Part 1 Sporadis

886 138 54
                                    

Kesepian ialah hingar-bingar dalam dinding tengkorak kepalamu; angin ribut di antara kedua matamu

Bertahun-tahun, Surya mengembangkan cara untuk menumbuhkan makanannya sendiri di pekarangan. Surya paham betul seluk beluk berbagai tanaman pangan dan juga berbagai jenis jamur. Ia tahu betul membedakan jamur-jamur yang tumbuh di pekarangannya, tahu kondisi ideal agar jamur-jamur itu bisa tumbuh. Juga paham betul soal kandungan nutrisinya.

Buku-buku mengajarnya. Tangan Sam dan Marina melatihnya. Kesalahan dan pengalaman adalah dorongan kecil yang menjatuhkannya ke jurang kreativitas. Itulah yang membuat Surya mampu menciptakan kendaraan penuai dari onderdil bekas robot-robot perang. Marina dan Sam tidak kaget, Surya memang sudah menunjukkan kecerdasan dan keberanian luar biasa sejak kecil.

Kelembapan udara Bumi meningkat drastis akhir-akhir ini. Pagi hari area tempat tinggal Surya dipenuhi kabut. Kabut-kabut ia tangkap dengan jala penangkap yang akan mengkondensasi kabut menjadi air bersih. Memberi jalan bagi kemunculan berbagai vegetasi yang telah lama absen dari muka bumi. Tanaman-tanaman tidak muncul begitu saja. Harus ada seseorang seperti Surya yang mencari benihnya sampai ke tempat yang jauh, menyemai, lalu menumbuhkannya di pekarangan rumah kepiting yang ia tinggali bersama ayah dan ibunya. Ia juga perlu menguasai beragam teknik bercocok tanam dari berbagai sumber. Saat ini Surya sedang membaca buku bersama ayahnya.

"Buku Sun Tzu kesukaan ayah itu kemarin kok dibakar? Apa tidak masalah, Yah?"

"Tidak ada lagi perang, Nak. Juga tidak ada persaingan. Tidak ada hubungan bilateral yang harus dibangun. Juga tidak ada bisnis yang harus kita kelola. Buku itu sudah seharusnya dibakar saja. Strategi serumit itu tidak praktis untuk dunia yang kita tinggali sekarang."

"Tapi mengapa literatur lainnya tidak ikut dibakar? Misalnya buku ensiklopedia jamur yang kupegang ini."

"Buku tentang jamur itu punya tujuh ratus lebih gambar berwarna yang jelas lebih berguna untuk hidupmu saat ini. Hal yang berguna seperti itu untuk apa dibakar? Ayah jadi lebih cerdas soal mesin setelah membaca buku-buku di rak itu. Beberapa buku juga mengajari ayahmu ini menjadi lebih romantis pada ibumu. Pokoknya buku apapun selain buku soal seni berperang tidak akan masuk ke dalam api."

"Ayahmu, cuma basa basi. Dia sama sekali tidak romantis. Buku-buku sastra Jepang koleksinya malah membuat dia makin suram."

"Ibu sendiri aneh, menyimpan berbagai macam resep masakan tapi tidak pernah mewujudkannya di dapur."

"Wah semakin pandai saja kau, Surya. Pandai menyindir ibumu ya sekarang?"

Surya diam saja sambil tersenyum lebar. Ia menyadari ibunya sedikit marah dari nada suaranya. Surya sudah berkali-kali membuat Marina kesal beberapa minggu ini. Selain punya keahlian menyindir, Surya memenuhi dinding rumahnya dengan goresan kapur antisemut. Bukannya digambar dengan rapi, goresan-goresan itu lebih menyerupai ratusan teripang yang disambungkan.

"Coba lihat, temboknya berjamur lagi. Udara makin lembap saja ya?"

"Alat pengukur kita rusak, Marina. Tapi sepertinya memang kelembapan udara meningkat akhir-akhir ini."

"Selain itu, semut di rumah ini juga makin banyak kan, Bu?"

"Tapi kau tidak harus sampai menggambar dinding seperti ini, Surya."

"Salahku di mana, Bu? Makanan kita memang sering dimakan semut. Ingat olahan kelapa pertama yang ibu buat?"

"Sudahlah jangan mengingatkan soal itu lagi. Maksud Ibu, kenapa kapur anti semutnya kau pakai bikin gambar aneh seperti ini? Benda bulat panjang yang selalu kau gambar ini apa? Teripang? Kau ini sudah dewasa, Surya. Kenapa masih membuat gambar seperti ini?"

MINDFRAME [ONGOING]Where stories live. Discover now