bagian 45

44.4K 3.9K 949
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

[Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad]

"Dunia ini terlalu singkat, mas. Sedangkan Aisyah dan kamu ingin terus bersama. Untuk itu, Aisyah ingin kita selamanya di surga Nya, saja, karena disana tidak ada lagi kata perpisahan."

*****



Sudah hampir dua jam, Gus Ilham dan abi Syakir menunggu di depan ruangan bersalin, semenjak Aisyah di larikan ke rumah sakit.

"Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula Wanikman Nasir...Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula Wanikman Nasir..." gus Ilham benar-benar khawatir dengan keadaan istrinya. Ia terus berjalan bolak balik depan pintu seraya berdzikir.

Tak lama kemudian, pintu bergeser dan keluarlah salah satu suster yang menangani Aisyah.

"Suami pasien siapa?" Tanya Suster menatap bergantian Gus Ilham dan abi Syakir.

"Saya suaminya," ucap Gus Ilham.

"Bu Aisyah sudah mau melahirkan, bapak bisa masuk ke dalam menemani persalinan nya."

Gus Ilham mengangguk, ia menatap abi Syakir sejenak meminta izin. Abi Syakir mengangguk, kemudian Gus Ilham ikut masuk bersama suster tersebut.

Di dalam sana, sudah terdengar suara tangisan Aisyah yang kesakitan. Dengan langkah panjangnya, Gus Ilham segera mendekat kearah brenkernya.

"Mas Ilham, sakit banget..." tangis Aisyah semakin pecah.

Gus Ilham menggenggam tangan sang istri. "Kamu kuat, aku temani kamu."

"Bu Aisyah, dengar arahan saya, ya?" Ucap bidan. "Tarik nafas..."

Keringat bercucuran di dahi Aisyah. Sekuat tenaga, ia melahirkan sang buah hati demi hidup di dunia ini. "Sakit!" Kata Aisyah mencengram tangan Gus Ilham sangat erat.

Gus Ilham mengusap kepala Aisyah. Kemudian mendekatkan bibirnya ke daun telinga Aisyah sambil membaca. "La ilaha illallahu rabbus samawati wal ardli wa rabbul 'arsyil 'adhim..."

"Sedikit lagi buk!"

Terdengar sudah, tangisan bayi, bersamaan dengan cengkrama tangan Aisyah yang lepas dari tangan Gus Ilham.

"Masyaallah, anak nya perempuan, lahir dihari selasa, tepat pukul 03: 00." kata bidan tersebut, kemudian meletakkan di bayi itu atas dada Aisyah.

Selamat datang putri kecil.

Gus Ilham menitihkan air matanya, melihat tangan kecil itu, melekat pada tubuh Aisyah. Lebih hebatnya lagi, wajah bayi ny benar-benar mirip dengan Gus Ilham.

"Aisyah, liat mata aku," Gus Ilham mengambil kembali tangan sang istri untuk di genggam. "Aku janji akan selalu memuliakan kamu, seumur hidup. Aku janji." Gus Ilham terus meyakinkan istrinya.

Aisyah tersenyum tipis. "Nggak adil, anaknya kenapa mirip kamu." Ucapnya dengan lemah.

Gus Ilham tertawa, kembali mencium kening istrinya. "Ayo ucap duakalimat Syahadat sama-sama."

Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah...

"Kalau gitu, saya bawa anaknya untuk dibersihkan dulu ya, bapak juga bisa ikut saya, kalau mau di azan kan."

Gus Ilham mengangguk. Ia melemparkan senyuman lebar pada istrinya sebelum mengikuti langkah bidan yang membawa anaknya.

****

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now