lain dari pada yang lain

40 6 0
                                    

Ketika pagi itu datang bersama semburat jingga kehidupan,membawa hati yang terselimut bekas gelap malam kelam kembali hidup.

Pagi ini semua terasa lebih baik bagi diandra, tak seperti hari hari kemarin yg hanya kembali menoreh luka,dia ingin bangkit tak ingin berdiam diri di lubang itu.
Perlahan kaki mungil nya berjalan menyusuri jalanan yang masih sepi, mungkin bagi orang ini terlalu pagi,tapi bagi nya ini adalah hal menyenangkan dimana kau bisa berjalan degan leluasa tanpa beban,seakan dunia ini milikmu walau itu hanya sebentar.

Senyum cantik nya tak pernah luntur sedari tadi,membuat orang yang melihat merasa hangat.karna baginya itu adalah hal kecil yang patut dikerjakan

Dengan tersenyum kita bisa membuat bahagia

Setidaknya itu adalah hal yang ia yakini.hingga tak terasa sekolah yang dituju sudah didepan mata,memang masih terlalu awal untuk kesana,tapi dia melakukan nya untuk menghindari orang orang yang tak suka degan  semakin kita menunjuakan kemarahan kita karna perkataan mereka,mereka akan semakin kentara menghujat.jadi biarkan sajalah mereka menikmati nya,kita hanya perlu bersabar,ya walaupun itu tak mudah untuk dilakukan.

Diandra pov.

Memang saat ini suasana masih pagi,tidak banyak orang yang sudah datang, walau ada beberapa mungkin mereka ada jadwal piket,aku tidak tau.
Degan langkah pasti aku berjalan ,tak lupa menyapa pak satpam yang setia berada di depan gerbang sekolah.
Di anak tangga sudah ada yang memanggil ku,awalnya aku bingung tapi insting ku merasakan tak apa
"Ya,ada apa ?"
"Ckck,diandra masih pagi juga jangan formal gitu dong" sindir nya
Aku hanya menampilkan senyum ,tak tau mau menjawab apa entahlah mungkin aku sedsng tak ingin menjawab atau otak ku masih lola.
"Woiii dira,ko ngelamun sihh,ishhh " rajuk nya
"Ohhh hehehe iya maaf " ucapku sambil mengaruk tengkuk ku yang tak gatal.
"Huhh ya sudah kita kekelas saja yuk" ajak nya.
Awalnya aku ragu,karna biasanya jarang ada yang ingin berteman dengan ku,ya siapapun tau kalau status ku itu sebagai siswa yang buruk.
Tapi tak ada rugi nya juga,aku diberi kesempatan memiliki teman kenapa tidak."ayo"ucapku semangat.

Suasana kelas masih sepi,mungkin hanya dua atau tiga orang yang sudah datang,ditambah lagi aku.
Niko,ketua kelas yang menurutku tak ada gunanya berjalan kearahku dengan sombongnya.
"Ehh lo" tunjuk nya
"Gue?" tanya ku heran.
"Ya iya lah lo,siapa lagi" balas nya ngegas
"Iya apa" tanya ku mencoba sabar
"Sapu ni kelas sampe bersih" titahnya
Gue gak terima dong masa dateng dateng langsung nyuruh orang,enak aja huh.
"Gak,enak aja gue gk piket asal lo tau" ucap ku sinis
"Gue gak perduli, cepetan kali ah ntar pada banyak orang yg datang"
Entahlah aku bingung, dia ini tak melihat jadwal atau apa,sudah jelas" aku piket hari kamis,sedangkan ini hari sabtu,hello siapa pun tak akan mau,tapi beda lagi dengan ku saat aku berurusan dengan sapu,serok,atau sampah aku akan menjelma menjadi anak gadis rajin,bahkan terlampau rajin.Saat yang lain memasang mukan jijik dan ingin muntah saat berjumpa dengan sampah, aku terlihat biasa" saja entah lah kenapa aku juga tidak tau.

Dengan setengah terpaksa aku mengambil sapu di pojok ruangan,dan mulai menyapu kelas yang kotor ini,sumpah aku hampir tiap hari mendumel sendiri karna kelas ini tak bersih barang sehari pun tak bisa seperti nya,yah aku tau ini kelas ips berbeda dengan kelas ipa yang bersih kinclong.

Hampir dua puluh menit aku menyapu,akhirnya selesai sudah tugas ini,pinggang ku rasa encok jadi nya,bahkan keringat ku sudah timbul padahal ini masih pagi,tapi tak apa lagipula ini malah sehat.
Hingga tak sengaja, mataku bersitatap dengan mata nya.ya dia Rajatha mahendra adinarta,di memandangku bingung sedang kan aku berlalu begitu saja karna aku lelah beridir dan meminimalisir degup jantung ku juga yang seperti meronta ingin keluar pada tempat nya
Berjalan ke kursi ku sambil mengelus dada ku 'perasaan apa ini'
Monolog ku sendiri

serendipityWhere stories live. Discover now