[OW•08] Bersaing

304 35 8
                                    

(⁠~⁠‾⁠▿⁠‾⁠)⁠~ Haloha~
Cerita terfokus dengan sudut pandang Wei Wuxian tentang kondisi keluarganya.
Adegan romantis? Tipis-tipis.

~ Happy Reading ~

Lan Zhan. Pemuda itu, ia adalah teman dekat sekaligus sainganku dalam kelas untuk meraih peringkat satu.

Semester kemarin ia masih menetap di posisi pertama, sementara aku di posisi kedua. Dan Ayah paling tak suka itu.

Bagi Ayah, nilai adalah segalanya. Ia bahkan meminta padaku untuk menghalalkan segala cara demi meraih posisi itu.

Menurutinya? Tentu saja tidak, aku tak akan melakukan tindakan curang itu.

Tiba saatnya, hari ini adalah pembagian hasil ujian Matematika yang dilaksanakan minggu lalu.

Aku terus memainkan jariku gelisah sambil menunggu lembar ujian milikku. Terus berdoa dalam hati semoga hasilnya sesuai dengan yang kuharapkan.

Kini hasil sudah di tanganku.

Tanganku bergetar hebat tatkala melihat angka yang ada di sana. Angka delapan puluh tertera di atas kertas dengan tinta merah.

Tidak, ini bukan nilai yang diinginkan Ayah. Beliau pasti akan marah besar. Pikiranku melayang tentang bagaimana nasibku nanti saat di rumah.

"Dapat berapa, Xian?"

Aku dikejutkan dengan pertanyaan dari teman sebangkuku. HuaiSang.

"Cuma delapan puluh."

Mata pria itu membulat. "Cuma? Aku aja cuman enam puluh lima, lho!" ucap HuaiSang sambil mengangkat lembar ujiannya.

"Aku menyerah jika soal perhitungan begini. Kalau seni? Boleh adu, lah..," sambungnya dengan semangat.

Aku tersenyum tipis menanggapi. Percuma aku menjelaskan padanya mengapa aku mati-matian mengejar nilai, dia tak akan pernah mengerti dan memahami situasiku.

"Baik semuanya, seperti biasa, nilai tertinggi kali ini diraih oleh Lan Wangji. Dengan total nilai sembilan puluh lima. Berikan tepuk tangan."

Suara tepuk tangan dan sorak sorai terdengar. Aku menoleh ke arah Lan Zhan yang hanya memasang wajah datar dan memandang kertasnya malas.

Ia berbalik melihatku, pandangan kami bertemu. Tatapannya seolah bertanya 'Ada apa?' padaku.

Aku memutus kontak mata dan kembali melihat kertas ujianku.

★★★

Pelajaran terakhir di sekolah terasa cepat sekali. Kulangkahkan kakiku dengan malas.

"Wei Ying."

Aku menoleh, dan mendapati Lan Zhan berdiri di sana. Kunaikkan sebelah alisku, tanda bertanya.

"Perlu kutemani?"

"Hah?"

"Aku tau soal ayahmu. Perlu kutemani pulang?" tanyanya. Terdapat nada khawatir saat ia berbicara, dan aku tak suka itu.

Aku berdecih. "Hentikan, aku tak suka dengan caramu memandangku." Lan Zhan nampak terkejut dengan responku.

"Jangan kasihani aku. Fokuslah untuk pertahankan nilaimu, atau ayahmu mungkin akan kecewa," ujarku sambil lalu.

Hal yang paling kubenci adalah belas kasihan orang lain. Hal itu membuatku seakan aku ini adalah makhluk paling lemah di dunia.

Kurasakan seseorang merengkuhku dari belakang. Lan Zhan ... ia memelukku. Ahh, sudah lama tak kurasakan kehangatan ini. Sangat nyaman.

OneShoot WangXian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang