[OW•12] Benang merah pt.2

315 44 6
                                    

Wei Wuxian menopang dagu sambil memutar pena di tangannya. Sementara Wangji mengetuk-ngetuk jemarinya di meja.

Saat ini keduanya engah memikirkan tentang mitos apa yang harus mereka bahas.

Tiba-tiba terlintas satu ide di otak mereka. Benar, kenapa tidak tentang mitos itu saja?

Wei Wuxian memukul pelan meja. "Kita akan membahas tentang ...."

Wangji menjentikkan jarinya. "Kurasa akan bagus jika tentang ...."

"... Mitos Benang Merah!"

Keduanya berucap bersamaan. Setelahnya mereka terkejut karena ternyata usulan mereka sama.

Wangji menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kebetulan sekali, ya? Kau tertarik dengan mitos itu juga?"

Wei Wuxian mengangguk sembari tersenyum. "Iya, aku bahkan mempercayai itu." Ia melirik benang merah mereka yang saling terhubung.

Wangji yang melihat arah pandang Wei Wuxian bertanya-tanya tentang apakah yang dilihat pemuda ini.

Wei Wuxian kemudian memainkan benang itu dengan jarinya. "Ahhh, untaian takdir yang begitu indah," gumamnya.

Bagi orang biasa, gerakan Wei Wuxian mungkin terlihat seperti menyentuh udara. Tapi yang dilihat Wangji adalah Wei Wuxian yang tengah memainkan benang merah mereka. Saat itulah ia menyadari sesuatu, Wei Wuxian juga bisa melihatnya!

Wangji secara tiba-tiba meraih tangan Wei Wuxian. "Kau bisa melihat benang merah?"

Pertanyaan Wangji membuat Wei Wuxian terkejut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pertanyaan Wangji membuat Wei Wuxian terkejut. "Dari mana kau tau?"

"Karena aku juga bisa melihatnya." Mata Wangji sedikit berbinar ketika mengucapkannnya. Ia tidak menyangka jika ternyata ada orang lain juga yang bisa melihatnya.

"Kau jodohku, Wei Ying!"

Seketika rona merah muncul di wajah Wei Wuxian. "Bodoh! Jangan keras-keras!"

"Aku akan menikahimu sekarang!"

Wei Wuxian seketika menggeplak kepala Wangji dengan buku memakai tangan yang tidak digenggam Wangji. "Itu nanti saja! Selesaikan dulu tugas kita."

Keduanya terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri, hingga tak menyadari jika sedari tadi ada sepasang mata lainnya yang tengah memperhatikan mereka. Jiang Cheng.

"Mereka sedang apa, sih?" tanya Jiang Cheng yang ditujukan pada teman sekelompoknya.

HuaiSang yang yang sedang menulis menghentikan aksinya dan mengikuti arah pandang Jiang Cheng. Ia ikut memandang kedua pria yang sampai sekarang belum melepas tautan tangan mereka. Dengan melihat itu, otak HuaiSang hanya dapat menyimpulkan satu hal.

"Adu panco mungkin?"

"Hah?"

★★★

Beberapa tahun berlalu sampai tiba suatu saat keduanya benar-benar menjalankan upacara mengucap sumpah kebersamaan mereka selamanya.

Untuk sekian kalinya Wei Wuxian mengatur nafasnya di ruang rias. Ia memandang dirinya di cermin, sebelum mengangguk tegas, meyakinkan dirinya untuk keluar.

Begitu ia keluar dari ruangan, sorak-sorai meriah dari para tamu mengiringinya melewati karpet merah menuju altar pernikahan. Ia bahkan bisa melihat beberapa teman sekolah menatapnya dengan pandangan haru dan bahagia.

Wangji yang sudah berada di sana hanyut dalam pesona Wei Wuxian yang nampak indah dalam balutan hanfu merahnya.

Wei Wuxian berjalan dengan anggun menuju calon pasangannya. Sesampainya di sana ia bahkan sama sekali tak punya keberanian untuk menatap mata Wangji karena malu.

"Kau tampak indah, Wei Ying," ujar Wangji sambil tertawa kecil membuat wajah Wei Wuxian kian memerah.

Rangkaian acara kemudian berlangsung. Tiap detiknya benar-benar membuat keduanya bahagia. Sampai kemudian tiba acara puncak.

"Baiklah, keduanya diizinkan untuk bertukar ciuman," ucap pria tua yang menjadi pemimpin acara sedari tadi.

Wangji kemudian menangkup pipi Wei Wuxian dan mulai mendekatkan wajahnya. Wei Wuxian yang diperlakukan seperti itu tak melakukan pergerakan sama sekali. Hanya menutup mata sampai ia merasakan bibirnya menyatu dengan Wangji. Sorakan dan teriakan heboh menggema di seluruh ruangan.

Tak ada lumatan, tak ada nafsu. Hanya murni ciuman singkat yang penuh kasih sayang. Namun, itu sudah lebih dari cukup membuat wajah Wei Wuxian memerah sepenuhnya.

Wangji menjilat bibirnya sendiri. Manis, itu yang ia rasakan. Ia terkekeh saat melihat reaksi pria yang kini resmi menjadi pasangan hidupnya. Ingin rasanya ia bawakan cermin agar pria itu bisa melihat ekspresinya sendiri saat ini.

Setelah itu, salah satu staf yang ada di sana tiba-tiba menyodorkan buket bunga mawar merah. Acara lempar bunga! Setelah bagian ciuman tadi, inilah yang paling mereka tunggu-tunggu.

Keduanya berbalik membelakangi penonton. Saling melirik sebelum melempar bunga ke belakang.

Seketika saja suasana ruangan kembali ramai. Semuanya berebut ingin mendapatkan bunga di udara dengan berbagai cara. Bahkan ada yang sampai naik ke kursi.

Suasana menjadi hening saat bunga itu ditangkap secara bersamaan dua pria yang sedari tadi duduk bersebelahan dengan tenang. Yang satu memakai setelan jas hitam—Xue Yang—, dan satunya lagi memakai setelan jas putih—Xiao Xingchen—. Keduanya saling menatap saat.

Mereka tersadar saat suara siulan dan godaan mulai terdengar lagi, tapi kali ini ditujukan untuk mereka berdua.

Xingchen melepas bunga itu lebih dulu. "Maaf ...," ucapnya dengan rona merah tipis di wajahnya. Ia kembali duduk di kursinya dengan tenang.

Sementara Xue Yang yang bingung harus bersikap bagaimana, juga memilih duduk kembali ke tempatnya. Tangan pria itu mulai mencabuti kelopak mawar satu-persatu sebagai pengalihan dari rasa malunya.

"Wah ...." Wei Wuxian tidak bisa tidak menganga saat melihat itu. Tentu saja ia tahu kedua orang itu. Mereka juga adalah teman satu sekolahnya dulu, tapi beda kelas. Xue Yang dan Xiao Xingchen.

Wei Wuxian tidak bisa menahan senyumnya saat melihat sesuatu yang menjuntai dari jari kelingking kedua orang itu. Benang merah.

"Lan Zhan, kau melihatnya juga, 'kan?"

"Mn."

"Satu lagi. Satu lagi untaian yang indah."

Tamat.

Tamat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OneShoot WangXian Where stories live. Discover now