Chapter 33

1.1K 265 20
                                    

Cale yang telah menyelesaikan urusannya segera kembali. Dalam penglihatannya terlihat Inari yang masih duduk termangu didepan rumahnya.

Cale yang akan memasuki rumah menghentikan langkahnya, mendengar seseorang memanggilnya.

"Tunggu!" Cale memutar badannya melihat Inari yang tampak gelisah.

"Bisakah kita bicara?" Nada memohon sekaligus khawatir terlihat jelas pada Inari.

Cale segera mendekati dan duduk tepat disampingnya.

"Aku... tanpa sengaja mendengar percakapanmu dengan kakek.

Menurutmu pahlawan itu seperti apa?"

Cale tampak merenungkan ucapan Inari.

"Bagiku mereka masihlah manusia yang membutuhkan pertolongan sama seperti lainnya.

Kita terlalu egois jika menyerahkan semua tanggung jawab di pundak mereka."

Cale masih mengingat perjuang Choi Han dalam novel The Birth of Hero dan Choi Han dalam dunianya.

"Selama kau bisa mengandalkan dirimu sendiri maka lakukanlah. Tapi jika kau mempunyai orang yang kau percaya kau bisa membagi bebanmu padanya.

Itu yang selalu terpatri dalam ingatanku.

Tapi terkadang terlalu mengandalkan orang lain juga tidak terlalu baik.

Jadi kau tetap harus mengandalkan dirimu sendiri."

Cale memberikan tepukan kepala lembut pada Inari.

"Mungkin semua orang memandang gelar pahlawan begitu keren dan mengesankan.

Tapi bagiku itu hanyalah sebuah gelar belaka. Karena setiap pahlawan akan membawa beban berat dikedua pundaknya." Cale berbalik dan menatap langsung mata Tazuna.

"Kau tahu apa beban itu Tazuna-san?"

Tazuna terdiam mendengar pertanyaan Cale.

"Beban apa yang kau maksud?"

Cale menutup mata dan perlahan membukanya.

"Kepercayaan tinggi orang lain terhadapnya."

"Tapi jika sebaliknya kau tidak bisa menjaga kepercayaan itu, maka orang-orang akan berbalik mencemooh ataupun kecewa terhadapnya.

Karena seorang pahlawan selalu ingin yang terbaik bagi orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Bagiku itu menyedihkan untuk seorang pahlawan Tazuna-san."

Mata Inari tak mampu membendung airmatanya yang berjatuhan. Dirinya mengingat kenangan masalalu bersama ayahnya.

Hangatnya tepukan kepala itu juga mengingatkan dirinya akan sosok ayahnya yang sudah tiada.

"Huwaaa...!!!" Cale tampak panik dan mencoba menenangkannya.

Inari menangis semakin histeris.

Bagaimana ini! Aku tak tahu cara menenangkan tangisan bocah!

Cale segera memeluk erat sang bocah dan mengelus punggungnya.

Inari langsung membenamkan wajahnya tepat didada Cale.

Semua yang mendengar tangisan Inari menghampirinya.

Dan malam itu berakhirnya Cale yang tidak mendapatkan istirahatnya dengan tenang karena keributan para bocah disekitar yang mempeributkan dirinya.

Tidak bisakah aku menemui kehidupan pemalasku sebentar saja!

Kehidupan Ketiga Cale HenituseWhere stories live. Discover now