sinta menikah dan dimiliki orang lain? Pertanyaan seperti ini kini hinggap di hati Reyhan.

Sinta adalah wanita yang baik, dia tidak seperti wanita-wanita yang dibelinya sebelumnya. Dia selalu bersikap hangat dan tenang di waktu yang sama, padahal situasi hatinya mungkin saja sedang tidak baik. Sinta seolah mampu mengarahkannya ke pemikiran yang lebih sederhana namun mampu membuka matanya dan menyadarkannya.

Tanpa sadar, Reyhan merasa takut kehilangan Sinta. Ada rasa di mana hatinya merasa kosong saat membayangkan wanita itu tidak lagi ada di sisinya. Reyhan berusaha berpikir keras, apa yang sebenarnya sedang ia inginkan sekarang? Kenapa hatinya justru merasa takut akan hari nanti, saat semua tidak lagi sama, saat semua hidupnya tidak ada lagi Sinta.

"Sinta," panggil Reyhan seperti bisikan.

"Iya, Rey. Ada apa? Kamu ini kenapa?" Sinta berusaha menarik diri, namun Reyhan terus merengkuhnya seolah tidak akan membiarkan Sinta pergi ke mana-mana.

"Jangan dilepas dulu." Reyhan menarik pinggang ramping Sinta, membenamkan wajahnya pada pundak wanita itu. Nyaman, sangat nyaman. Reyhan merasa aman saat bersama dengan Sinta, wanita itu seperti mamanya yang selalu membuatnya tenang.

"Oke, aku tidak akan melepaskannya. Tapi kamu juga harus bilang, sebenarnya kamu ini kenapa?" Sinta menghela nafas panjangnya, merasa tidak mengerti saja dengan apa yang sebenarnya sedang Reyhan katakan.

"Bila nanti adikmu sembuh dan aku mulai bosan denganmu, yang mengharuskan kamu pergi dari hidupku, apa kamu akan merindukan aku?" tanya Reyhan yang semakin membuat Sinta tidak mengerti.

"Kamu ini berbicara tentang apa? Kenapa harus memikirkan hal yang terjadi nanti?"

"Tidak apa-apa, aku cuma tidak mau memutuskan hubungan dengan kamu. Bila nanti kita sudah tidak saling membutuhkan, apa kita masih bisa berteman?" Reyhan melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah Sinta untuk membaca ekspresinya.

"Tentu saja kita masih bisa berteman." Sinta menyunggingkan senyumnya, namun Reyhan justru tidak menyukainya. Bagaimana mungkin ia akan sanggup kehilangan senyum indah itu? Sedangkan hatinya selalu menghangat saat melihatnya.

"Tapi aku tidak mau berteman dengan kamu." Reyhan menjawab tanpa sadar, yang membuat Sinta cemberut mendengarnya.

"Maksud kamu apa sih?" tanya Sinta kesal yang kali ini ditanggapi Reyhan dengan kekehan kecil.

"Tidak. Aku cuma bercanda." Reyhan menyunggingkan senyumnya sembari membelai pelan pipi Sinta yang empunya terdiam. Perlahan Reyhan memajukan wajahnya lalu melumat bibir Sinta dengan penuh kelembutan, sedangkan tangannya kini sudah bergerilya di leher dan belakang kepala Sinta. Dan untuk pertama kalinya, Reyhan mencium wanita dengan hati bukan nafsu seperti biasanya.

In Bed Bastard (TAMAT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant