Bab 10

25 4 0
                                    

Keesokan paginya aku bangun dengan perasaan puas yang belum pernah kurasakan sejak.... Yah, baiklah, belum pernah kurasakan. Kepuasan tidak pernah menjadi nama tengahku. Nama tengahku sebenarnya adalah Sara, tapi seharusnya kegelisahan.

Aku bergerak untuk merentangkan tangan dan langsung menghantam sesuatu yang hangat dan padat. Aku membuka mata dan melihat seorang pria tampan berambut pirang sedang memperhatikanku. Sedetik kemudian semuanya kembali merasuk ke dalam otakku yang keruh karena tidur, bahwa pria tampan berambut pirang itu milikku. Ini bukan mimpi. Syukurlah.

"Sudah berapa lama kau bangun?" tanyaku.

"Belum lama."

"Lalu apa yang sedang kau lakukan?"

"Memperhatikanmu tidur, sambil berpikir."

"Berpikir tentang apa?"

"Betapa aku belum pernah merasakan sangat ingin memperhatikan seorang wanita tertidur."

"Yah, aku hebat soal tidur. Aku sudah melakukannya seumur hidupku." Braden tersenyum, lalu menggelitik rusukku, yang tentu saja membuatku memekik dan tubuhku menyentuh seluruh kehangatan dan kepadatan tubuhnya. Percayalah dia padat sekali. Hmm. Kami akan memastikan kami juga tidak akan menyia-nyiakan itu.

"Dulu aku pasti akan berada di rumah sendirian dan berpikir 'Wow, semalam sangat luar biasa'," lanjut Braden. "Tapi bersamamu, aku berpikir, 'Wanita ini cantik sekali. Aku ingin bangun di sisinya setiap pagi. Dan, wow, semalam sangat luar biasa'."

"Aku juga suka tidur denganmu. Kau sangat hangat dan enak dipeluk." Aku bergeser lebih dekat padanya, "Dan aku harus memberitahumu lagi, semalam adalah seks terhebat yang pernah kurasakan seumur hidupku. Kita harus melakukannya lebih sering. Bahkan, kita harus melakukannya sesering mungkin."

"Aku suka itu. Aku perlu melakukannya secara rutin. Aku tidak bercanda, Gabrielle, semalam juga merupakan seks terhebat yang pernah kurasakan padahal, sejujurnya, aku sudah sering sekali melakukan aktivitas itu." Braden tersenyum. "Aku tidak percaya bisa menemukan orang yang sangat pas denganku."

"Kita cukup pas, ya? Dan bukan hanya di ranjang."

"Tidak! Di lantai dan di kursi, terutama di atas meja." Aku duduk dan melemparkan tatapan sedikit marah kepadanya, lalu Braden mulai tertawa. Dia senang sekali menggodaku. Braden mulai menelusuri perutku dengan satu jari dan ujung sarafku tersulut bagai jaringan ponsel Manhattan. Kemudian, Braden mulai beraksi, menangkup payudaraku sementara ibu jarinya bergerak melingkari puncaknya dengan cara yang sangat menggiurkan.

"Mungkin nanti kau terpaksa harus menggendongku turun ke lantai bawah," napasku terengah-engah ketika Braden mulai menggigiti leherku.

"Tidak apa-apa. Pemandangan itu akan memberi kepuasan besar bagi Drew karena bisa melontarkan komentar-komentar tidak sopan," jawabnya sambil beranjak ke atas tubuhku dan merunduk untuk menciumku perlahan-lahan dan menyeluruh. Tanganku mengusap punggungnya. Tubuh Braden terasa sangat luar biasa sehingga aku ingin terus menyentuhnya untuk selamanya. Meskipun mungkin tidak akan diterima terlalu baik selama di ruang sidang. Braden duduk, meraih pegelangan kakiku, meletakkannya di bahunya, merunduk, lalu menyatukan tubuh kami dalam-dalam. "Oh, ya, Sayang! Aku ingat tempat ini," Braden mendesah dan mengerang. "Aku tidak menyakitimu, kan?" tanya pria itu dengan napas berat.

"Tidak, ini luar biasa," aku terkesiap. "Sepertinya aku cukup longgar atau, yah, semacam itu."

"Tidak longgar." Braden tertawa. "Hanya saja cukup untuk menampungku. Kau terasa sangat sempit. Ah, astaga! Benar-benar sempit. Aku sangat suka kalau kau melakukan itu."

"Aku sering sekali berjalan kaki—ototku lumayan kencang."

Braden mengubah sudutnya dan, sulit dipercaya, masuk semakin dalam. "Bilang padaku kalau posisi seperti ini membuatmu tidak terlalu nyaman."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Law of AttractionWhere stories live. Discover now