Bab 1

77 6 0
                                    

Pengadilan Umum Philadelphia County, Pennsylvania

Commonwealth versus Harris.

Aku berdiri di depan juri untuk menyampaikan argumen penutup sebuah kasus mengutil yang berkeras untuk dibawa ke pengadilan oleh klienku, tanpa memedulikan nasihatku, walaupun aku sudah memohon kepadanya.

"Tuan dan Nyonya, kita tinggal di sebuah negara yang setiap warga negaranya memiliki hak untuk menjalani persidangan di hadapan sesama warga. Pengajuan tuntutan memang harus memiliki dasar bukti yang kuat dan tidak terbantahkan, bukti dengan standar legal tertinggi di negara kita yang luar biasa ini. Kita berada di sini hari ini karena klienku adalah seorang warga negara, dan dia memiliki hak untuk menjalani persidangan ketika dia menginginkannya."

Kami, para pengacara, seringnya tidak bisa membiarkan orang lain tahu tentang apa yang sebenarnya ada dalam pikiran kami. Namun, seringnya aku membayangkan berbagai hal yang ingin kukatakan dan kulakukan, dan aku menyebut pikiran-pikiran itu sebagai 'batin-Gabrielle', karena tidak ada istilah lain yang lebih baik. Saat ini, batin-Gabrielle sedang menghela napas dan memutar bola matanya karena, lagi-lagi, aku menggunakan argumen kuno: 'Hak membela diri di pengadilan'.

Itulah yang kami lakukan sebagai pengacara publik saat mendapati diri kami berbicara kepada para juri tanpa memiliki satu-satunya hal yang paling berguna dalam situasi seperti itu; Pembelaan sungguhan. Bagaimanapun juga, aku harus mengatakan sesuatu. Secara teknis, klienku memang memiliki pembelaan dalam kasus ini. Pembelaannya sangat konyol, sehingga tidak seorang pun yang berpikiran waras akan mau memercayainya. Jadi, menurutku, masa bodoh, tidak ada ruginya mengungkit-ungkit masalah Konstitusi.

"Kalian sempat mendengar Mr. Harris memberi tahu kita semua bahwa dia hanya melakukan kesalahan," lanjutku. "Kesalahan yang mungkin kalian sendiri pernah lakukan. Masuk ke sebuah toko dan hanya ingin membeli satu benda. Jadi, kalian tidak repot-repot mengambil keranjang belanja. Namun, kemudian, kalian melihat benda lain yang kalian butuhkan, lalu benda lain lagi."

Aku diam sejenak dan melemparkan senyuman ramah kepada para juri untuk memperlihatkan betapa semua ini sangat masuk akal. Aku berharap senyumanku mengatakan: "Lihatlah, warga Philadelphia, yang telah meninggalkan kewajiban kalian, menyewa pengasuh anak, dan tidak masuk kerja. Aku adalah orang baik. Jadi, tidak sepatutnya kalian membenciku atau klienku yang brengsek karena telah membuang-buang waktu kalian yang berharga." Lagi pula, semua ini hanya kesalahpahaman besar. Benar, kan?

"Mr. Harris mengaku bahwa itulah yang terjadi pada dirinya pada suatu hari di bulan Mei. Dia masuk ke toko untuk membeli satu benda, lalu melihat benda lain yang dibutuhkannya, dan begitu pula dengan benda lain. Daripada kembali ke bagian depan toko untuk mengambil keranjang belanja, Mr. Harris lantas menyimpan beberapa benda itu di dalam pakaiannya dan berniat untuk membayar semuanya."

Aku menatap mata setiap juri sambil mondar-mandir perlahan di depan barisan tempat duduk mereka. Aku bisa melihat bahwa beberapa dari mereka benar-benar ingin memercayaiku. Sungguh baik sekali. Tentu saja, secara medis mereka tidak mengalami gegar otak. Jadi, mereka tidak mungkin memercayaiku, tetapi mereka ingin memercayainya, dan itulah yang penting.

"Begitulah kisah Mr. Harris, saudara-saudara sekalian, dan dia memiliki hak konstitusional untuk menyampaikannya. Jika Anda merasa bahwa tuntutan yang diajukan tidak memiliki bukti yang kuat dan tidak terbantahkan, maka Anda harus membebaskan klienku dari segala tuduhan. Terima kasih."

Aku duduk dengan penuh harga diri sebisa mungkin ketika seorang asisten jaksa wilayah yang terlihat kelelahan, berusia lima puluhan, berdiri dan berbicara di hadapan para juri. Pria itu berdeham dan aku menyadari pria itu memegang sebuah daftar di tangannya. Batin-Gabrielle meringis. Oh, sial.

The Law of AttractionWhere stories live. Discover now