Chapter 32

1K 192 13
                                    

Naruto dan Sasuke telah berhasil dalam pelatihan. Kakashi memerintahkan mereka berdua mengawal Tazuna keesokan paginya.

Pembangunan jembatan sudah mencapai tahap akhir. Semua orang telah selesai makan malam, tapi semua orang tetap berada dimeja makan.

Cale yang teringat sesuatu segera bangkit, yang menimbulkan tanda tanya bagi semua orang.

"Kau mau kemana Nii-chan?" Naruto yang masih menyandarkan kepalanya ke meja karena kelelahan mulai bertanya.

"Aku hanya mencari udara segar saja."

"Haruskah aku menemanimu diluar?" Sasuke menyarankan.

Cale hanya menggelengkan kepala.

"Kalian berdua kelelahan, lebih baik istirahatlah lebih awal." Cale menepuk kepala mereka bertiga.

"Hei, mana tepukan kepala untukku?" Kakashi terlihat protes.

Cale hanya menatapnya datar dan berjalan pergi. Sedangkan Naruto dan Sasuke langsung memelototi Kakashi.

"Bukankah dia seorang kakak yang penyayang?" Ujar Tazuna tiba-tiba.

Kakashi mengangguk setuju.

"Nii-chanku memang yang terbaik. Tapi dia terlalu lemah dan tidak pernah memperdulikan kondisinya sendiri."

Semua mata tertuju pada Naruto.

"Dia selalu memperhatikan keselamatan orang lain, daripada dirinya sendiri. Maka dari itu aku harus menjadi lebih kuat. Agar Nii-chan bisa mengandalkanku." Cengiran khas Naruto mengembang diwajahnya.

"Tidak hanya kau saja Dobe, aku juga akan menjadi kuat." Senyum percaya diri Sasuke melirik Naruto disampingnya.

"A-aku juga akan menjadi kuat!" Seru Sakura tak mau kalah.

Kakashi yang melihat muridnya semangat hanya bisa tersenyum puas.

Inari hanya menundukkan kepala dan mengepalkan tinjunya.

"Mengapa kalian melakukan hal yang mustahil dicapai."

Mereka melihat Inari yang masih menundukkan kepalanya.

"Mengapa kau harus berusaha begitu keras hanya demi orang lemah sepertinya?

Mau berapa kalipun kau berusaha yang terkuat akan selalu menang. Kalian tidak akan bisa melawan pasukan Gato yang begitu banyak!

Kau hanya akan kehilangan orang berhargamu sama sepertiku!"

Airmata Inari menetes deras.

"Jangan bicara omong kosong!

Aku tidak akan pernah berhenti melindungi Nii-chanku!

Memangnya kau tahu apa mengenai kami,hah!"

Urat nadi kemarahan Naruto terlihat jelas.

"Aku baik- ba... Uhuk." Cale segera memuntahkan darah.

"Da...darah Nii-san. Ki...kita kerumah sakit. Nii-san bertahanlah."

"Aku tahu itu."

"Jika kau tahu kenapa... Kau sampai sejauh ini? Padahal kita baru saja bertemu. Kau bisa saja pergi." Airmata Naruto mulai menggenang.

Cale hanya menghela napas perlahan.

"Kau tahu... tak perlu seperti apapun hidupmu. Kau harus menghargainya. Bukankah kau memiliki sesuatu yang ingin kau kejar. Kau harus hidup karena menjadi hidup adalah yang terbaik. Kau harus memahami hal itu."

"Tapi karena aku Nii-san seperti ini. Kau seharusnya pergi. Tak perlu menghiraukanku. Aku... tak pantas untuk dilindungi." Tepukan lembut mendarat di atas kepala Naruto yang menangis.

Kehidupan Ketiga Cale HenituseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang