5

13.1K 1K 56
                                    

Agam melangkah masuk ke dalam kafe Insomnia. Rambut pirangnya yang ditata model comma hair kelihatan modis, tapi juga kering. Senyum Agam terkembang saat ia melihat wajah Abel. Lelaki itu mengenakan kemeja pink pucat dan celana jin panjang.

"Kak Abel udah nunggu lama?" tanya Agam dengan raut wajah tak enak.

Abel melirik jam tangannya. Ia sudah menunggu sekitar satu jam dari waktu janjian mereka. Harusnya Agam datang satu jam lalu, tetapi laki-laki itu mengabarinya jika ia tidak bisa datang pada waktu itu karena bekerja. Agam memberi tahunya sekitar jam makan siang tadi. Sayangnya, Abel tidak melihat pesannya karena banyak pekerjaan sampai ia tiba di Insomnia. Abel baru membalasnya saat sudah menunggu sekitar sepuluh menit di Insomnia. Jadi bukan salah Agam juga.

Hari sudah gelap saat Agam muncul di depannya. Lelaki itu kelihatan rapi dan modis. Kalau dari keterangan Miu, hari ini Agam ia suruh pulang lebih awal karena lelaki itu sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Apa Agam melanjutkan pekerjaan lain setelah pulang dari penthouse Miu?

"Nggak apa-apa. Salah gue juga nggak cek hape," kata Abel santai, mengamati wajah Agam. Apa itu riasan di wajahnya? "Lo dandan?"

Agam menyentuh wajahnya. "Aku abis pemotretan, Kak. Kak Aidan ngasih kerjaan sampingan jadi model baju buat toko baju online temennya."

Abel mengamati Agam lekat. Pantas saja lelaki itu terlambat. Yah, seperti yang ia duga, Agam memang cocok jadi model. Abel tersenyum tipis, menopang dagunya masih tak melepaskan mata dari Agam.

"Pesen yang lo mau. Gue traktir hari ini," kata Abel seraya memanggil pelayan.

"Ah, tapi-"

"Pesen aja," suruh Abel. "Di sini makanannya enak."

Agam menurut, memesan es teh manis dan nasi goreng. Laki-laki itu membuat Abel makin gemas. Ia sengaja memesan yang paling murah karena tidak enak.

"Mbak, saya pesen cheese cake dua ya," kata Abel menambah pesanan sebelum pelayan kafe pergi.

"Baik, Kak. Mohon ditunggu ya!"

Abel tersenyum, membiarkan pelayan itu pergi dan mengamati Agam yang menatapnya.

Kak Abel suka cheese cake, pikirnya, mengingat apa yang disukai Abel.

"Jadi, lo diintrogasi sama Miu gara-gara gue?" tanya Abel membuat Agam menatapnya terkejut.

Lelaki itu menunduk dengan pipi merona. "Aku maunya jaga rahasia, t-tapi nggak tahu Bu Miu tahu dari mana..."

"Om Rasen yang kasih tahu. Dia lihat kita di kamar mandi waktu gue datang," ujar Abel. "Maaf ya, bikin lo ada di posisi nggak enak."

Agam menggeleng. "Aku nggak apa-apa kok, Kak."

"Tapi, salting 'kan sama Miu?"

Agam mengangguk kecil. Sialan, kenapa menggemaskan sekali? Abel menggigit bagian dalam pipinya. Agam ini membuat Abel ingin menggodanya. Abel menarik napas, menggeleng pelan untuk menghilangkan pikiran tidak murninya.

"Kak Abel?" Agam menatap Abel heran kala melihat Abel menggeleng pelan.

Abel menatap pada Agam, memberi senyum hangatnya yang membuat wajah Agam merona lagi. Uh, Agam tidak pernah percaya pada cinta pada pandangan pertama. Namun, Abel merobohkan keyakinannya dan membuat Agam memikirkannya siang-malam. Apalagi, Agam yang mendapatkan kegadisan Abel. Semakin tergila-gila saja dirinya pada perempuan itu.

"Lo tahu kenapa gue ajak ketemuan?"

Agam menggeleng kecil, menatap Abel lekat. Perempuan itu cantik sekali. Rambut sebahunya yang biasa terurai diikat jadi satu. Wajahnya dirias tipis, dengan lipstik warna merah bata yang kelihatan cocok saat dikenakan oleh Abel. Tubuhnya yang ramping dan seksi dibalut blus berkerah warna biru muda dengan belahan dada rendah yang memamerkan belah dadanya. Abel juga mengenakan rok jin pendek selutut yang menambah kesan imut pada penampilannya.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now