Kita akan Bahagia, bukan?

9 2 0
                                    

"Kita akan bahagia, bukan?"

Sosok itu menoleh ke arah sumber suara. Ini adalah pertanyaan sama kesekian kalinya yang perempuan itu lontarkan padanya. Lelaki itu tersenyum, pun mengangguk. Tidak, dia tidak marah. Tidak pula jengkel dengan pertanyaan bebal yang perempuan itu tanyakan. Dia mencintai perempuan ini, teramat. Mendengarnya berulang kali mengoceh di perjalanan panjang tak berujung itu membuatnya semakin bahagia.

"Kita benar-benar akan bahagia, bukan?"

Lagi, pertanyaan yang sama. Lelaki itu kemudian menghentikan langkah kakinya dan menatap sang kekasih lamat dengan senyum yang tak kunjung hilang pada wajahnya yang bersinar. Angin meniupkan rambutnya, desau suara gesekan dari ranting terdengar menenangkan dada. Untuk pertama kalinya dalam hidup, dia merasakan kebahagiaan. Seolah badai telah berlalu dan semesta telah memberikan mereka waktu untuk bahagia bersama.

"Tentu, kita benar-benar akan bahagia." jawabnya.

Perempuan itu terdiam, kedua matanya menatap sendu pada sang kekasih. Sayangnya dia tak bahagia. Sayangnya dia tidak ingin tersenyum. Sayangnya dia tidak merasakan degup anomali luar biasa pada dadanya. Juga, sayangnya dia tidak merasakan ada jutaan kupu-kupu berterbangan menggelitik perut. Ada sesuatu yang dia tinggalkan, seolah kehampaan berhasil menariknya pada sebuah rasa gundah yang luar biasa.

"Bagaimana dengan anak kita? Dia akan bahagia, bukan?"

Pada akhirnya yang ditanya terdiam. Sangking besarnya rasa cinta pada sang kekasih, dia sampai lupa pada sosok yang mengisi kekosongan hidup mereka. Lelaki itu kemudian menarik diri untuk memeluk sang kekasih. Begitu erat, begitu hangat, dan begitu mesra.

"Dia akan bahagia, tenang saja. Ada begitu banyak orang menyayangi dirinya," jawabnya lagi, kemudian melepaskan pelukan itu dan menatap sosok itu lembut. "Semesta memberikan kita lebih banyak waktu untuk berdua. Tanpa ada orang-orang yang menghina. Tanpa ada orang-orang yang berniat jahat. Tanpa ada orang-orang yang menyakiti. Semesta benar-benar membiarkan kita untuk bahagia, berdua."

"Kita akan bahagia, bukan?"

Sebuah anggukan kemudian dia berikan untuk kesekian kalinya, pun membawa langkah untuk kembali melanjutkan perjalan dengan jemari yang menggenggam erat milik sang kekasih. Sekarang mereka terdiam. Tak ada lagi konversasi yang terjalin di antara mereka berdua. Semesta telah berhenti menghukum mereka atas semua kesalahan yang pernah mereka perbuat.

Sekarang, mereka benar-benar akan bahagia.

Fin

Aku wajibin kalian dengeri lagu di mulmed, ya. Aku nulis ini sambil denger lagu itu dan emang beneran mewek. Pokoknya mahh, rest in peace kalian 🙏

Terlepas dari takdir atau sebuah kebetulan, tapi dari kisah mereka aku belajar bahwa terkadang emang ada beberapa manusia yang dilahirkan untuk menjadi setulus itu.

cr: twitter

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

cr: twitter

The Whalien ClubWhere stories live. Discover now