Trap

5 2 0
                                    

Hari ini adalah hari kedua di mana psikopat gila yang akan dieksekusi kabur dari penjara. Entahlah, tidak ada yang tahu bagaimana bisa dia kabur. Katanya, dia seorang pria bertubuh tinggi seperti model. Wajahnya tampan, dia juga berpakaian sangat rapi. Pokoknya tidak terlihat seperti seorang pembunuh mengerikan yang diberitakan media yang membunuh korbannya dengan cara memotong, lalu menyimpan potongan tubuh mereka sesuai dengan jenis ke dalam sebuah akuarium besar.

Selama dua hari juga berita tentang psikopat itu bermunculan. Bermacam peringatan diberikan terkhusus untuk gadis-gadis muda yang ada di kota ini untuk lebih berhati-hati, bahkan tidak pergi keluar malam-malam. Walaupun begitu, masih banyak gadis-gadis yang berkeliaran di luaran malam-malam. Tentu saja, bahkan jutaan membunuh yang katanya berkeliaran di kota tidak akan menghalangi orang-orang untuk mencari uang.

Seperti orang-orang lainnya, gadis itu kini tengah menunggu di halte bus untuk pulang ke rumah setelah seharian bergulat dengan laporan dan juga layar komputer yang tak mati-mati. Rasanya punggung dan bahu akan lepas. Kepala masih terasa pening, ditambah dengan betis yang seharian menggunakan sepatu bertumit tinggi. Untung saja setelah pulang dia bisa mendapatkan bangku di halte bus yang padat itu. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya bus yang ditunggu tiba.

Setelah masuk, gadis itu sayangnya tidak mendapatkan bangku untuk duduk. Semuanya penuh. Orang-orang berseragam kantoran memenuhi kendaraan berbentuk kotak bermesin itu. Saat sedang mencari-cari bangku kosong, sebuah tepukan dia rasakan. Menoleh, gadis itu lantas tersenyum saat seorang pria yang tadi menepuk bahunya memberikan bangku yang dia duduki untuknya.

Terima kasih atas wajah cantik yang diberikan oleh Tuhan ini, gumamnya.

Lantas lima belas menit kemudian, bus itu pun berhenti di halte yang dia tuju. Menghela napas lega, gadis itu akhirnya bisa bebas dari bus yang begitu sempit dan pengap karena banyaknya penumpang di jam kerja ini. Namun perjalanannya belum selesai, sebab gadis itu harus berjalan sekitar lima belas menit lagi menuju flat yang dia beli hasil menabung dua tahun dari tempatnya bekerja.

Jalanan terasa sepi dan juga remang, hanya ada suara berisik dari binatang malam dan juga pencahayaan redup dari lampu jalanan. Selama perjalanan menuju flat, gadis itu hanya bersenandung kecil untuk mengisi kekosongan. Hingga akhirnya dia tiba di tempat tinggalnya, hanya saja sesuatu membuatnya terkejut manakala dia memasukkan sandi pada kunci pintu otomatis miliknya. Jantungnya berdetak tak karuan, pikiran-pikiran buruk bermunculan, lalu dengan keberanian yang coba dia kumpulkan, dia masuk dengan hati-hati ke dalam rumahnya yang hanya disinari oleh cahaya remang dari rembulan yang masuk lewat jendela yang terbuka.

Hening yang terasa mencekam nyaris mencekiknya, namun gadis itu tak bisa berbuat apa-apa karena sudah terlanjur masuk ke tempat tinggalnya. Detik demi detik terlewati dengan perasaan tak nyaman, gadis itu kemudian mengambil pisau yang berada di pantry untuk jaga-jaga. Hanya saja saat dia menghidupkan lampu, gadis itu dibuat terkekeh pelan. Sosok itu, yang dua hari terakhir membuat takut orang-orang, kini terlihat bersimbah darah di ambang pintu kamar mandi.

"Kenapa kau mengagetkanku, sih?" tanyanya pada sosok yang sudah tak lagi bernyawa itu, pun bersujud menatap pada wajahnya yang membiru dengan matanya yang terbuka. "Makanya jangan asal masuk rumah orang lain, ya!" lanjutnya.

Melepaskan tali yang mengikat tubuh pria itu dan membuang pisau yang menancap pada kepalanya, si gadis lantas menarik tubuhnya. Benar, persis seperti apa yang dikatakan media. Wajahnya tampan, tubuhnya bagus, dan baunya wangi. Tapi sayangnya, gadis itu tak tertarik pada seorang manusia setampan apa pun wajahnya. Sebab yang dia sukai adalah mayatnya. []

The Whalien ClubWhere stories live. Discover now