Chapter 3. Keputusan Sita

3 2 1
                                    


“Ketika dirimu tak mampu berbagi keluh kesah padaku lagi, maka kurasa kehadiranku sudah tak kau
perlukan lagi”
(Sita)

    Sita sedang melamun ketika mama Tyo memasuki kamarnya. Wajahnya yang lembut dan penuh kasih menatap Sita dengan tatapan heran.

“Hei … Ada apa ini? Kenapa wajah anak gadis Mama kusut begini. Kamu nggak suka pindah ke kota ini ya?” tanyanya lembut sambil membelai rambut Sita yang mulai panjang.

“Tidak, Ma. Sita hanya ke pikiran aja harus mengikuti pembekalan besok di kampus. Sita tidak mengenal siapapun di sana?”

“Apa perlu Mama temani ke kampus. Mama nggak ada kerjaan juga …,” sahut mama Tyo cepat.

“Tidak … Nggak usah, Ma. Entar di bilang anak Mama lagi. Sita bisa, Ma. Jangan khawatir!” balas Sita cepat.

Mama Rahma hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

“Baiklah. Sekarang kita makan dulu. Panggil Kak Tyo cepat, ya!” Mama Rahma segera meninggalkan kamar Sita.

Kepergian mama Tyo mebuat Sita kembali ceria. Baginya mama selalu bisa membuatnya bahagia. Mama sangat menyayanginya, meskipun dirinya bukan anak kandung. Kadang-kadang Sita merasa mungkin dirinya memang anak kandung Mama Rahma, tetapi kesadaran menghantamnya saat mengingat pertama kali diadopsi oleh keluarga ini.

“Kak Tyo … Ayo, makan!” Sita mengetuk pintu kamar Kak Tyo.

Namun, tidak ada jawaban dari dalam kamar. Perlahan Sita mulai membuka ganggang pintu dan ia terkejut melihat Kak Tyo sedang mendengarkan musik dan menatap keluar jendela.

“Kak Tyo …,” panggil Sita sekali lagi.

Tyo tidak mengindahkan panggilan Sita dan seolah-olah pikirannya berkelana entah kemana. Akhirnya Sita segera mendekatinya dan menepuk pundaknya.

“Kak …,” teriak Sita.

Tyo terlonjak kaget dan berbalik menatap Sita.

“Kamu ya …,” Tyo  menatap Sita dengan wajah sewot.

“Melamun Kak Mirah ya?” tanya Sita nakal.

Wajah Tyo berubah lembut saat nama Mirah disebut Sita.

“Sstt. Jangan beritahu Mama ya!” ucap Tyo dan ingin meraih tubuh Sita, tetapi gadis itu menghindar sambil cengar cengir.

“Kak, dipanggil mama tuh. Ayo, makan sama-sama,” ajak Sita dan segera menuju pintu.

“Iya, kamu duluan aja. Nanti Kakak menyusul. Ingat, jangan cerita ke Mama ya!” ancam Tyo dan segera meletakkan handphonenya di meja.

“Siap, Kak. Sita duluan ya,” Sita segera meninggalkan kamar Kak Tyo.

Tak lama kemudian Tyo menyusul. Sita segera menarik kursi dan duduk di sebelah mama, sedangkan Tyo mengambil posisi di seberang Sita.

Kehadiran Bibi Ani yang baru datang kemarin untuk membantu mama membuat pekerjaan mama dan Sita lebih ringan. Bibi Ani sangat cekatan dalam menangani semua pekerjaan rumah.

Pengalamannya selama 10 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga tidak perlu diragukan lagi. Sifatnya yang santun dan ramah membuatnya cepat akrab dengan semua penghuni rumah termasuk Sita.

***

    Hari ini Sita mulai sibuk dengan segala aktivitas kampus. Semua persiapan untuk PK2MABA (Pengenalan Kegiatan Kampus Mahasiswa Baru) yang diadakan selama seminggu telah terpenuhi. Pikiran Sita teralihkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Ia sudah tidak terlalu memikirkan gadis yang menarik minat Kak Tyo.

Bukan Cinta BiasaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora