Rejected

4 2 0
                                    

Terkadang aku sering merasa bingung dengan orang-orang yang merasa bahwa dirinya bisa mendapatkan ketenangan saat mereka berada di tepi lautan, padahal lautan adalah tempat yang paling menakutkan daripada daratan. Anehnya, orang-orang selalu bertindak bahwa lautan adalah sebuah tempat indah yang menyegarkan mata.

Saat aku berada di tepi lautan, satu-satunya hal yang aku dapatkan hanyalah sebuah ketakutan yang teramat. Debur ombak yang katanya terdengar seperti lagu tidur itu malah terdengar seperti sebuah suara dari neraka yang memanggil untuk sesegera mungkin mendekat dan menjadi bagian dari mereka.

Di tepi lautan, yang aku lakukan hanyalah menunggu ukuran ombak semakin besar dan menyentuh bibir jalanan. Lalau dalam sekejap, semuanya menghilang. Yang tentu saja bukannya bertindak mellow seperti orang lain yang membawa gitar untuk bernyanyi dengan teman-temannya atau mungkin duduk sendirian dengan buku di atas pangkuan. Sayangnya, aku bukanlah salah satu dari mereka.

Karena aku berbeda.

Dua tahun telah berlalu, tapi semuanya tak kunjung menghilang. Masa lalu yang telah lewat berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang menakutkan, lantas menjadi seperti parasit yang enggan untuk pergi bahkan perlahan menghabisiku satu per satu. Semuanya rumpang, padahal tak ada satu pun dalam diriku yang telah rampung.

Perihal tatapan yang mengarah padaku, perihal mulut yang terus menggunjingku, atau bahkan perihal stigma negatif yang sudah seperti sebuah tropi yang diberikan padaku secara terhormat.

Gadis korban pemerkosaan.

Sudah tak perawan. Memalukan.

Jadi perusak nama baik keluarga.

Tak ada kucing yang menolak ikan asin.

Aku diam, tapi bukan berarti aku merelakan semua hal yang mereka sematkan padaku. Sayangnya tidak. Aku menyimpan bermacam dendam, keinginan untuk menyingkirkan mereka satu per satu, atau bahkan doa di mana aku berharap hal-hal buruk datang pada mereka. Namun seperti yang lain-lain, aku hanya bisa menyimpan semuanya sendirian dan membawanya pergi bersamaku ke manapun kaki ini melangkah.

Sebab sekalipun aku mengaku pada dunia bahwa aku tidaklah berdosa atas apa yang terjadi padaku di masa lalu, aku tetap tidak akan menemukan sebuah keadilan.

Sementara aku sudah terlalu banyak menemukan mereka yang berusaha untuk bersuara hanya untuk ditolak mentah-mentah.

Fin

The Whalien ClubWhere stories live. Discover now