Chapter Six : Damian's POV

166 7 65
                                    

Kalau ada hal yang paling menyebalkan, itu adalah sakit saat musim panas.

UHUK!

Benar-benar menyebalkan. Udara saat ini sedang benar-benar kering, aku paling benci masa peralihan cuaca seperti sekarang. Dan sialnya, kesehatanku memburuk di saat-saat seperti ini.

Kesehatanku juga yang membuatku terpaku di depan rumah sederhana di hadapanku.

Aku melihat pantulan wajahku di kaca pintu mobil, sepertinya tidak ada yang aneh. Kuperiksa juga kantong belanja yang ada di tanganku, semuanya lengkap.

Baiklah.

Aku berjalan menuju pintu rumah, menarik napas beberapa kali untuk meredakan rasa gugupku. Setelah merasa siap, aku mengulurkan tangan dan membunyikan bel.

Satu detik...

Lima detik...

"Coming!"

Dan pintu itu terbuka, menampilkan seorang wanita yang sedang mengenakan apron dengan rambut yang diikat ala ponytail.

Aah.. beginikah rasanya jika sudah menikah?

"Damian, kenapa kau terdiam seperti itu? Ayo masuk!" Phoebe terkekeh.

Dan seketika bayangan di otakku kembali hancur.

Tidak, kau pasti bisa mendapatkannya, Damian!

Yah...mungkin bisa...

Aku beranjak dari depan pintu, memasuki rumah itu. Sederhana, minimalis, tapi hangat. Sangat mencerminkan seorang Phoebe McKenzie.

"Terima kasih sudah membantuku berbelanja, aku benar-benar melupakan bahan-bahan untuk membuat salad." ucap Phoebe sembari mengambil kantong belanjaan dari tanganku. Sejenak, tangan kami bersentuhan, dan aku sangat ingin menahan tangan halus itu untuk terus berada di sana.

Tapi itu mustahil.

Aku bisa dianggap sebagai orang aneh nanti.

"Don't mention it, aku yang seharusnya berterima kasih dan minta maaf karena kau jadi repot."

"Damian, jika kau memang merasa demikian, harusnya kau berjanji untuk menjaga kesehatanmu. But, overall, I don't mind at all. I have fun doing this."

Phoebe tersenyum ke arahku, pandangan matanya menghangat. Dan aku sangat bersyukur dengan kesehatanku yang memburuk sekarang.

Phoebe menyuruhku untuk menunggunya di ruang tengah sementara ia memasak, tapi aku bersikeras ingin duduk di ruang makan, jadi akhirnya ia menyerah dan membiarkanku melakukan yang aku mau.

Tapi kenapa aku bisa sampai di sini sekarang?

Pertanyaan yang bagus...

***

Aku mengambil permen pelega tenggorokan yang tergeletak begitu saja di laci mejaku. Hari ini mungkin aku sudah menghabiskan lima permen atau lebih, dan rasa gatal di tenggorokanku tidak juga berkurang.

Dan hari ini Mr. Gremory akan melakukan evaluasi mengenai proyek yang menjadi tanggung jawabku.

Benar-benar sial.

Aku menghela napas panjang, mencoba menahan batuk yang akan keluar, menyandarkan punggungku ke sandaran kursi. Kuraih cangkir yang berisi air hangat dan kusesap pelan-pelan. Aku heran, kenapa obat yang kuminum tadi pagi seolah tidak memberikan efek apapun?

Kulirik tumpukan berkas yang sudah kuperiksa, jumlahnya berbanding terbalik dengan berkas-berkas yang harus kuperiksa yang kuletakkan di atas meja. Mungkin ini salah satu penyebab kondisiku drop sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 18, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PARAMOURWhere stories live. Discover now