21

7.7K 639 64
                                    

Agam berkata jika ia lelah setelah penerbangan belasan jam di pesawat dari Paris. Namun, tingkahnya menunjukkan yang sebaliknya.

Setelah bercinta dengan Abel, pemuda itu tertidur di ranjang milik Abel. Agam hanya mandi, menolak makan malam dan tertidur sampai lewat tengah malam. Saat ia terbangun lagi, tangannya sibuk mencari tubuh Abel yang terlelap di sebelahnya. Awalnya, Agam hanya berniat memeluk Abel, tetapi akhirnya, ia malah membangunkan Abel dan kembali membuatnya mendesah manis dalam dekapannya.

"Kak Abel," panggil Agam, memeluk pinggang Abel yang masih berada dalam dekapannya.

Perempuan itu berbaring memunggunginya, tetapi punggungnya menempel di dada Agam. Sementara, napasnya terengah. Tubuh Agam masih menyatu dengan tubuhnya, terasa hangat dan ... Abel melirik pada Agam saat menyadari sesuatu.

"Kamu nggak pakai kondom?"

Mata Agam membulat. Ah, ia lupa. Sudah jadi kesepakatan bersama antara keduanya untuk selalu menyediakan pengaman itu. Agam tidak mau Abel menelan pil KB atau postpil, makanya ia pasti mengenakan pengaman. Namun, ia melupakannya kali ini. Kerinduannya membuat pikirannya jadi kosong, yang terpikir hanya Abel seorang.

"Agam lupa," bisik Agam setengah panik dan dengan wajah bersalah.

Abel tidak mengatakan apa-apa. Pantas saja rasanya lebih menyenangkan di bawah sana. Ia menenangkan diri, membiarkan Agam memeluknya lebih erat.

"Kak Abel marah?" tanya Agam lirih.

"Nggak, tapi lain kali jangan diulang ya?" sahut Abel lembut.

Agam mengangguk, menempelkan bibirnya ke bahu telanjang Abel dan menciumnya. Agam melepaskan penyatuan mereka dengan hati-hati, sementara Abel beranjak bangkit dari ranjangnya untuk membersihkan diri. Sedikit sisa cinta mereka tumpah di ranjang, membuat Abel mengerang malas. Ia harus mengganti seprainya lagi besok.

Abel melangkah menuju kamar mandi, diikuti Agam yang seakan tidak bisa jauh-jauh darinya. Bagai anak ayam mengikuti induknya, Agam bergabung bersama dengan Abel di kamar mandi. Jadilah Abel tidak hanya membersihkan dirinya, tapi Agam juga yang dengan manja terus menempel padanya.

"Kamu lapar nggak? Mau makan?" tanya Abel saat mereka selesai.

Abel mandi lagi malam itu. Beberapa tetes air jatuh dari rambutnya yang mulai panjang lagi, membuat Abel membungkus kepalanya dengan handuk. Agam mengangguk kecil sambil menatap Abel lekat.

"Aku ada masak ikan fillet, pakai saus pedas manis, kesukaan kamu, 'kan?"

Agam tersenyum senang. Abel masih ingat kesukaannya, meski mereka sudah jarang bertemu akhir-akhir ini. Ya, mana mungkin Abel lupa. Abel bisa memastikan ia mengingat semua tentang Agam tanpa diminta. Sama seperti Agam yang ingat semua hal yang Abel sukai.

"Makasih, Kak Abel," bisiknya sambil menatap Abel penuh cinta.

Abel tidak menyahut, hanya tertawa sambil mencubit pipi Agam sekilas. Lalu, mereka berdua duduk di meja makan. Abel menemani Agam yang sedari sore tidak menyentuh makanan sama sekali. Pemuda itu kelihatan semakin tampan dari terakhir mereka bertemu.

Rambut pirangnya yang kering sudah berganti menjadi warna hitam, kelihatan sehat walau masih agak kering. Sepertinya A's Company, agensi Agam yang didirikan oleh Aidan benar-benar merawatnya habis-habisan. Tubuh Agam juga semakin kekar dan berotot karena rajin work out.

"Kak." Agam menatap Abel dengan wajah harap-harap cemas. "Kak Abel sayang, 'kan, sama Agam?"

Abel tahu ke mana arah pembicaraan ini. Agam pasti akan menagih kejelasan status mereka. Kalau tidak, ia akan meminta Abel langsung menikahinya.

No Strings AttachedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang