bagian 22

28.5K 4.2K 7K
                                    

Bam!

Bruk!

"Allahuakbar!"

Akibat suara gadu itu, semua orang langsung berkerumung menghapiri Gus Ilham yang terjatuh bersama motornya.

"Bapak nggak apa-apa?" Tanya salah satu warga. Beberapa dari mereka juga ikut membantu mengangkat motornya.

"Iya, alhamdulillah. Saya nggak apa-apa." Kata Gus Ilham setelah bangkit, ia melepas helmnya.

"Gus Ilham!" Salah seorang dari mereka mengenal Gus Ilham. "Gus Ilham nggak apa-apa?"

Gus Ilham mengangguk. "Iya, saya nggak apa-apa, mas."

"Ban motornya meledak, keinjak kaca."

"Astagfirullah..." gumam Gus Ilham menatap nasib motornya yang sedikit lecet akibat terjatuh. "Dekat sini ada bengkel?"

"Ada gus, mau saya antar?" Tawar pria itu.

"Saya lagi buru-buru. Apa bisa mas saja yang bawa ke bengkel?" Tanya Gus Ilham.

"Bisa Gus."

Gus Ilham memberikan kunci motornya pada pria itu. "Nanti ketemu saya di pesantren ya. Biayanya bisa bapak tanggung dulu, soalnya saya nggak bawa uang kes?"

"Bisa Gus."

"Kalau begitu saya pamit dulu, terimakasih mas?"

"Ali, Gus." Ali tersenyum berjabat tangan dengan Gus Ilham.

Gus Ilham tersenyum. "Mas Ali, saya permisi dulu, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, Gus. Hati-hati."

Gus Ilham segera memanggil ojek, kebetulan ada pangkalan dekat dari tempat ia berpijak sekarang.

[Sayang aku habis jatuh :( ]

Gus Ilham menyimpan kembali ponselnya di saku baju, setelah mengadu pada Aisyah, lalu ia naik keatas motor setelah tiba di hadapannya.

"Kemana, mas?"

"Pesantren Hidayatullah."

~o0o~

"Assalamualaikum." Salam Gus Ilham tiba di rumahnya. Ia masuk ke dalam, tak menemukan siapa pun. Bahkan kucing-kucing di rumah tidak menampakkan batang hidungnya.

"Aisyah!" Gus Ilham menenggelamkan bibirnya kedalam mulut. Ia takut menganggu, mungkin saja istri dan anaknya lagi tidur.

Lalu, Gus Ilham berjalan, naik keatas kamarnya. Ia masuk, belum juga menemukan Aisyah. Padahal, jika tidur siang seperti biasanya, istri dan anak-anaknya akan tidur di sini.

"Apa di kamar Arsya Arsyi?" Pikir Gus Ilham. Tak ambil pusing, ia segera melangkah ke arah lemari dan mengambil baju koko serta sarung. Pakaian yang ia kenakan kotor akibat terjatuh tadi.

Setelah berganti pakaian, Gus Ilham mengambil map merah, lalu berjalan menuju kamar anak-anaknya. Baru saja keluar dari kamarnya, Gus Ilham sudah mendengar suara gadu dari kamar Arsya dan Arsyi.

Brak!

Brak!

"Umiiii!" Teriakan dari arah kamar, mengintrupsi itu suara si kembar memanggil uminya.

Gus Ilham mempercepat langkahnya menuju kamar anak-anaknya. Ia memegang kenop pintu hendak di buka, namun sayangnya pintu terkunci.

Aisyah Aqilah || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang