15

12 0 0
                                    

Sementara itu, di Tokyo pada waktu yang sama di Nagoya.

Juniornya Haku yang saat ini sedang bekerja malah diomelin oleh bossnya karena tidak sengaja ketahuan main hp saat bekerja. Padahal, sebelum beliau datang, Narumi sedang menerima telpon dari mitra bisnis kantornya yang kebetulan menelpon Narumi langsung. Hal ini, membuat moodnya Narumi langsung anjlok seketika.

“Ugh, boss sialan. Mentang-mentang aku cuman megang hp satu tangan dikira main hp dari awal masuk. Padahal, aku baru aja dapet telpon dari mitra,” Narumi pun menarik nafas berusaha menjaga emosinya tetap kalem.

Lalu, hpnya Narumi pun bergetar lagi dan layarnya menunjukkan display name yang sepertinya mitra bisnisnya kembali.

“Halo, terima kasih telah menelpon ke Chiyoda Financial. Saya Kohinata Narumi. Ada yang bisa dibantu?” Narumi pun memulai kembali menerima telpon dari kliennya yang sepertinya membuat Narumi bersemangat untuk keluar dari kantor setelah telpon.

Setelah beberapa saat kemudian, panggilan pun berakhir dan Narumi pun langsung bangun dari bangkunya sekaligus membawa kunci dan juga kartu absen kantornya.

“Hari ini aku ada meeting dan langsung pulang. Jadi aku duluan ya!” sahut Narumi ke rekan kerja ruangan termasuk dengan boss yang baru saja mengomelinya.

Ketika ia sudah keluar dari ruangan, Narumi pun langsung absen pulang dan berlari secepat kilat menuju ke tempat parkir dimana Lancer Evonya sudah menunggu.

“Nihihi… mau ketemu klien sambil diajakin makan malam memang terbaik ya. Lumayan buat tambahan modal modif evo ini nanti.” gumamnya sambil naik ke Evo yang ia gunakan sehari-hari termasuk pada saat meeting keluar.

Ketika mesinnya sudah menyala, dia pun membayar parkirnya di pintu keluar kawasan parkir dan langsung pergi menuju ke lokasi meeting yang memang berada jauh dari kawasan Chiyoda.

“But still, apakah senpai bisa ditemui malam ini…” Gumam Narumi sambil mengirimkan pesan saat mobilnya lagi berhenti di lampu merah.

Tak lama kemudian balasan pun muncul dan Narumi hanya bisa menarik nafasnya.

“Ternyata kemaren beneran balapan ya… makanya senpai memilih kabur ke Nagoya. Enaknya ya kalo bossnya juga memiliki hobi yang sama.” gumam Narumi.

=w=

Kita kembali lagi ke Nagoya untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh Haku dan Olivia. Saat ini mereka berdua malah sedang berada di garasi rumahnya Haku dan mereka saat ini sedang membuka kap mesin Mazda Savanna RX-7nya Olivia.

“Aku kira kalau mau engine swap kap mesinnya tetap dipasang.” ucap Olivia.

“Hadeh, kamu gimana toh, Olivia. Kan lebih gampang kalau kap mesin, bumper depan, ama lampu-lampu dibuka semua.” balas Haku.

Mereka pun melepaskan semua baut yang mengikat kap mesin dan juga penahan kap mesinnya sebelum akhirnya kap mesinnya bisa terlepas dengan mudah.

“Satu parts sudah terlepas, tetapi masih banyak hal yang kudu dilakukan sebelum melepaskan mesin…”

Olivia pun langsung melepaskan bumper depan dengan melepaskan beberapa baut dan klip dan akhirnya bumper depan pun terlepas. Sementara Haku melepaskan lampu depan sebelah kiri dan kanan sebelum akhirnya melepas crumple zone, radiator, sistem pendinginan mesin dan akhirnya ujian pertama untuk mereka berdua pun dimulai.

“Akhirnya tinggal bongkar engine mountain sama transmisi sebelum akhirnya mesinnya bisa dilepas ya.”

“Jangan lupa soal fuel systemnya sebelum melepaskan yang lain. Oh sama persiapkan penampungan bensinnya.” balas Haku.

“Tentu saja!” sahut Olivia.

Mereka pun akhirnya memulai pekerjaan berikutnya, melepas baterai, sistem pengantaran bahan bakar, pengosongan tangki bensin dan juga mengorder parts yang dibutuhkan. Salah satunya dongkrak mesin dan juga dongkrak transmisi untuk menahan transmisinya.

“Pokoknya hari ini itu aja dulu. Ibu juga udah manggil buat makan malam. Memang rada-rada sayup sih.” Balas Haku.

“Iya. Besok atau lusa kita selesaikan bongkar mesinnya.” balas Olivia.

Mereka berdua pun akhirnya menikmati makan malamnya dan sebelum mereka beristirahat, Olivia pun menanyakan sesuatu kepada Haku.

“Kalau lampu depannya diganti ke model yang tidak melipat gimana ya?” tanya Olivia.

“Boleh banget apalagi mengingat partsnya sekalian diorder besok ya. Eh tapi kamu ga apa-apa make setup Naturally Aspirated dulu buat mesin rotarinya?” Tanya Haku balik.

“Yaaa, ga masalah. Aku malah penasaran kalo Naturally Aspirated dengan mesin seperti itu bisa ngasilin berapa. Kalau sama kaya mesin bawaan FC yang berturbo mah, pas dikasih turbo bakal kencang nih.” balas Olivia.

“Memang susah diprediksi sih kalau mesinnya masih belum dipasang…” ucap Haku sambil nyengir.

“Kamu nyengir kenapa? Apa jangan bilang mesin naturally aspiratednya lebih dari 205 hp bawaan mesinnya FC?” tanya Olivia yang mulai cemas.

“Maa, mungkin lebih kencang dari mesin Mazda RX-8 yang sekitar dua ratus tiga puluh delapan horse power tapi kurang dari mesin RX-7 yang series terakhir yang dua ratus delapan puluh horse power.” balas Haku nyengir.

“… Haku! Kalau NA aja antara segitu, apa gue bisa handle power mobilnya pas make turbo nanti?” Tanya Olivia panik.

“Ahaha… tenang aja. Paling juga sekitar dua ratus enam puluhan horse power nanti. Tapi karena NA build, transmisinya kudu close ratio ini mah.” balas Haku nyengir.

“… langsung make transmisi ala mobil balap di sirkuit gitu?” tanya Olivia sweatdrop.

“Ya soalnya kalau mau maksa pake transmisi bawaan takutnya banyak power loss karena putaran mesinnya terlalu rendah.” balas Haku sweatdrop.

“Emang kamu ga nyadar kalau ini sempet dibahas di kuliah?”

Olivia pun langsung masang ekspresi muka orang bego dan akhirnya dia pun menepok jidatnya.

“… iya ya. Tapi wajar sih, awalnya anak IPS nekat ambil teknik mesin karena takut kesepian.”

Haku pun tertawa canggung dengan jawaban Olivia.

“Seengaknya kamu akhirnya lulus. Tapi serius deh… kalau Carla masih hidup entah rencana apa yang ia bakal lakukan ke mobilmu nanti…”

“Iya ya. Oh iya. Jadi besok lanjut bongkar?” tanya Olivia.

“Ga dulu deh…” balas Haku

“Maksudnya? Oh iya parts pendukungnya belum ada ya.”

“Nah itu tahu. Lagian juga banyak hal yang kita lakukan nanti. Belum setupnya juga.”

“Banyak sekali pokoknya.” balas Olivia.

“Menyelesaikan mimpi itu perlu banyak pengorbanan sih…”

Setelah itu, mereka berdua pun membereskan peralatan mereka dan meninggalkan garasi untuk beristirahat. Minami yang melihatnya pun hanya bisa tersenyum dengan keadaan mereka berdua.

“Seandainya kau bisa melihat pemandangan ini, apa yang akan kau katakan, Carla-chan?” Gumam Minami sambil tertawa kecil.

Malam hari pun tiba, Olivia dan Haku pun menikmati makan malam dengan kroket dan salad ditemani dengan semangkok nasi dan sup miso. Makan malam yang sepertinya terlihat simpel dan juga mudah dimakan saat lagi istirahat habis membongkar mesin.

“Oh iya, kalian ada rencana mau balap dimana saja untuk Mazda itu?” Tanya Minami.

“Soal itu, yang pasti mau coba ke Yabitsu Touge di Kanagawa dulu, tante. Baru nanti bakal mancing Porsche itu di Tokyo.” balas Olivia.

“Yabitsu huh…”

“Kenapa, bu?” Haku pun penasaran.

“Tidak kenapa-napa.”

“Untung Olivia lebih memilih ke Yabitsu dibanding ke Haruna duluan ya…” gumam Minami.

Shuto Speed Story : Hurting HeartWhere stories live. Discover now