Bab 7

22 3 0
                                    

Pengadilan Umum Philadelphia County, Pennsylvania

Senin
Commonwealth versus Sanchez.

Braden sedang menanyai saksi, Mr. Lao, pemilik sebuah toko di sudut jalan, yang ditodong oleh klienku. Aku bahkan tidak akan mengatakan 'diduga' karena tanpa makan waktu lama, aku tahu tidak ada keraguan sedikit pun bahwa klienku memang bersalah. Mr. Lao adalah pria kecil dengan pembawaan resah yang berbicara dengan aksen kental serta sering sekali menggerak-gerakkan tangannya. Walaupun begitu, pesan yang disampaikan Mr. Lao sangat jelas. Kami kalah.

"Jadi, Mr. Lao, kesaksianmu adalah bahwa tertuduh, Mr. Sanchez, menodongmu dengan pistol dan memintamu untuk membuka laci mesin kasir. Setelah itu apa yang terjadi?" (Omong kosong, klienku mengakui bahwa ini semua hanya kesalahpahaman besar.)

"Dia bilang 'uang tidak cukup' dan kelihatannya dia marah. Kemudian, dia mengikatku dengan pita perekat dan aku duduk di belakang konter." Ya, sepertinya sulit untuk melihat bagaimana semua ini bisa disebut sebagai sebuah kesalahpahaman.

"Kemudian, apa yang Mr. Sanchez lakukan?"

"Dia bekerja menjadi kasir. Melayani pelanggan. Mengambil uang." Aku memaksa diri untuk tidak memutar bola mataku. Benak-Gabriel sedang memukul kepala klienku keras-keras.

"Tunggu dulu!" Hakim Channing menyela dengan nada tidak percaya. "Apa kau baru saja bilang kalau dia bekerja menjadi kasir?" Aku menghela napas. Kenapa aku selalu mendapatkan kasus-kasus seperti ini?

"Ya. Dia melayani pengunjung. Memberi uang kembalian," jawab Mr. Lao.

"Berapa lama dia melakukan ini?" tanya Braden sembari melirik ke arahku. Ini dia. Kau sudah siap?

"Delapan jam." Taburkan serpihan kertas warna-warni.

"Dia bekerja satu shift penuh?!" Hakim Channing menyela lagi. Aku melihat Braden membekap mulutnya, lalu berbalik menghadap meja penuntut untuk menyibukkan diri dengan beberapa dokumen. Ya, tertawakan saja, bocah tampan.

"Ya. Dia seorang pekerja yang baik." Braden terbatuk. "Tidak ada pertanyaan lain, Yang Mulia."

"Ms. Ginsberg!" Hakim Channing menatapku dengan penuh keraguan.

"Mr. Lao," kataku sembari berdiri. "Bahasa Inggris bukan bahasa ibu untukmu, benar?"

"Benar."

"Dan Mr. Sanchez memiliki aksen. Benar?" (Bukan berarti mengikat pria itu tidak memberinya petunjuk tentang niat klienku.)

"Ya. Dia memiliki aksen."

"Terima kasih. Tidak ada pertanyaan lain."

"Ada tambahan lain?"

"Hanya satu pertanyaan, Yang Mulia," jawab Braden. "Mr. Lao, apakah kau mengerti semua yang Mr. Sanchez katakan kepadamu?"

"Dia bilang berikan semua uangmu atau kutembak kau. Kau bisa melihatnya dari video kamera pengawas." Ya. Kami kalah. Batin-Gabrielle mulai mengikir kukunya. Kasus ini sudah berakhir.

"Tidak ada pertanyaan lain."

"Aku menduga tidak ada argumen, Ms. Ginsberg?" tanya Hakim Channing sambil melemparkan tatapan ke arahku yang jelas-jelas mengatakan bahwa sebaiknya memang tidak ada argumen. Aku mengetuk-ngetuk pulpen pada buku catatanku seolah sedang benar-benar mempertimbangkannya dengan hati-hati dan membuat keputusan strategis untuk menunda-nunda. Aku tidak bisa menipu siapa pun. Tidak ada argumen dariku.

"Tidak ada, Yang Mulia. Tapi kami berharap bisa mendiskusikan kemungkinan lain untuk menegosiasikan tuntutan tersebut dengan pihak Commonwealth."

"Itu sudah jelas. Seluruh tuduhan akan tetap diajukan ke persidangan. Jadwalkan sidangnya." Hakim Channing memukulkan palu kayunya. Untungnya, itu merupakan kasus terakhir hari ini. Braden membawakan surat perintah untukku dan Mr. Sanchez, sang perampok bersenjata yang rajin bekerja, dibawa pergi.

The Law of AttractionWhere stories live. Discover now