7. Mooncake Festival

1.4K 131 5
                                    

Clubhouse sudah sangat ramai ketika Saka tiba di sana. Penghuni Akasia—yang sebagian besar tidak Saka kenal—berkumpul di pinggir kolam renang, bercengkrama sambil memanggang daging dan makan kue perayaan Mooncake Festival.

Saka bahkan tidak tahu di dunia ini ada festival untuk menghormati bulan purnama sambil makan kue.

"Sama, cyiiiin~" bisik Simon di dekatnya. "Anak muda kayak kita cuma taunya festival musik Coachella nggak sih? Tapi ikut nimbrung aja, makanannya enak 'bo. Gratis, lagi."

Saka melihat Tante Tika dan Om Hendro melambai dari kejauhan. Senang rasanya melihat wajah-wajah ramah itu.

"Om sudah ambilin ini buat kamu. Daging protein terbaik buat atlet," Om Hendro menyerahkan sepiring penuh daging ayam dan sapi panggang kepada Saka. "Kalau masih kurang, ambil lagi."

Simon ikut mencomot daging dari piring Saka. "Nggak nyangka loh, cyin, lo dateng juga. Walau basket—basah ketek—abis maen bola. Bau lo tetep seksi."

Saka memang belum sempat pulang mandi dan hanya melapisi jersey basketnya dengan jaket. Tapi tenang, ia sama sekali tidak bau busuk.

Andri, putra Pak Jaya yang juga hadir di sana, terlihat melambai padanya dari kejauhan. "Bang Antagonis! Dateng juga, Bang?!"

Saka tersenyum kesal seraya membalas lambaiannya.

"Ngomong-ngomong, udah tau 'kan malam ini bakal ada pemadaman lampu?" Simon mencubit lengan Saka. "Kalau lo takut gelap, lari aja ke rumah gue, gue siap menemani di balik selimut."

Ada sepasang suami istri yang tiba-tiba mendatangi tempat mereka dan Tante Tika segera menyapa ramah. Tentu saja Saka tidak kenal mereka.

Tapi selayaknya orang tua yang sedang memandu anaknya untuk bersosialisasi, Tante Tika segera menggandeng lengan Saka untuk memperkenalkannya pada mereka.

"Kenalkan, ini tetangga saya Saka Barata, tinggal di 14A. Saka, ini Om Joe dan istrinya Tante Ayu. Ayu ya, orangnya secantik namanya."

Saka tersenyum kaku dan menjabat tangan mereka. Om Joe Thamrin mengatakan ia senang berkenalan dengan Saka, dan bahwa ia memiliki jaringan minimarket JoMart yang notabene saingan berat waralaba minimarket milik Om Hendro. Om Joe bicara banyak dan cukup menyenangkan, sebelum suasana menjadi sedikit tidak menyenangkan lagi bagi Saka karena Om Joe bilang ia penggemar berat Raja Barata.

"Semoga Bapak Raja nyapres ya tahun depan."

Istrinya ikut berbinar. "Iya, kita fans berat Pak Raja. Kamu juga pasti bangga ya, jadi anaknya Pak Raja?"

Saka mengumbar senyum tipis sambil mengunyah daging panggangnya yang alot.

Selepas kepergian pasangan suami istri itu, Tante Tika kembali melambai pada pasangan suami istri lain. Dan kembali menggandeng lengan Saka untuk memperkenalkannya.

"Ini Om Moses dan Tante Dani—"

Kemudian pasangan suami istri lainnya, bapak-bapak lainnya, tante-tante, om, kakek, nenek. Saka tidak lagi menghitung. Ia tidak ingin memprotes niat baik Tante Tika, apalagi cara Tante membanggakannya seakan-akan Saka anaknya sendiri, tapi terus terang saja, Saka sedikit kewalahan.

"Sudah," Om Hendro mencegah Tante Tika saat sang istri sudah kembali hendak memanggil penghuni entah blok berapa. "Biarkan Saka makan dulu."

Tante Tika tertawa sembari menepuk lengan Saka. "Habisnya kapan lagi dia menampakkan batang hidungnya, Pak?"

"Ibu bagaimana kabarnya, Saka?" tanya Om Hendro.

Saka tidak tahu harus menjawab apa, ia hanya mengatakan ia baru saja habis menjenguk Ibu dan Pesta Perpisahan itu akan digelar minggu depan.

AmbrosiaWhere stories live. Discover now