Chapter Three: Axel's Pov

205 15 3
                                    


Aku baru saja mengganti kaosku dengan kaos baru yang dibelikan Gemma--di salah satu toko oleh-oleh di Bandara--tadi. Anggap saja itu salah satu bentuk sopannya setelah membuat bajuku robek. Aku tidak menyangka kucing betina yang satu ini akan sangat liar, bukan berarti aku tidak menyukai wanita yang memimpin, tapi mungkin semua akan lebih menarik jika kami berada di situasi yang berbeda--ranjang yang empuk dan kuat di musim dingin sepertinya akan membuatnya lebih menggairahkan.

"Maaf, hanya itu yang kutemukan," katanya padaku. Jelas itu kamuflase. Bukan masalah dia susah menemukan toko baju yang pas untukku, alasan sebenarnya adalah dia susah menemukan toko yang pas dengan gaji seorang pelayan sepertinya. Tapi tak apa, niat tulusnya saja sudah kuhargai. Lagipula setidaknya kaos ini nyaman dipakai meskipun murahan.

"Don't mind it, sweety. Anyway.. terima kasih untuk aksi menghiburmu tadi. That was really fun." Aku mengecup bibir Gemma--yang sedikit membengkak setelah permainan kami--sekedar perpisahan kecil. "Good night," tambahku, sebelum benar-benar meninggalkannya.

"Jangan sungkan untuk menghubungiku!!" ia berteriak. Ku lambaikan tanganku dengan tetap berjalan lurus memunggunginya.

Tampaknya aku dehidrasi. Hari ini aku mendapatkan satu pelajaran berharga; don't take a hot girl into a hot situation, when there is already hot outside. Kecuali jika kau melakukannya di ruangan ber-AC.

Ku pikir sekaleng kopi dingin akan sangat nikmat. Aku memutuskan membeli sekaleng kopi dingin di salah satu mesin penjual otomatis dekat deretan kursi yang berseberangan dengan pintu kedatangan. Ohh.. Setelah hampir dua jam bercinta seliar itu, kerongkonganku benar-benar terasa kering. Dalam hitungan detik kopi kalengan itu sudah habis ku teguk. Aku ingin lagi, tapi uangku sudah habis. Aku hanya membawa uang cash, itupun tidak banyak, dan sudah ludes kupakai membayar tagihan makanan dan minumanku selama di cafe tadi.

Kalau saja orang--yang bahkan aku tidak tahu wajahnya--itu sudah menjemputku dari tadi, pasti tidak akan begini. Lihat saja, sudah jam berapa ini?! Dan dia masih juga belum datang?! Oh.. Seandainya saja handphone ku tidak lowbatt, aku akan menelepon ayahku dan mengadukan si kakak sepupu yang tidak becus menepati janjinya itu.

Now what?! Sekarang aku harus kemana? Kembali ke cafe? Tapi aku bahkan tidak bisa memesan apapun di sana......., baiklah, persetan dengan itu. Aku yakin kakak sepupuku itu tidak akan keberatan membelikanku sedikit makanan kecil dan beberapa gelas kopi.

Aku berbalik, berjalan kembali menuju cafe. Terlihat dari kejauhan keadaan cafe yang lengang. Aku memasuki area dalam cafe  dengan perasaan senang tak terkira. Bagaimanapun cafe sejatinya adalah tempat nyaman untuk menikmati kopi. Kopi tidak akan terasa nikmat ketika suasana di sekitarmu penuh sesak.

Berkat keadaan yang mendukung, aku jadi lebih leluasa memilih tempat duduk. Sofa empuk di pojok kiri ruangan menjadi pilihanku. Dinding kaca terbentang lebar di belakang punggungku, siapa tahu dengan begini, orang itu akan lebih mudah menemukan keberadaanku di sini.

Salah seorang pelayan menghampiriku sambil membawa sebuah daftar menu. Aku memesan vanilla latte, sandwich, dan sebotol air mineral dingin. Usai mencatat dan memastikan semua pesananku, pelayan itu pergi. Yah, untuk apa aku menahan seorang pelayan lelaki berlama-lama melayaniku? Ceritanya akan berbeda kalau rekan wanita Gemma yang menghampiriku. Apa yang Gemma lakukan bersamaku terbilang cukup bisa aku nikmati. Tidak menutup kemungkinan kalau rekan kerjanya ada yang memiliki kemampuan melebihi Gemma, bukan?

Air mineralku datang lebih dulu dan tak butuh waktu lama sampai aku memesan botol kedua, aku benar-benar membutuhkannya untuk mengisi ulang cairan di tubuhku.

Siaran di televisi tidak cukup menarik, hanya menayangkan pertandingan sepakbola antara dua klub kecil, tapi lebih baik daripada aku harus menonton reality show atau bahkan drama kesukaan para wanita. Setidaknya, sekarang aku punya sebuah kegiatan yang akan mengisi waktu luangku dan pastinya tidak akan membuatku harus berganti baju lagi.

Jam sudah mulai menunjukkan pukul 11 malam. Kemana orang yang seharusnya menjemputku sore tadi?? Cafe ini mulai terlihat lengang-- jika kau tidak memperhatikan kerumunan maniak bola di depan televisi -- dan aku bukan penyuka tempat sepi.

Technically, it's my favorite place if there's just any hot chicks around here...

Okay, I already said "no more hot chicks for today" but, really, it's already past 11pm and it's getting cold here.

Entah kenapa aku sangat ingin memberi sang kakak sepupu tercinta itu sebuah pelajaran, mungkin aku harus menambah pesananku...

***

Aku meletakkan cangkir kopi keenam -- jika saja aku merupakan salah satu dari orang-orang maniak instagram, aku berani bertaruh bahwa pemandangan di atas mejaku saat ini akan mendapatkan banyak like, kebanyakan dari para gadis tentunya, mengingat followers-ku didominasi kaum hawa. Susunan piring dan cangkir di hadapanku sudah kubentuk sedemikian rupa, bukti bahwa aku sedang tidak ada kerjaan.

Kulirik jam yang terpasang di bagian atas bar. Hampir jam 12! Apa yang dilakukan orang bodoh itu?? Apa dia lupa bahwa aku datang hari ini??

"Excuse me..."

Aku menoleh ke sumber suara dan sekarang aku berhadapan dengan seorang nerd yang.....berantakan?

"Maaf, apa kau melihat seorang pemuda dengan mata biru dan rambut coklat?"

Apa orang ini gila? Dia mencari seseorang hanya dengan spesifikasi mata biru dan rambut coklat?

"Dude, itu ciri-ciri yang sangat umum." aku menimpalinya dengan dengusan tidak percaya.

"Tunggu, aku rasa aku punya fotonya..."

Ia mulai merogoh kantong jas yang ia kenakan lalu menyodorkan selembar foto kepadaku.

"Oh, kau mencari seorang bocah, eh?"

"Oh, tidak, ini fotonya sekitar 10 tahun yang lalu."

"Seriously?? You come to search for someone by using his old photo?? Dude, now that's a joke." dan aku benar-benar mentertawakan kebodohan pria ini.

"Well, I have his older version on my phone, but it's off now the battery is low. Tapi aku yakin ia tidak berubah sebanyak itu, tolong perhatikan lagi mungkin kau pernah melihatnya?"

Aku menghembuskan napas kuat-kuat. Orang ini sangat persisten. Akhirnya aku melihat ke arah bocah yang ia tunjuk dalam foto.

Tunggu dulu...

"Siapa nama bocah dengan tampang sok keren itu?"

"Axel Kennedy."

PARAMOURWhere stories live. Discover now