[OW•17] Seperti Mimpi

207 32 30
                                    

Ini Chap aku tulis dalam beberapa menit aja, ygy. ಠ⁠_⁠ಠ

Soalnya belum nemu ide yang bagus selama sepekan ini. Jadilah aku sat set sat set aja buat Chap Minggu ini. 😊👊🏻

๑☯๑๑☯๑

30 Oktober 2005
23.58 PM

Wei Wuxian menatap hamparan laut luas yang ada di hadapannya. Saat ini ia tengah berdiri di pinggir jembatan besi bercat merah terang.

Berulang kali ia menarik nafas, meyakinkan hatinya untuk melakukan hal ini.

Entah dari mana datangnya, Wei Wuxian mengeluarkan sepotong cupcake kecil, di atasnya terdapat lilin kecil yang belum dinyalakan.

Wei Wuxian melirik arlojinya. Satu menit lagi sebelum waktunya. Ia kemudian mengeluarkan pemantik dari saku celananya, lalu membakar lilin kecil itu.

"Selamat ulang tahun, Wei Ying. Kamu udah cukup hebat bertahan selama 18 tahun ini," ujarnya pada diri sendiri.

Ia meniup lilin itu, kemudian menaruh cupcake-nya ke tanah tanpa ia sentuh sedikitpun.

Wei Wuxian kemudian naik dengan perlahan ke palang besi yang hanya selebar setengah meter.

Ketakutan melanda hatinya. Namun segera ia tepis perasaan itu. Tekadnya sudah bulat, ia sudah lelah dengan semua ini.

Wei Wuxian memejamkan matanya, bersiap untuk menjatuhkan diri. Ia menghilangkan keseimbangannya, ia merasa tubuhnya menjadi sangat ringan untuk sesaat.

Sewaktu ia merasa akan terbang, tubuhnya tiba-tiba ditarik oleh seseorang untuk kembali ke daratan. Bokongnya terasa perih saat membentur aspal dengan kuat.

Karena gelapnya malam, ia tak bisa melihat pria yang ada di hadapannya dengan jelas.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa menggangguku?" tanya Wei Wuxian dengan perasaan kesal di hatinya.

Tentu saja, tak mudah mengumpulkan niat bunuh diri seperti tadi.

"Kau ingin aku hanya diam saat melihat seseorang akan mati di depan mataku?"

Suara berat menyapa telinga Wei Wuxian. Baru kali ini ia menerima kepedulian dari seseorang.

"Kenapa juga kau harus peduli...?" gumam Wei Wuxian yang tak dapat didengar pria itu.

Seseorang itu mendekat, menekuk salah satu lututnya, lalu mengangkat dagu Wei Wuxian agar dapat menatap matanya.

"Suaramu terlalu kecil. Hanya dengan sekali lihat aku tau, kau tak mendapat perhatian yang cukup. Kau pria, kan? Perdengarkan suaramu dengan lantang hingga dunia akan melihatmu."

"Siapa kau sebenarnya...? Malaikat kah? Hero kah?" Wei Wuxian menatap tepat ke iris emas pria itu. Mencoba mencari makna dari perlakuannya.

"Hah? Apa-apaan itu?" Pria itu tertawa kecil. "Aku Lan Zhan, manusia biasa, sama sepertimu."

"Kita tidaklah sama," ujar Wei Wuxian. "Orang-orang bilang aku hanyalah manusia hina yang tak pantas hidup. Sedangkan kau, dengan sekali lihat saja aku tau, jika kau adalah orang yang berpengaruh pada lingkungan sekitarmu."

Wangji benar-benar tertawa lepas, membuat Wei Wuxian sedikit terkejut. "Ahahah, mereka yang mengatakan itu jauh lebih hina dari kotoran hewan. Kau spesial, semua orang istimewa dengan cara mereka sendiri."

Wangji bangkit dari posisinya, hingga membuat Wei Wuxian harus sedikit mendongak untuk melihatnya. "Tadi sempat kudengar kau mengatakan jika sudah hebat bisa bertahan selama 18 tahun. That's wrong, man."

Pria itu melangkah ke dekat pembatas jembatan. "Yang hebat itu adalah ketika kau berhasil hidup hingga akhir hayatmu tanpa penyesalan."

Wangji meraih cupcake yang masih nganggur di dekat jembatan lalu membawanya kembali ke depan Wei Wuxian.

"Dunia ini kejam, tapi juga indah. Kau hanya kebetulan melihat kejamnya saja, dan aku di sini untuk memperlihatkan sisi indahnya kepadamu."

Wangji mengambil posisi duduk bersila, tanpa memperdulikan jika celananya mungkin akan kotor, sama seperti Wei Wuxian.

"Nah sekarang, mari kita mulai dengan merayakan ulang tahunmu," ujar Wangji sembari menyalakan lilin dengan pemantik yang ia ambil dari sakunya.

Wei Wuxian memandangi cupcake itu dengan mata berbinar. Tak pernah ia sebahagia ini sebelumnya.

Sekali lagi, ia meniup lilin hingga padam. Kali ini dengan perasaan yang bahagia, berbeda dengan yang tadi.

"Selamat ulang tahun, Wei Ying."

Satu kalimat itu membuat hati Wei Wuxian menghangat seketika.

Ia tak begitu peduli tentang bagaimana Wangji bisa mengetahui namanya.

Ia berharap ini bukan mimpi. Jika mimpi sekalipun, ia harap ia takkan bangun lagi.

Untuk pertama kalinya ada yang melihatnya dalam dunia ini.

Wei Wuxian melompat ke pelukan Wangji, menenggelamkan dirinya ke dalam kehangatan yang abadi.

๑☯๑๑☯๑

Secercah cahaya menusuk mata Wei Wuxian. Perlahan ia membuka mata dan mendapati dirinya berbaring di kamar yang tak ia kenal sama sekali.

Sekilas ingatan muncul tentang kejadian semalam.

Tunggu, apa itu bahkan benar-benar terjadi? Ia tak tau, ia takut mencari kebenarannya. Ia takut jika semua yang terjadi semalam hanya bunga tidurnya.

Saat Wei Wuxian masih sibuk dengan pemikirannya, pintu kamar tiba-tiba dibuka, menampilkan pria tinggi beriris keemasan dengan wajah bantalnya.

"Hoaaaamm~ selamat pagi, apa tidurmu nyenyak? Kau menangis di pelukanku semalam dan tertidur, jadi aku membawamu ke sini, maaf jika mengejutkanmu."

Wei Wuxian tersenyum lega lalu berjalan menghampiri pria itu, kembali memeluknya seperti semalam.

"Ada apa denganmu?"

"Hehe, rasanya seperti mimpi, tapi syukurlah ini nyata."

Selesai

OneShoot WangXian Where stories live. Discover now