Prolog

13 3 1
                                    


Suara benturan benda keras yang menghantam trotoar diiringi teriakan panik mengalihkan perhatian orang-orang yang berada di sekitar kejadian. Seorang gadis tampak berteriak histeris dan menangis sambil memanggil nama lelaki yang tergeletak di aspal dengan bersimbah darah. Seorang gadis lain yang segera memangku kepala laki-laki tersebut sibuk menelepon sambil bicara dengan nada tinggi.

"Kak Salman ... bangun Kak!" teriaknya dengan panik. Lelaki yang bernama Salman berusaha membuka mata. Wajah yang bersimbah darah menghalangi pandangannya. Gadis itu meraih tangan Salman dan memegangnya dengan kedua tangan. Airmata terus membasahi pipi putihnya.

"Aku ti-dak a-pa a-pa ...," ucapnya terbata-bata. Matanya beralih pada gadis yang sedang memangku kepalanya dan berusaha tersenyum. Melalui tatapan mata keduanya saling bicara dan menguatkan. Tiba-tiba tangan Salman terkulai lemas dan jatuh di sisi tubuhnya.

"Tidakkkk!" teriak Rahma terjaga dari tidurnya. Mimpi itu lagi. Selalu mimpi yang sama yang menghantui dirinya.
Rahma menatap gadis manis yang sedang tidur bersamanya. Wajah gadis itu sangat mirip dengan ibunya, tetapi sorot matanya mirip ayahnya, Salman. Malam ini Rahma sengaja mengajak gadis kecil ini menemaninya tidur karena suaminya sedang dinas luar kota.

"Ada apa, Bu?" gadis ini segera duduk dan mengambilkan air putih. Rahma mengambil gelas yang diulurkan dan segera menghabiskan isinya. Perlahan ia menyuruh gadis itu duduk di sampingnya. Gadis manis dengan rambut ikal sebahu itu segera menuruti perintahnya.

"Sebenarnya ibu mimpi apa?"
"Masa lalu, Nak. Kejadian yang hampir merenggut nyawa ibu," jawab Rahma sambil menatap wajah gadis kecil yang berusia delapan tahun ini.

"Apakah ibu tidak dapat melupakannya?"

"Tidak akan pernah, Nak. Jika tidak ada pertolongan dari orang tersebut mungkin ibu tidak akan bersamamu saat ini," sahut Rahma sambil membelai rambut gadis kecil ini.

Perlahan ia merangkul tubuh kurus yang berada di sampingnya. Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Rahma merasa baru kemarin mengambil gadis kecil ini sebagai anak angkatnya dan kini gadis kurus ini telah beranjak besar. Penampilannya yang sederhana dan riang menjadi penghibur tersendiri bagi Rahma sekeluarga.

Rahma tidak menyesali keputusannya untuk mengambil gadis ini sebagai anak angkat. Keputusannya ini sebagai bentuk rasa terima kasih dan balas jasa terhadap pengorbanan orangtua gadis ini saat menyelamatkan dirinya. Meskipun kejadian itu sudah lama berlalu, tetapi ingatannya masih begitu jelas terbayang. Rahma tidak akan pernah lupa dengan wajah-wajah yang penuh kasih dan saling menyayangi.

"Aku berjanji akan menjaga mutiaramu ini dengan baik, Kak. Aku berjanji padamu," batin Rahma. Gadis kecil ini beranjak dari tempat tidur dan segera membuka jendela kamar.

Suara azan subuh sudah terdengar dan dengan langkah ringan gadis kecil ini memulai aktifitasnya. Tatapan Rahma masih terpaku padanya. Tiba-tiba wajahnya menjadi hangat dan senyuman tersungging di bibir. Gadis yang telah merebut hatinya sejak pertemuan pertama kali dan membuatnya bertekad untuk menjadikan gadis ini sebagai bagian dari keluarganya. Gadis kecil ini memiliki nama Sita Devi Ocraviani.

🌿🌺🌿🌺🌿🌺

Haiii ... Ketemu lagi ya, gaess.
Gimana kabarnya? Saya doakan semoga semuanya selalu sehat dan terhindar dari virus Covid 19. Aamiin

Saya ingin melanjutkan kisah Sita yang sempat tertunda. Siapa Sita? Bagaimana dia bisa mengenal keluarga Ivan Gunady?
Mana keluarganya?

Duh... Pertanyaannya udah mendetail aja. Sabar ya, nanti saya akan buka satu persatu. Ikuti kisahnya ya. Jangan lupa vote like and commentnya ya. Terima kasih

🌿🌺🌿🌺🌿🌺

Bukan Cinta BiasaWhere stories live. Discover now