Part 4 Eksistensi

259 52 4
                                    

Lautan penuh cahaya dan langit keemasan, adalah pemandangan di sebuah semesta yang tidak dikenal. Dalam sekejap pemandangan itu bisa berubah jadi gelap total atau jadi putih total. Di beberapa tempat, pepohonan bertumbuh secara terbalik. Dari yang awalnya setinggi gedung pencakar langit, lama-kelamaan menyusut kembali menjadi biji.

Sang Tuan mengambil biji-biji itu dan melemparkannya ke tempat yang jauh. Ia kemudian membuatnya bertumbuh secara normal kembali.

Sang Tuan melayang-layang. Berada tepat di antara permukaan laut dan dasar kediamannya yang juga melayang tinggi di atas lautan. Ia sedang memanipulasi dua set muon dan gluon dari sebuah atom hidrogen. Ia hendak membuat tritium dan deuterium untuk reaksi fusi skala kecil di ruang tamunya nanti.

Kepala Crea tiba-tiba muncul dari dalam genangan jernih di udara, semacam pintu kecil yang menuju ke wilayah tertentu. Ada banyak genangan jernih seperti itu di udara. Crea mendesah pelan, ia meributkan sesuatu soal quasar. Wajahnya tampak bercahaya. Ia keluar dari genangan jernih itu dan melayang mendekati Sang Tuan.

"Wow! Tuan, itu panas sekali!"

"Ada perlu apa, Crea?"

"Tuan, sekarang bagaimana? Okan Marannu bikin ulah. Apa dia mau mencobanya lagi? Ini sudah enam kali."

"Katakan pada Bayu untuk menjemputnya sekarang. Kedatangan Bayu akan jadi kejutan untuknya. Oh iya, soal quasar ULAS J1120+0641 yang bikin kau tidak bisa tidur itu nanti kuurus." 

"Quasar dari konstelasi Boötes itu bisa menunggu, Tuan. Jadi, Tuan bersedia menolong Okan? Lagi?"

"Aku tidak dirugikan. Ia menghancurkan garis waktu lainnya jika kulempar lagi ke masa lalu. Bukan salahku 'kan jika dia merusak semestanya sendiri?"

"Aku paham, Tuan. Bayu siap berangkat ke koordinat orang itu."

"Hei, lihat! Tandukmu tumbuh kembali, Crea."

"Baru beberapa inci saja, Tuan. Tolong pertumbuhannya jangan dibantu lagi ya. Aku mau ini tumbuh secara alami saja. Karena kalau dibantu nanti tumbuh terlalu cepat, aku tidak suka bentuknya, pasti akan kupotong lagi."

"Baik kalau itu maumu, Crea."

Permukaan air laut penuh litium itu berubah dari hijau jernih menjadi keperakan, menjadi seperti cermin yang bergelombang. Sang Tuan melayang sedikit lebih tinggi dan membawa hasil ciptaannya yang bercahaya. Angin lembut mengibarkan rambut-rambut tebal di sekujur tubuhnya.

"Bukankah ini waktu yang sangat baik untuk menangis, Crea?"

"Jika boleh, Tuan, tangisi aku sekali lagi. Tapi tolong bawa masuk benda panas di tanganmu itu, Tuan. Itu benda yang mengerikan meski skalanya kecil."

"Hahaha, tenang saja. Energinya cuma sedikit."

***

Beberapa saat sebelumnya, Sang Tuan berbincang dengan Bayu di taman bunga krisan kesayangannya. Ia sebelumnya menyuruh Crea mengunjungi konstelasi Boötes, sekedar mengawasi quasar kesukaannya.

"Di balik kepandaiannya, Okan itu tidak begitu teliti, Bayu. Makanya kau yang kuambil sebagai asisten."

"Tapi aku ini hasil kloning dirinya. Bagaimana mungkin kami bisa jauh berbeda dalam hal ketelitian? Apa Tuan sudah memanipulasi tubuhku tanpa sepengetahuanku?"

"Karena kau memang tidak sama seperti dirinya. Kalian berdua sangat berbeda. Baik dalam pikiran, perkataan, dan tindakan. Kau makhluk yang berdiri sendiri di luar eksistensi Okan. Bukankah demikian, Bayu?"

"Benar, Tuan. Tapi apa maksud Tuan dengan ketelitian? Apa ini soal planet kembar itu?"

"Nah, seperti kataku, kau memang teliti. Okan tidak pernah sadar kalau tumpukan sampah yang mengorbit Bumi itu menghalangi pandangannya dari benda langit lain yang berdekatan dengan Bumi."

MINDFRAME [ONGOING]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant