Sastraku Cinta, dan Terimakasih Tuhan

20 0 0
                                    

Sampai purnama kabisat telah habis
dan dingin tak lekas sepi memberi
hanya ada kebaikan dari awan pencipta hujan-hujan kecil
di mimpi yang kata
... jiwa dari kita : fana.

sementara malam hanyalah ujung jalan abadi
yang suatu saat nanti siapa saja mengerti
betapa waktu teramat suci
: berbicara sebagai hati

dan apabila kebajikan rindu nan sastra 'tlah menyamarkan arti
maka biarlah hidup, sebelum mati menuliskan puisi.

Tuhanku...
Sepertinya cinta telah melukis cemburu dalam dada ini
dan hanya keresahan yang dalam
atau sebatas monolog saat luang
: aku ?

Kemudian, ketika senyum 'tlah membaluri wajah
dengan darah-darah kesedihan yang sepi
pastilah diam akan menjelaskan hakikinya arti.

Ah. Sudahlah. Cinta yang dunia memang tak layak memihakku
dan aku patut bersyukur atas sakit yang kujalani
sampai kini... sampai pucat wajahku kehilangan berliter-liter darah
senyumpun terus kutautkan dalam ramah.

Cinta...
Semoga esok dunia ini masih bisa kudengarkan
juga suara kekasih
yang masih ia berkisah mesra
dalam samar di telinga kenangan.

Tetapi, jika mataku sudah tak terbangunkan lagi
setidaknya pagi nanti, tulisanku akan ditemui rona embun masyriqi
dan khidmat dibaca cerah di bawah langit yang matahari.

Terimakasih, Tuhan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 12, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

dan TerbacalahWhere stories live. Discover now