Paket Data

274 36 25
                                    

Kamis, 4 Juni 2020
Saat pandemi masih berlangsung







***
Tuhan, aku pengin menikmati liburan super panjang.
***

Tuhan mengabulkan doaku ternyata. Aku minta diberi tambahan liburan panjang di awal tahun; Tuhan memberiku dua bulan lebih untuk bermalas-malasan di kamar.

Aku tak perlu mandi pagi untuk persiapan sebelum sekolah. Sekarang setelah bangun tidur aku bisa langsung menonton acara televisi kesukaanku sambil mengemil jajan di toples tanpa harus sikat gigi sebelumnya. Aku juga bisa langsung kembali ke kamar saat tayangan acara favoritku sudah habis.

Biasanya aku bakal aktif media sosial mulai dari Facebook, WhatsApp, Line, Instagram, YouTube, dan yang terbaru ini aku main-main di Twitter. Dulunya mana sempat aku buka semua aplikasi ini, jangankan berselancar ria, aku sendiri bahkan tidak punya Instagram, Twitter, dan Facebook sebelumnya. Hanya karena pandemi ini aku jadi gampang bosan dan akhirnya men-download beberapa aplikasi sebagai pelampiasan.

Aku awalnya sempat merasa bosan, tetapi lama-kelamaan aku merasa enak kalau begini saja. Tidak perlu sekolah, bisa belajar di rumah, tidak perlu mendengarkan guru mengajar di papan tulis yang menjemukan, kalau kangen teman cukup telponan lewat smartphone masing-masing.

Namun sayang, aku tidak pakai Wi-Fi seperti orang-orang kebanyakan. Ibu bilang di rumah ini hanya aku yang aktif menggunakan smartphone sementara yang lainnya tidak, jadi usulanku ditolak mentah-mentah. Alhasil aku harus mengisi ulang paket data Telkomsal agar dapat terus hidup di tengah pandemi Cornana.

Paketan bulananku habis hanya dalam waktu seminggu, maklum lah ... setiap harinya aku tidak bisa keluar ke mana-mana karena pembatasan interaksi sosial diberlakukan besar-besaran. Berkumpul bersama teman-teman hanya akan menimbulkan masalah jadi segala interaksi sosial kupindahkan ke layar tipis canggih ini.

Di sini peranan smartphone sangat berarti bagiku. Sekalinya saja paketanku habis aku pasti segera melihat isi dompetku. Kalau jumlah uangnya kurang, aku gelagapan mencari uang di lemari dan laci meja belajar.

Kali ini paketanku habis tak bersisa padahal grup kelas lagi seru-serunya mengghibah. Uang lima ratus ribu di dompetku sudah lama raib dua minggu yang lalu akibat pembelian paket data Telkomsal yang semakin hari semakin mahal. Mencari uang di balik lipatan baju dan di tiap laci juga tidak berguna.

Akhirnya aku tidak ada pilihan selain merayu Ibu yang sedang mengulen adonan nastar. "Ibuk kok cakep banget ya hari ini."

"Kalau kamu mau minta uang lagi buat beli paketan Ibuk enggak mau kasih dulu ya. Orang yang pesan jajan hari raya mulai berkurang gegara Covad-19 jadi kita harus berhemat," kata Ibu langsung ke inti tanpa mengalihkan pandangan dari adonan yang diulennya.

"Yah tapi Buk, aku ada tugas sekolah yang enggak bisa dikacangi gitu aja. Nanti nilai sekolahku jelek jadinya," kataku mencari-cari alasan, "lagian besok ada ujian MTK, fisika, sama kimia."

"Itu gurumu enggak bisa lebih santai sedikit gitu kasih ujiannya?"

"Enggak bisa, Buk, dua hari yang lalu Nining sama Indra sempat protes tapi kena omel sama Pak Joko Anwar, guru MTK di kelas kita. Kemarin Didik minta baik-baik sama Bu Megawati Sukarni biar tugas kimianya dikendorin sedikit tapi malah dikacangi. Susah, Buk!"

"Terus guru fisikamu juga sama?"

"Ish Ibuk ini ... Pak Jokowa sabar orangnya, tapi tetep aja ujiannya enggak bisa diundur-undur lagi."

"Yasudah sana ambil uang di dompet dekat meja makan. Ambil secukupnya aja lho ya--nanti bantu Ibuk ngisi selai nanas di nastarnya, ya?"

Kukecup pipi Ibu sebagai ucapan terima kasih lalu mengambil selembar uang biru dari dompetnya. Aku bergegas mengeluarkan sepeda dari garasi, sebelumnya kukenakan jaket dan topi untuk menangkal panas matahari, tak lupa membebatkan masker kain--mengikuti protokol kesehatan.

Ayam dan Ceker BesinyaWhere stories live. Discover now