Epilog

23 2 0
                                    

Awalnya, ini hanya bagian dari mimpi semata. Lambat laun berubah menjadi nyata. Sejujurnya, ia masih enggak menyangka akan begini akhirnya. Ternyata, hala rintang yang melanda bukan sebab impian itu gagal di tengah jalan, melainkan sebagai penguat tekad agar terus melaju sampai ke arah yang dituju.

Suara petikan gitar melodi terdengar sebagai intro lagu. Di hadapan para penonton yang bersorak-sorai sejak tadi, Randu memulai aksinya. Melupakan rasa ragu, serta demam panggungnya, ia melangkah maju. Randu akan membuktikan bahwa impiannya menjadi musisi bukan hal yang remeh, tetapi hal besar yang patut diperjuangkan.

"All the memories that we made
All the songs that we both played
They all lead me back to you."

Suara Arya mengguncang para fansnya. Teriakan demi teriakan terdengar. Jujur, suara Arya memang bagus. Sekilas mirip suara penyanyi Afgan. Parasnya pun lumayan. Pantas, banyak cewek di kampus yang nge-fans sama dia ketika manggung. Seperti sekarang.

"So hold me tight
In case we're running out of time
I want you to stay by my side
I hope you always will be mine."

Masuk ke reff, para penonton ikut bernyanyi sambil melambaikan ponsel mereka masing-masing, dengan menu senter dinyalakan. Suasana mendadak syahdu, apalagi Mega Mendung dapat jatah tampil selepas Isya.

Tidak ketinggalan, Randu pasti melakukan improvisasi pada permainan gitarnya. Membuat sorak sorai penonton semakin merdu. Mereka pun enggak mau Band Mega Mendung berhenti bermain di panggung.

"Yah, itu Randu!" teriak Prameswari sambil menggandeng suaminya di antar kerumunan. Setengah memaksa, ia berhasil membujuk rayu Priambodo untuk hadir menonton Randu pertama kali manggung bersama Mega Mendung. Awalnya, Priambodo menolak, tetapi berujung mengiyakan ketika ketiga kakak Randu lainnya ikut memaksa, dan berjanji enggak akan macam-macam. Cukup menonton band Randu sampai selesai tampil.

Dalam diam, Priambodo tersenyum. Setelah berhasil menurunkan rasa gengsinya, ia akhirnya mengakui, bahwa Randu memang memiliki potensi menjadi musisi. Mimpi anak bungsunya memang bukan untuk diremehkan semata, melainkan harus sepenuhnya didukung. Ia pun baru menyadari ketika Randu berada di panggung bersama gitar melodi yang dimainkan, wajah anaknya itu bersinar layaknya bintang di langit malam. Seakan sebuah kebahagiaan terpancar dari sana.

"Aku baru tau Randu bisa main gitar sebagus itu," ucap Biru, yang langsung mendapat decakan halus dari Dewangga.

"Mas Biru sibuk terus, sih. Sekali-kali nanti kudu lihat Randu nge-band lagi, ya," cibir Dewa sambil terkekeh.

"Ternyata bagus banget, aku kira anak itu bercanda soal mimpinya." Laksmita menimpali. Ia sampai geleng-geleng kepala.

Dewangga terkekeh. "Randu memang suka bercanda, tapi dia serius sama mimpinya, Mbak."

Termasuk di sudut lain ada Yuranita dan Eliza, keduanya menikmati lagu kedua yang dibawakan oleh Mega Mendung. Lagu 'Peach Eyes' milik Wave To Earth yang tempo hari dinyanyikan oleh Randu sebelum Yuranita operasi jantung. Cewek itu kira, ia enggak akan bisa mendengar lagu itu lagi. Ternyata, Tuhan memang maha baik. Operasinya berjalan sukses, Yuranita pun lega luar biasa.

Peach eyes and blue skies
I'll be with you on your ride
It's on the moonlight!

Di panggung, kedua mata Randu kerap kali mengitari seluruh penjuru. Ia mencari posisi keluarganya berada, serta Yuranita, lalu ia melambaikan tangan ke arah mereka semua sambil melebarkan senyuman termanis yang pernah ia miliki.

Untuk sampai di titik ini, meskipun perjalanan masih jauh jaraknya, Randu enggak pernah menyesal sama sekali dipaksa masuk ke jurusan kesehatan. Awalnya, nol besar untuk memahami segala tetek bengek perkuliahan. Lama kelamaan, ia jadi bersyukur. Ternyata, jalan yang diberikan Tuhan tidak pernah salah, apalagi gagal. Buktinya, Randu bisa cepat bergabung dengan UKM band di kampusnya, kemudian tampil di panggung seperti impiannya sejak dulu.

Sekali lagi, jangan pernah meremehkan impian seseorang dan jangan pernah ragu oleh jalan yang diberikan Tuhan lewat orang tuamu. Semua pasti akan bermuara di waktu yang tepat dan indah.

Fighting.

[]

[]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SUDUT KAMPUS KALA ITU [END]Where stories live. Discover now