Bab 4

13 4 0
                                    

Malam itu aku sulit tidur dan bukan hanya karena tequila dan bir yang membuat dunia seolah berputar di sekelilingku. Rasanya otakku bisa menghancurkan dirinya sendiri setiap kali aku memikirkan kenyataan bahwa usaha pertamaku untuk merayu Braden sudah sukses besar hingga sekarang aku benar-benar akan berkencan dengannya. Aku takut kalau aku tidur, keesokan harinya aku akan bangun dan mendapati bahwa semua ini hanya halusinasi yang disebabkan oleh saus basi. Jadi, aku berbaring di tempat tidur sambil memandangi langit-langit dan terjaga sampai sekitar pukul tiga pagi, sementara tubuhku akhirnya menyuruh otakku untuk tutup mulut kalau dia tidak mau melihatku seperti figuran di film Zombie Apocalypse besok. Hari ini. Masa bodoh.

Aku merangkak turun dari tempat tidur pada pukul sepuluh dan berjalan terhuyung-huyung mengikuti aroma kopi di dapur.

"Kau kelihatan kacau sekali," komentar Jess sambil mendongak dari surat kabar.

"Terima kasih," sahutku dengan suara parau. "Kau sama sekali tidak tahu betapa komentarmu tidak membantu."

"Bantu kita berdua dengan minum kopi," katanya sambil menyesap kopinya sendiri. "Jadi, rencananya kau akan makan malam di mana?"

"Restoran Timur Tengah di Sansom." Mesin pembuat kopi yang berada di atas meja konter kelihatan seperti oasis ketika aku berjalan terhuyung-huyung ke sana.

"Restoran kecil itu? Braden bersedia membawamu ke mana pun yang kau inginkan. Kenapa tidak makan di tempat yang mewah?"

"Makanan di restoran itu enak sekali dan para pemiliknya sangat ramah. Lagi pula, tempatnya dekat. Mungkin setelah makan malam kami bisa pergi ke Suburban Station dan mencari tahu apakah Stan sedang bermain di sana." Aku mengisi cangkirku dengan kopi dan tepat ketika akan meraih krim, aku berhenti. Ini adalah pagi yang cocok untuk kopi hitam.

"Stan? Kau ingin kencan pertamamu bersama anak seorang senator melibatkan pergi ke stasiun kereta untuk mendengarkan musisi jalanan bermain musik?"

"Stan sangat berbakat. Namanya ada dalam daftar album-album yang dikeluarkan oleh beberapa musisi blues raksasa sungguhan." Aku mengempaskan diri dengan tidak anggun ke tempat duduk di seberang Jess. Sungguh menakjubkan aku tidak merasakan pusing setelah mabuk, tapi rasanya justru seolah habis ditabrak truk Mack dan diseret sejauh beberapa mil.

"Ya, Gab, tiga puluh tahun yang lalu. Tapi sekarang dia seorang musisi jalanan."

"Kurasa kalau Braden tidak menyukai Stan dan restoran Timur Tengah itu, maka dia tidak akan terlalu menyukaiku. Lagi pula, aku akan pergi ke malam pertandingan bisbol di apartemennya!" Jess tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala seolah dia menganggapku gila tapi tetap menyayangiku. Lalu dia berdiri dan berjalan ke bak cuci piring untuk membilas cangkirnya dan memindahkan cucian piring ke rak pengering.

Aku sedang cepat-cepat menghabiskan kopiku dan mulai merasa nyaris seperti manusia lagi ketika mendengar ponselku mulai berdering. Aku membeku. Jess berbalik dan menatapku penuh harap.

"Gabrielle! Jawab teleponmu!" perintahnya sambil menerjang tasku, mengambilnya, dan melakukan lemparan Hail Mary dari seberang dapur yang pasti akan membuat para pencari bakat NFL tertarik. Aku menangkapnya... dan gagal... tapi Jess sudah bertindak. Dia menjatuhkan tubuhnya tepat di atas tas dan menyorongkan tangannya tepat waktu, lalu memencet tombol jawab dan terengah-engah di telepon seperti penelepon mesum.

"Berikan padaku!" Aku merebut ponsel dari Jess. "Halo?"

"Gabrielle? Kau baik-baik saja? Apakah itu anjingmu?"

"Braden? Bukan, itu Jessica. Dia sedikit berlari-larian demi mengambil ponselku." Aku memberi Jess tatapan 'kau ini kenapa, sih?'

"Aku mengerti. Sepertinya Um, omong-omong, kuharap ini tidak terlalu pagi...."

The Law of AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang