bagian 42

35.6K 3.5K 915
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

[Ya, allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad.]

Selamat membaca

*****





Aisyah meninggalkan suami serta kedua anaknya di taman. Ia tampak kesal pada Gus Ilham yang menarik kembali ponselnya. Hanya karena ia sering bermain ponsel dihadapan anak-anak.

Aisyah tersenyum sopan saat melewati beberapa orang yang berkumpul, menyiapkan acara tujuh bulanan kakak iparnya.

Setelahnya Aisyah kembali cemberut, ia terus memisuh-misuh tak jelas. "Galak banget sih, posesif. Masa gitu aja marah. Ngambil hape orang segala, biar apa coba?"

"Makanya kalau aku ngomong itu di dengerin!"

Aisyah menghentikan langkahnya, saat mendengar suara itu, berasal dari kamar kakak iparnya. Aisyah mengintip karena pintu kamar tidak sepenuhnya tertutup.

"Jangan masuk telinga kanan, keluar telinga kiri!"

Aisyah membulatkan matanya saat Gus Iksan melangkah keluar. Aisyah segera bersembunyi di samping nakas yang berada dekat dengan pintu. Saat kakak iparnya sudah berlalu pergi, barulah ia keluar dari persembunyian nya.

Aisyah menatap punggung kakak iparnya itu. "Ternyata bang Iksan galak juga ya."

"Jadi yang galak, umi atau abi?" Pikir Aisyah. Ia kembali berjalan menuju kamarnya. Tapi saat dekat kamar mertuanya, Aisyah penasaran. Mengintip kamar tersebut. Walaupun memang terasa kurang sopan, tapi rasanya ia benar-benar kepo. Aisyah mengintip, dibalik pintu. Disana ada abi Syakir yang duduk sambil menatap istri yang sedang marah- marah sama seperti Gus Iksan lakukan pada Hilya.

Aisyah tersenyum simpul. "Ternyata dari umi."

Aisyah segera berlari masuk ke dalam kamarnya. Tibanya disana, ia menutup kamarnya dan tersenyum lega.

"Tapi kalau di pikir-pikir umi Maryam nggak pernah galak tuh, ke Aisyah atau ke kak Hilya." Monolognya terkekeh.

Aisyah menggeleng pelan. Dibalik galak nya suami dan kakak iparnya, ternyata mereka berdua gen dari umi Maryam. Tapi mereka bertiga definisi galak tapi pembawaanya baik. Apalagi Gus Iksan dan umi Maryam.

*****

Semua rangkaian acara telah selesai. Tiba saatnya berdoa bersama. Di pimpinan oleh abah dari kak Hilya. Aisyah sendiri duduk di belakang sang suami dan samping kanan dan kirinya ada anak-anaknya. Gus Ilham sengaja mengambil variasi seperti itu, agar sang istri tidak dilihat orang lain.

"Sebut hajat..."

Aisyah mendongak, tiba-tiba di suruh sebut hajat! Aisyah langsung mengangkat kedua tangannya. "Robbi hablii milladunka zaujan thoyyiban wayakuuna shoohiban lii fiddini waddunya wal aakhiroh. Aamiin ya Allah!"

Mendengar itu, Gus Ilham langsung menoleh, membelalak matanya menatap sang istri. "Sadar kamu baca doa itu?"

Aisyah berhenti memejamkan matanya. "Hah?" Wanita itu mengernyit bingung.

"Sadar?"

"Tadi, Aisyah doa apa?"

"Rabbi hablii,  milladunka zaujan thoyyiban wayakuuna... berikan aku suami terbaik dari sisi mu?" Gus Ilham mengangkat satu alisnya, tak lupa tatapan tajam itu seakan ingin menggor3s mulut Aisyah.

Aisyah Aqilah || TERBITजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें