Tiga

503 36 0
                                    

.

.

.

.

Namjoon akhirnya mengubah mode ponselnya menjadi diam. Ponselnya berkali-kali berdering, ia tentunya sedang ingin fokus untuk lagu kali ini. Sedikit lagi ia perlu mereview kembali demo yang sudah ia buat beberapa hari ini.

Tapi ponsel itu terus berkedap-kedip menandakan seseorang tengah menelfonnya. Tapi Namjoon membalikan layar ponsel itu agar tidak mengganggu konsentrasinya.

Namjoon sebal, sudah berapa kali dia tegaskan pada Kakaknya tersebut agar tidak mengganggunya ketika ia sedang membuat lagu.

"Kenapa Hyung tidak bisa mengerti? Aku harus konsentrasi untuk lagi di album ini. Tidak kah kau tahu Pdog Hyung memberikan kesempatan ini untukku lebih banyak membuat lagu" Ujarnya membentak kakaknya di sebrang sana.

"Hyung faham, tapi kau sudah tidak pulang ke dorm selama satu minggu. Hyung tebak kau tidak makan atau tidur dengan benar. Kau harus jaga kesehatanmu Namjoon!" Seru Seokjin.

Rahang Namjoon mengeras.

"Kenapa kau bertindak seperti kau itu keluargaku huh? Apa hakmu mengatur hidupku? Aku disini leadermu. Urusi saja dirimu yang tak berkembang itu Hyung!" Namjoon mematikan Ponselnya ia melempar ponselnya itu sembarang sampai terdengar bunyi beberapa barang berjatuhan.

Sungguh Seokjin sangat mengganggu konsentrasinya, ia ingin lagu yang dibuatnya menjadi masterpiece di album selanjutnya nanti.

Di sebrang sana Seokjin hanya menghela nafas, sungguh kata-kata Namjoon membuat hatinya seperti terbelah. Namun ia faham, leadernya itu sedang stress dengan banyak pekerjaan dan pasti jengkel ketika dirinya mengingatkan Namjoon untuk pulang, beristirahat dan makan yang baik. Ia terlampau khawatir pada leadernya. Ia tidak mau Namjoon tumbang karena terlalu keras bekerja. 

...

C A R EWhere stories live. Discover now