[OW•14] Mata Emas

253 27 8
                                    

Semenjak jadi petugas polisi, Wangji sudah sering mengahadapi situasi semacam ini. Tapi entah mengapa, kali ini rasanya berbeda.

Di depannya kini berdiri pembunuh berantai.

Wei Wuxian, 18 tahun, orangnya manis, dengan tubuh proporsional. Hanya dengan sekali melihat, takkan ada yang percaya jika orang ini sudah membunuh puluhan nyawa.

Mereka kini harus saling menodongkan pistol. Mata keduanya beradu, mencoba mencari kesempatan untuk menarik pelatuk masing-masing.

Wangji mencoba untuk bersabar, tugasnya adalah membawa si Pembunuh dalam keadaan hidup-hidup. Beberapa goresan takkan membuatnya dalam masalah.

Namun ternyata, Wei Wuxian lebih cepat. Dengan poker face-nya, ia menarik pelatuk tanpa ragu.

Untunglah Wangji memiliki refleks yang baik, sehingga bahu kiri saja yang terluka. Jika tidak, peluru itu mungkin sudah bersemayam dalam jantungnya.

Sambil menghindar, Wangji juga menembakkan pelurunya ke pergelangan kaki pria itu.

Wei Wuxian jadi tak mampu menopang tubuhnya dan akhirnya terjatuh begitu saja.

Aneh, karena tak ada suara yang dikeluarkannya sama sekali. Pria itu terlihat seperti boneka hidup yang tak memiliki indra sama sekali.

Tak merasakan, juga tak berbicara.

๑☯๑๑☯๑

Akhirnya Wei Wuxian berhasil dibawa ke kantor polisi, tanpa perlawanan sama sekali. Yang lain juga dibuat bingung dengan sikap datar pemuda itu.

Tak ingin ambil pusing, mereka langsung saja menjebloskannya ke penjara. Wangji juga mencoba tak perduli dan melanjutkan pekerjaan dengan normal.

Tapi beginilah jika sudah terlanjur penasaran. Pada akhirnya Wangji memilih menghampiri Wei Wuxian yang hanya diam seorang diri di pojokan sel.

"Hei, bagaimana kabarmu, tahanan 222?"

Wei Wuxian yang merasa terpanggil mendongakkan kepala. Tatapannya tak berbeda dari yang tadi, masih kosong dan hampa.

"Mendekat kemari, kita ngobrol sebentar," ujar Wangji.

"Apa yang aku dapatkan jika mengikuti perintahmu?" Akhirnya Wei Wuxian berbicara juga. Nadanya terkesan datar, dan tanpa emosi.

"Mungkin aku bisa membicarakannya dengan ketua untuk meringankan hukumanmu." Ya, Wangji akan benar-benar melakukannya.

"Tak perlu."

Sungguh, baru kali ini Wangji mendapati tahanan yang menolak penawarannya.

"Kau tak mau mendekat, aku yang mendekat!" Setelah itu, Wangji kemudian membuka kunci sel penjara dengan perasaaan dongkol di hatinya.

Wangji berdiri di hadapan Wei Wuxian yang masih menatap lurus ke depan. "Oi, sebenarnya ada apa denganmu?"

Untuk kesekian kalinya, Wangji diabaikan lagi. Perlahan ia mulai kehilangan kesabarannya. "Oi, 'sat! Jawab aku!" titahnya sambil menyentuh bahu Wei Wuxian.

Pria itu melirik tangan Wangji. "Jangan sentuh..," desis Wei Wuxian tak suka.

Wangji mulai menerka-nerka apa yang sebelumnya menimpa pemuda ini. Sedikit lagi Wei Wuxian sudah mirip orang sakit jiwa.

"Wei Wuxian, berapa banyak orang yang kau bunuh?" Wangji tak tau lagi topik apa yang harus ia bahas.

Saat mendengar pertanyaan itu, Wei Wuxian menyunggingkan senyum tipis. Bukannya manis, itu malah membuat wajahnya terkesan menyeramkan.

OneShoot WangXian Where stories live. Discover now