5 - ANGGOTA HIMPUNAN

5.1K 833 39
                                    


Setelah kelas pertama, Hana langsung mengajak Jian ke kantin. Hana ingin memberitahu Jian mengenai pendaftaran anggota Himpunan jurusan teknik sipil.

"Mana bekel pecel request-an gue," tagih Jian tak sabar.

Bukannya mengeluarkan kotak makanan, Hana langsung menyodorkan form pendaftaran anggota himpunan jurusan.

"Ini," ucap Hana dengan wajah serius.

Jian mengerutkan kening, bingung.

"Apaan?"

"Form pendaftaran anggota himpunan jurusan teknik sipil."

Kedua mata Jian langsung terbuka sempurna, seketika paham maksud Hana.

"Lo mau daftar Han? Serius? Langkah awal yang bagus banget!" dukung Jian penuh semangat. Nyatanya, Jian sangat tahu jika Hana tidak pernah tertarik ikut hal-hal seperti itu organisasi maupun ekstrakulikuler.

Hana terdiam sejenak, menunjukkan kebimbangannya.

"Gue masih galau, Jian."

"Galau kenapa lagi Hana?" tanya Jian berusaha sabar.

"Galau dan bimbang harus daftar apa enggak. Gue takut kalau gue ikut, gue bakalan sibuk banget dan nggak bisa imbangin kuliah gue. Lo tau kan minimal nilai gue harus B kalau ingin pertahanin beasiswa gue."

Jian menatap Hana lekat.

"Lo bisa Hana. Otak lo itu sudah pinter banget, ditambah lagi lo rajin anaknya. Dan gue yakin lo bisa bagi waktu lo dengan baik!" ucap Jian.

"Tapi Ji, gue nggak pernah ikut organisasi."

"Ya makanya lo harus daftar biar tau gimana serunya masuk organisasi!"

"Emang seru banget?" tanya Hana tak yakin.

Jian tak segan langsung memberikan dua jempolnya ke arah Hana.

"Seru banget! Apalagi bisa sering lihat mas gebetan! Beuh! Serunya berlipatlipat Han!"

Hana menatap Jian yang mendadak heboh. Jujur, semua ucapan Jian membuat Hana semakin tertarik untuk mencoba.

"Gue... Gue masih bimbang Jian...."

Jian menghela napas panjang. Kemudian memberikan sorot mata yang lebih tegas dan berusaha meyakinkan.

"Hanara," panggil Jian penuh keyakinan.

"Iya Ji?"

"Gue akan daftar juga jadi anggota himpunan. Jadi, lo nggak akan sendirian kalau keterima. Dan, gue janji akan bantuin lo kalau kesusahan di sana!"

Hana merasa tersentuh mendengar semua perkataan Jian. Padahal Hana tahu, Jian sudah lelah dengan hal-hal yang berbau organisasi.

"Beneran Ji? Lo mau nemenin?" tanya Hana sekali lagi memastikan.

"Demi lo gue mau! Jadi, lo nggak boleh bimbang lagi dan nggak boleh ragu lagi buat daftar!"

Hana berusaha meyakinkan dirinya, mengumpulkan semua keberaniannya.

"Ini kesempatan emas lo Hana. Jangan lo sia-siain lagi. Lo bisa lebih dekat dengan Kak Juna bahkan bisa dikenal Kak Juga juga. Ngerti?"

Hana mengangguk dengan yakin.

HI AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang