Chapter Two : Damian's Pov

856 42 3
                                    

"Dan ini ruang kerjamu sekarang..."

Aku melihat dengan takjub tempat yang ditunjukkan oleh Mr. Gremory, masih tidak percaya dengan kenyataan yang ia tunjukkan padaku saat ini.

"Bagaimana menurutmu?", tawanya yang khas itu menggelegar, mungkin karena ia melihat tampangku yang seperti ikan yang baru saja keluar dari akuarium.

"Ini...saya tidak bisa berkata-kata lagi Mr. Gremory, tolong katakan bahwa anda tidak sedang bercanda saat ini."

"Bercanda? Nak, kau membuatku merasa sedikit tersinggung...", pria tua itu mengerutkan dahinya, aku cepat-cepat ingin menjelaskan maksud perkataanku, tapi ia lebih dahulu melanjutkan kalimatnya, "... I've trusted you with this position because no one as capable as you. Kenapa kau tidak bisa berbangga hati sedikit saja? Rasanya Kennedy yang ku kenal memiliki rasa percaya diri yang tinggi, what's wrong with this young Kennedy?"

Aku hanya bisa tersenyum masam mendengar kata-kata pria yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri itu. Dia memang mengenal keluargaku, lebih tepatnya dia adalah teman lama ayahku. Dan tidak seperti aku, ayahku adalah orang yang sangat optimis dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Ia selalu berkata bahwa itu sudah menjadi ciri khas seorang pria Kennedy, tapi entah kenapa aku meragukannya.

Well, I don't mind being different.

Tapi meskipun Mr. Gremory merupakan salah satu kolega, dia bukanlah tipe yang dengan mudahnya mempromosikan seseorang hanya karena 'kenal baik'.

Dan aku sangat percaya akan hal itu.

"Sekali lagi, terima kasih atas kesempatan ini, Mr. Gremory.", ujarku sembari menjabat tangannya.

"You're welcome, son. Aku percaya bahwa aku mempercayakan posisi ini kepada orang yang tepat. Jangan mengecewakanku."

"Yes, Sir!", seruku saat dia melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Aku berbalik dan memandang ke arah ruanganku. Ya. RUANGAN KERJAKU SENDIRI!!

Holy shit!! I can't believe I made it this far!!! Semua kerja kerasku terbayar sudah. Seluruh rapat, presentasi dan kerja lembur itu telah berhasil membawaku ke posisi ini...

"Knock! Knock!"

Aku menoleh ke sumber suara. Ekspresi ceriaku seolah hilang dan aku seketika berubah menjadi...patung?

"Well...well...if it isn't our new General Manager, looking at his brand new 'table work' area with those excitement in his eyes. Kau tahu? Ekspresimu sekarang seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan tiket ke Disney Land. "

Aku berusaha bicara tapi yang terdengar hanyalah 'eh', 'aah', dan sejenisnya. Sial! Kenapa wanita ini harus muncul sekarang?? Aku tidak siap!!

"Hey, Phoebee... Erm...apa memang seaneh itu?", akhirnya, aku bisa bicara dengan normal.

Phoebee mengerjap beberapa kali, seolah sedang melihat patung yang bisa bicara. Lalu tawa itu terdengar. Aaah...sepertinya aku jadi bahan tertawaan untuk kedua kalinya hari ini. Tapi jika aku bisa melihat ekspresinya ini hanya dengan cara mempermalukan diri sendiri, aku akan melakukannya berkali-kali.

"Maaf...maaf...aku tidak bermaksud menertawakanmu, tapi...hmph..."

"Hey...take it easy..."

Phoebee mengatur nafasnya, "Maaf, Damian...hanya saja, ekspresimu hari ini sangat 'menghibur'. If you know what I mean..."

Aku tertawa kecil, otakku sudah membayangkan bagaimana 'kondisiku' hari ini sejak mendapat panggilan dari Mr. Gremory sampai Phoebee berada di hadapanku sekarang. Semua terlalu...mendadak? Atau hanya aku yang tidak tahu akan promosi ini? Mungkin karena aku bukanlah tipe orang yang mementingkan jabatan dan segala gosip mengenai promosi sehingga aku tidak tahu-menahu sama sekali, bahkan mengenai Mr. Gremory yang menginginkan pensiun lebih awal.

"So...is there any dinner invitation for your former co-worker, Mr. Kennedy?"

"Jika yang kau maksud adalah 'co-workers' yang ada di balik pintu tersebut, maka jawabannya adalah : tidak..."

Dan benar saja dugaanku, seluruh teman-teman yang dulu menempati divisi yang sama denganku mulai melayangkan kata-kata tidak setuju.

"Kenapa kalian harus mengumpankan Phoebee, eh?", tanyaku.

"Mereka tidak menyuruhku, aku yang mengajukan diri..."

Aku menatap Phoebee. Ya, tentu saja dia akan berkata seperti itu. Gadis ini akan selalu menjadi 'tameng' bagi teman-temannya.

Terlalu baik...

Aku menghela nafas, "Jika kalian bisa menyelesaikan target bulan ini tepat waktu, mungkin aku akan memikirkan 'tuntutan' kalian tadi...", seketika ruangan berubah gaduh dengan sorak-sorai mereka,"...dan sepertinya cara bagus untuk memastikan target itu terpenuhi adalah dengan bekerja saat ini juga."

Setelah berkata seperti itu, aku menerima berbagai sentilan dan pukulan kecil. Tapi tak lama, semua hal tersebut berubah menjadi ucapan selamat dan jabat tangan yang hangat. Seperti kegaduhan yang tiba-tiba muncul tadi, seketika itu pula ruangan ini menjadi sunyi kembali.

"Tampaknya aku yang terakhir, jadi..."

Aku mengerjap, tiba-tiba Phoebee sudah memelukku. Otakku bekerja sangat lambat hanya untuk menentukan apakah aku harus balas memeluknya atau tidak. Dan sebelum tanganku sempat mendekapnya, ia melepaskan pelukannya.

"Congratulation, Damian. You deserve it.". Phoebee tersenyum, wajahnya yang sedikit memiliki pesona oriental tersebut tiba-tiba menjadi sangat menawan. Aku hanya dapat memandangi sosoknya yang beranjak pergi dari tempatku berdiri.

Tiba-tiba ia berseru, "Oh, dan aku baru ingat, bagaimana kabar keluargamu yang datang hari ini? Bukankah seharusnya kau menjemputnya sekitar lima jam yang lalu? Atau kau menyuruh orang lain melakukannya? Kau kan sibuk sekali hari ini..."

Oh, shit!

PARAMOURWhere stories live. Discover now